Arsip Kategori: Kreasi Santri Ribath DH

MEMPERTEGAS KESAHIHAN PERNYATAAN KH. MUHAMMAD NAJIH MAIMOEN TENTANG KONSPIRASI SYI’AH, KOMUNIS DAN INDO CHINA DALAM PENOLAKAN NASAB BA’ALAWI DAN HAUL WALISONGO

**MEMPERTEGAS KESAHIHAN PERNYATAAN KH. MUHAMMAD NAJIH MAIMOEN TENTANG KONSPIRASI SYI’AH, KOMUNIS DAN INDO CHINA DALAM PENOLAKAN NASAB BA’ALAWI DAN HAUL WALISONGO**

Muqaddimah

Beberapa waktu terakhir umat Islam Indonesia diributkan lagi soal kelompok yang menentang dan mempertanyakan nasab Bani Alawi di Indonesia yang dimotori oleh Imaduddin Utsman dan gerombolannya. Meskipun para habaib telah memberikan jawaban dan penjelasan ilmiah panjang lebar sejak munculnya polemik tersebut seperti Habib Hanif Alathas menulis risalah ilmiah berjudul “Jawaban atas Syubhat Imaduddin Utsman Seputar Nasab Bani Alawi” dan masih banyak jawaban lainnya bersebaran di media sosial, kelompok ini masih ngeyel bahkan justru gerakannya semakin besar. Padahal, ini adalah hal baru yang tidak pernah dikatakan oleh ulama-ulama kharismatik NU, bahkan justru para ulama sesepuh NU mengakui dan sangat mencintai semua habaib sebagai dzurriyah Rasullullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama. Banyak sekali video-video di media sosial seperti YouTube dan Facebook yang mengesankan bahwa habaib ‘memalsukan’ nasabnya kepada Kanjeng Nabi padahal nasabnya terputus, habaib di Indonesia adalah antek penjajah Belanda, dan banyak lagi tuduhan tidak masuk akal lainnya.

Tujuan gerakan anti habaib itu jelas ingin mengadu domba antara kaum pribumi dengan para habaib, mengesankan bahwa keturunan Arab adalah “kaum penjajah” yang harus diusir dari NKRI, dan tidak salah juga kalau secara tinjauan politik gerakan itu muncul untuk menghadang Anies Baswedan maju dan menang dalam Pilpres 2024 mendatang. Mereka yang koar-koar cinta NKRI dan cinta damai justru oknum yang membakar api permusuhan di masyarakat dan merusak perdamaian antar warganegara yang sudah terjalin sangat lama dan tidak pernah ada masalah sebelumnya. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un.

Jawaban Syaikhina Muhammad Najih Maimoen

Menanggapi gerakan anti habaib yang membuat fitnah di masyarakat tersebut, Syaikhina Muhammad Najih Maimoen memberikan tanggapan untuk menjawab berbagai syubhatnya. Dalam video yang diunggah oleh saluran resmi Ribath Darusshohihain pada Kamis 26 Juli 2023, Abah Najih memperingatkan agar umat Islam menolak dengan keras gerakan anti habaib dengan serius. Beliau menengarai bahwa ada agenda Syi’ah terselubung didalam gerakan ini dan khawatir ini adalah cara mereka untuk men”Syia’h”kan Indonesia secara diam-diam. Hal ini karena Imaduddin Utsman sebagai penulis risalah yang mempertanyakan keabsahan nasab Ba’alawi merujuk pada kitab-kitab nasab yang banyak jadi rujukan Syi’ah dalam membantah keabsahan nasab Ba’alawi seperti Tahdzib al-Ansab karya al-‘Ubaidili, al-Mujdi larya al-‘Umari, Muntaqalah al-Thalibiyyah karya Ibn Thabathaba, dan al-Syajarah al-Mubarakah yang dinisbatkan kepada Fakhruddin al-Razi padahal diragukan jika beliau pernah menulisnya.

Dalam tulisan tersebut Imaduddin mempertanyakan nama Ubaidillah apakah termasuk putra Ahmad bin Isa al-Muhajir dimana dalam sumber-sumber yang dia miliki tidak ada yang menyebutnya. Padahal, banyak sekali testimoni ulama ahli sejarah yang menyebut nama Ubaidillah/Abdullah sebagai putra Ahmad bin Isa al-Muhajir Sejarawan Bahauddin al-Yamani (w. 732 H) menyebutkan dalam kitabnya al-Suluk fi Thabaqat al-‘Ulama wa al-Muluk:

منهم أبو الحسن علي بن محمد بن أحمد بن جديد بن علي بن محمد بن جديد بن عبد الله بن أحمد بن عيسى بن محمد بن علي بن جعفر الصادق بن محمد الباقر بن علي زين العابدين بن الحسين بن علي بن أبي طالب كرم الله وجهه ويعرف بالشريف أبي الجديد عند أهل اليمن أصله من حضرموت من أشراف هنالك يعرفون بآل أبي علوي بيت صلاح وعبادة على طريق التصوف وفيهم الفقهاء. (السلوك في طبقات العلماء والملوك، جزء 2 ص 135)

Sejarawan lain Malik Abbas bin Dawud al-Rasuli (w. 778) dalam al-‘Athaya al-Saniyyah juga menulis hal yang sama:

منهم أبو الحسن علي بن محمد بن أحمد بن جديد بن علي بن محمد بن جديد بن عبد الله بن أحمد بن عيسى بن محمد بن علي بن جعفر الصادق بن محمد الباقر بن علي زين العابدين بن الحسين بن علي بن أبي طالب كرم الله وجهه ويعرف بالشريف أبي الجديد عند أهل اليمن أصله من حضرموت من أشراف هنالك يعرفون بآل أبي علوي بيت صلاح وعبادة على طريق التصوف وفيهم علماء فضلاء. (العطايا السنية والمواهب الهنية في المناقب اليمنية، رقم 538 ص 460)

Ulama hadits terkemuka al-Sakhowi dalam al-Dlau’ al-Lami’ menyebutkan:

عبد الله بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن محمد بن علي بن محمد بن علي بن علوي بن محمد بن علوي بن عبيد الله بن أحمد بن عيسى بن محمد بن علي بن جعفر الصادق بن محمد الباقر بن زيد العابدين علي بن الحسين بن علي ابن أبي طالب الحسيني الحضرمي ثم المكي نزيل الشبيكة منها ويعرف بالشريف باعلوى. (الضوء اللامع، ج 2 ص 454)

Tidak ada pula keterangan dalam kitab-kitab yang dikutip oleh Imaduddin bahwa ketika mereka tidak mencantumkan nama Ubaidillah berarti mereka mengingkari keberadaannya. Justru yang ada Syaikh Murtadla a-Zabidi penulis Syarh Ihya ‘Ulum al-Din menukil bahwa al-Ubaidili penulis kitab Tahdzib al-Ansab yang dikutip oleh Imaduddin mengakui Sayyid Muhajir Ahmad bin Isa memiliki putra bernama Abdullah. Disebutkan:

هاجر الشريف أحمد بن عيسى النقيب من المدينة إلى البصرة في العشر الثانية من القرن الرابع الهجري وخرج منها هو وولد عبد الله إلى المشرق وألقى عصا التسيار باليمن واستقر بحضرموت (الروض الجلي في نسب بني علوي، ص 141)

Tidak terhitung ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang mengakui keabsahan nasab Bani Alawi sebagai nasab yang paling baik dan paling terjaga. Ulama besar Aswaja di Makkah Syaikh Yusuf al-Nabhani menulis persaksian tentang Bani Alawi dengan mengatakan:

إن ساداتنا آل باعلوي قد أجمعت الأمة المحمدية في سائر الأعصار والأقطار على أنهم من أصح أهل النبوة نسبا … ولا يمتر في صحة نسبهم وكثرة فضائلهم. (رياض الجنة في أذكار الكتاب والسنة، ص 25)

Syaikhina Najih mengatakan bahkan Mbah Maimoen sendiri memiliki ta’alluq yang sangat kuat dengan syair Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad:

وإلى السبطين ننتسب * نسباً ما فيه من دخن
كم إمام بعده خلف * منه سادات بذا عرفوا
وبهذا الوصف قد وصفوا * من قديم الدهر والزمن
مثل زين العابدين على * وابنه الباقر خير لي
والإمام الصادق الحفل * وعلى ذي العلا اليقن

Syair ini menyebutkan nama Ali al-Uraidli yang merupakan leluhur Bani Alawi. Makamnya berada di desa Uraidh Madinah yang sekarang ditutup oleh Wahabi.

Dari penjelasan ringkas diatas maka jelas bahwa tuduhan Imaduddin Utsman bahwa nasab Bani Alawi terputus adalah tuduhan yang lemah dari sisi akademik. Bahkan dalam ceramah-ceramahnya Imaduddin menggunakan penelitian yang dia tulis untuk menuduh habaib memalsukan nasabnya supaya bisa bersambung ke Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama hanya untuk mencari simpati dan menarik massa dari umat Islam agar memenuhi kepentingan duniawi. Sampai-sampai dia pun menantang habib yang dia tuduh tersebut untuk tes DNA untuk menunjukkan keabsahannya sebagai keturunan Rasulullah. (lihat ceramahnya dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama 1444 H bersama MWC NU dan GP Ansor Tigaraksa di YouTube)
Abah Najih lalu menyampaikan mengapa Said Aqil Siradj setelah membaca tulisan dari Imaduddin tersebut tidak membantahnya namun justru malah mendukungnya dengan dalih penelitian ilmiah. Padahal Gus Dur yang katanya jadi panutan orang-orang yang paling ‘NU’ sendiri itu justru mengakui bahwa nasab Bani Alawi itu berasal dari Ali al-Uraidhi yang merupakan keturunan Ubaidillah. Abah Najih juga mencium dan ber-husnuzzhan bahwa Ketum PBNU sekarang Yahya Cholil Tsaquf juga justru membela nasab Bani Alawi yang sudah ada dan melarang untuk memperbincangkannya karena percaya saja dengan ulama sesepuh NU terdahulu. Kenapa justru Said Aqil malah membuang ‘panutan’ dan ‘kawan’nya sendiri dan lebih percaya dengan tokoh bergelar kiai yang datang belakangan lalu mengacak-acak apa yang sudah baku di NU?

Imaduddin sendiri sudah kena banyak teguran dari kiai NU baik kultural maupun struktural seperti Kiai AR Fachruddin Stafsus Presiden Bidang Keagamaan Internasional dari NU, Kiai Muhammad Danial Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kendal, Kiai Imran Mutamakkin Ketua Tanfidziyyah NU Kabupaten Pasuruan. Mereka berhujjah dengan bahwa para waliyullah di Indonesia mengakui kebenaran nasab Bani Alawi seperti Syaikhina Maimoen Zubair, Mbah Hasan Genggong, dan Kiai Humaidi yang terkenal sering bermimpi bertemu Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama. Lalu apakah Said Aqil sudah tidak percaya lagi dengan para kekasih Allah tersebut?

Apalagi rekam jejak pengaruh Syi’ah dalam pemikiran Said Aqil juga tidak bisa ditolak begitu saja. Abah Najih menyatakan bahwa pada saat masih menjabat sebagai Katib ‘Aam PBNU Said Aqil pernah berkata bahwa Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama gagal mempersatukan Arab, Abu Bakar memalsukan hadits al-aimmah min Quraisy untuk mendapatkan kekuasaan, dsb. Statement-statement yang sangat kuat pengaruh Syi’ah-nya. Pada saat menjadi Rais ‘Aam PBNU selalu mengkritik Wahabi namun tidak pernah sama sekali mengkritik Syi’ah. Sekarang malah membuat acara Haul Walisongo yang dilaksanakan pada Sabtu 29 Juli 2023 kemarin di Masjid Istiqlal bersamaan dengan tanggal 11 Muharram dan bersamaan pula dengan geger-geger orang menolak nasab Walisongo bersambung ke Bani Alawi sebagai imbas dari tulisan Imaduddin tersebut.

Dari sini, maka Syaikhina Najih pun menganalisis bahwa di belakang Haul Walisongo ini ada agenda Syi’ah terselubung. Indikasinya ada tiga.

Pertama, tesis ilmiah dari Imaduddin menggunakan kitab al-Syajarah al-Mubarakah yang diragukan nisbatnya kepada Fakhruddin al-Razi dan justru jadi rujukan dan diterbitkan oleh orang-orang Syi’ah. Ini agar umat Islam digiring secara halus untuk terbiasa membaca dan mengambil rujukan kitab-kitab Syi’ah.

Kedua, pernyataan kelompok pendukung Imaduddin yaitu Tubagus Mogi Nurfadhil beserta kawan-kawannya seperti Fuad Plered, Kiai Raden Tumenggung (KRT) Nur Ikhyak, Muhammad AR, dan masih banyak lainnya yang membuat forum pernyataan resmi menolak nasab Walisongo bersambung ke Saadah Alawiyah dan justru bersambung ke Musa al-Kazhim yang merupakan salah satu Imam Syi’ah Itsna Asyariyyah yang dianut oleh Syi’ah di Iran sekarang. Pernyataan kelompok Tubagus Nurfadhil ini pun diberi apresiasi dan didukung oleh Said Aqil.

Ketiga, Haul Walisongo yang baru dilaksanakan pertama kali ini diselenggarakan pada tanggal 11 Muharram dimana pada tanggal itu bertepatan atau berdekatan dengan perayaan Karbala kaum Syi’ah sehingga umat Islam terbiasa secara pelan-pelan dengan hari-hari perayaan Syi’ah. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un.

Gerakan Anti Habaib ‘Kebakaran Jenggot’

Setelah Syaikhina Muhammad Najih merilis video pernyataan beliau diatas, kelompok pendukung Imaduddin dan gerakan anti habaib pun banyak yang kepanasan. Mereka pun ramai-ramai menyerang beliau dengan membuat berbagai video tanggapan di YouTube dan media sosial lainnya untuk membela diri. Tapi dari kesekian video tersebut, mereka kelihatan sekali tidak bisa memberikan tanggapan secara ilmiah dan hanya marah-marah dan menuduh dengan nafsu. Logika yang mereka pakai pun sangat dangkal dan tidak menjawab sama sekali akar permasalahan.

Fuad Plered

Setelah nama beliau ikut disebut oleh Abah Najih, Fuad Plered di dalam channel YouTube-nya pun membuat video tanggapan. Di awal video dia mengaku menghormati Syaikhina Najih, tapi di video dia justru terlihat tidak pakai peci dan baju dan berbicara sambil tertawa-tawa (Jawa: pecengisan) dan menghisap rokok. Bicaranya sambil tertawa namun ucapannya tidak beraturan sambil mengatakan bahwa Abah Najih itu tidak seperti ayahanda dan saudara-saudaranya, punya banyak ilmu tapi salah menggunakan, jangan suka menganggap semua orang salah, dan sindiran-sindiran tidak bermutu lainnya. Terlihat sekali hatinya mangkel dan penuh emosi tapi ingin tetap tampil sok keren. Bahkan dia menyamakan Abah Najih dengan syaithan yang membuat was-was hati manusia (alladzi yuwaswisu fi shudur al-nas). Sama sekali tidak ada adab dengan ulama, Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un.

Dalam video tersebut Fuad Plered mengakui bahwa dia menghargai Syi’ah dan biasa didatangi oleh orang-orang Syi’ah dengan dalih cinta NKRI dan Pancasila, omongan khas orang-orang abangan dan komunis. “Urusan keyakinan dijamin oleh negara. Jangan Syi’ah, Gatholoco atau apapun saya hormati,” katanya. Dia juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengkritik dia dan Gusdur termasuk kelompok bajingan. Dia juga menuduh kaum Alawiyyin bukan dzurriah Nabi namun keturunan Yahudi Askenazi dengan dasar hasil tes DNA. Na’udzubiLlahi min dzalika.

Dia mengatakan bahwa ayat Al-Quran:
قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ [البقرة : 256]
artinya bahwa cara memahami kebenaran adalah urusan masing-masing. Padahal dari keterangan ahli tafsir jelas bahwa petunjuk diatas adalah Islam dan kesesatan diatas adalah kafir. (lihat: Ibn Juzai, al-Tashil li ‘Ulum al-Tanzil, juz 1 hlm. 135; al-Baidlawi, Tafsir Anwar al-Tanzil, juz 1 hlm. 285; al-Suyuthi, Tafsir al-Jalalain, juz 1 hlm. 265)

Dari pernyataan-pernyataan Fuad Plered diatas terlihat bahwa dia sendiri meski mengaku NU namun justru pro terhadap Syi’ah dan berpikiran liberal, dua pemikiran yang memang sengaja disuburkan didalam tubuh tokoh-tokoh di PBNU.

Kiai Raden Tumenggung (KRT) Nur Ikhyak Salafi Hadinegara

Menanggapi video Syaikhina Muhammad Najih yang mencatut nama beliau, KRT Nur Ikhyak pun ikut buka suara dan tidak terima. Dia menuduh Abah Najih berlebihan dalam menuduh ada unsur Syi’ah dalam gerakan anti habaib itu hanya karena kitab yang dijadikan rujukan adalah kitabnya Syi’ah. Dia bertanya apakah dengan menggunakan rujukan kitab Syi’ah berarti menjadi Syi’ah. Dia juga menyamakan dengan kita menggunakan Kamus al-Munjid karangan Louis Ma’luf yang seorang tokoh Katolik, Google, internet, dan media sosial seperti YouTube yang diciptakan orang non-Muslim apakah menjadikan kita non-Muslim juga.

Tentu argumen ini sangat dangkal dan tidak ilmiah. Dia mengaku NU tapi justru lebih percaya dengan sumber-sumber yang kuat pengaruh Syi’ah-nya daripada keterangan ulama-ulama Ahlussunnah yang menisbatkan kesahihan nasab Ba’alawi seperti Syaikh Murtadla al-Zabidi, Syaikh Yusuf al-Nabhani, Hafizh al-Sakhawi, Qadli Ja’far al-Lubni, dan masih banyak lagi. Bahkan para ulama, kiai-kiai sepuh, dan para auliya di Nusantara pun secara mufakat mencintai para habaib sejak zaman dahulu tanpa ada yang mengingkari kecuali segelintir orang yang tertutup hati dan fikirannya. Karena geramnya dengan gerakan habaib yang keras dalam amar ma’ruf nahi munkar, akhirnya KRT Nur Ikhyak beserta gerombolannya menyerang para habaib dengan berbagai tuduhan dan fitnah.
KRT sendiri banyak membuat video di YouTube yang mendiskreditkan para habaib dan mengadu domba antara habaib dan pribumi seperti judul “Pemb0d0h4n Oknum Habib Kepada Umat”, “Orang Yaman Didatangkan oleh Londo Sebagai Tenaga Kerja”, “Hari Kebangkitan Pribumi dari Doktrin K4st4”, dll.

KRT juga mengatakan bahwa tidak semua Syi’ah itu sesat dan tidak semua Ahlussunnah itu lurus. Dia berdalil bahwa dalam Syi’ah ada Zaidiyah dan Ja’fariyah yang madzhab diakui dalam Risalah Amman, sebaliknya ada Wahabi, LDII, dan NII yang mengaku Ahlussunnah.
Jawaban KRT ini pun jelas pembodohan dan berdalil dengan Risalah Amman yang terbit di Yordania tahun 2005 silam juga tidak ada relevansinya. Jelas sekali penelitian yang kelompok mereka lontarkan mengarahkan nasab Walisongo kepada Musa al-Kazhim seorang Imam Syi’ah Itsna ‘Asyariyah dimana golongan ini disebut ahli bid’ah oleh kitab-kitab aliran teologi Islam. (lihat: Abdul Qahir al-Baghdadi, al-Farq Baina al-Firaq, hlm. 43; al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, hlm. 161) Selanjutnya, tidak ada ulama Ahlussunnah sejati yang mengakui Wahabi, LDII, dan NII sebagai Ahlussunnah meskipun mereka mengaku demikian karena ajaran mereka banyak keluar dari pakem Aswaja seperti mengharamkan tawassul dan istighatsah, mengkafirkan dan menganggap najis orang yang tidak ikut ajaran mereka, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, KRT menuduh bahwa nasab Ba’alawi adalah rekayasa Belanda sesuai rencana Snouck Hurgronje dan Van Den Berg beserta seorang mufti Batavia keturunan Ba’alawi yaitu Sayyid Usman bin Yahya. KRT menuduh ketiga tokoh diatas bekerjasama merekayasa nasab Ba’alawi sehingga bisa menyambungkan nasab Walisongo pada habaib Ba’alawi. Dia juga mengatakan bahwa nasab Walisongo sampai kepada Ba’alawi hanya merujuk pada kitab Syams al-Zhahirah karangan Syarif Abdurrahman al-Masyhur pada catatan kaki Sayyid Muhammad Dliyauddin Syahab yang mengambil referensi dari keterangan orientalis Belanda bernama Van Den Berg dan berdasarkan keterangan Rabithah Alawiyah, dimana KRT tidak percaya akan keterangan tersebut dan menyebutnya sebagai rekayasa Arab dan Belanda untuk menjajah pribumi dengan tameng keturunan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama.
Ada beberapa masalah dalam tuduhan diatas. Pernyataan Van Den Berg meskipun memberikan informasi tentang nasab Ba’alawi namun bukanlah satu-satunya sumber informasi tersambungnya nasab Walisongo dengan Bani Alawi dari Hadramaut. Kiai Abul Fadhol Senori dalam kitabnya Ahla al-Musamarah fi Hikayah al-Auliya al-‘Asyrah juga menyatakan bahwa Sayyid Ibrahim Asmara meski ada beberapa riwayat tentang silsilahnya namun semuanya sepakat beliau adalah keturunan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama. Beliau menikah dengan Dewi Condrowulan dan dikaruniai tiga putra: Raja Pandhita, Sayyidah Zainab, dan Sayyid Rahmat yaitu Sunan Ampel. (Abul Fadhol, Ahla al-Musamarah fi Hikayah al-Auliya al-‘Asyrah, hlm. 4-5)

Dalam silsilah keturunan kesultanan Palembang juga disebutkan Tuan Jalaluddin Talang Sura adalah keturunan Ba’alawi dari jalur Jamaluddin Husain hingga disebutkan nama Abdullah bin Ahmad Muhajir. Keterangan yang sama juga ditemukan dalam manuskrip Masjid Ampel di Surabaya bahwa Ali Rahmat (Sunan Ampel) bin Ibrahim Asmara nasabnya juga sampai pada Jamaluddin Husain, silsilah Kesultanan Cirebon yang ada di tangan Sultan Sepuh Syamsuddin Martawidjaya, Kiai Muslim bin Muhammad Shaleh, dan Kiai Abdul Halim Majalengka, serta silsilah raja-raja Banten yang ditulis oleh Tubagus Ismail Muhammad. (Syarif Abdurrahman al-Masyhur, Syams al-Zhahirah, hlm. 522-523)

Jadi keliru jika dikesankan bahwa informasi nasab Walisongo dinisbatkan ke Ba’alawi hanya lewat keterangan Van Den Berg saja. Keterangan Van Den Berg tersebut hanyalah penguat (syahid) dari informasi-informasi yang sudah beredar sendiri di kalangan kesultanan Nusantara. Lebih buruk lagi jika sampai mengatakan bahwa silsilah Ba’alawi dalam Walisongo adalah rekayasa Van Den Berg bersama Snouck Hurgronje dkk. Keinginan Belanda sebenarnya adalah menghapus kesultanan-kesultanan yang ada di Indonesia sehingga pengaruh Islam menjadi redup.
Meskipun perkara nasab ini tidak masuk ranah fiqih apalagi akidah, namun kami tetap memilih ikut dan hormat ta’zhim kepada kiai-kiai sepuh yang meyakini Walisongo sebagai keturunan Ba’alawi dari Hadramaut kecuali Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Barangkali karena kelompok Imaduddin yang ingin memutus nasab Ba’alawi dan menjelekkan nama habaib akhirnya dihujat banyak kalangan dan tidak laku lagi, akhirnya mereka pun mengarahkan agendanya dengan mengacak-acak nasab Walisongo dan diarahkan ke Syi’ah. Tapi kenapa baru terjadi menjelang Pilpres? Maka tidak salah kalau mereka dituduh punya agenda politik di belakangnya yaitu memecah belah suara umat Islam antara pribumi dan Arab agar Anies Baswedan tidak bisa menang karena mereka khawatir gerakan Syi’ah, liberal, komunis, dan Indo-China yang sudah dipersiapkan dirusak oleh presiden yang baru. Taktik yang jahat, keji, tapi juga dangkal dan dungu.

Tubagus Mogi Nurfadhil

Dia adalah salah satu pendukung Imaduddin yang membuat kontroversi mempertanyakan nasab Walisongo dari Ba’alawi. Dalam sebuah forum yang dihadiri oleh Imaduddin Utsman, Fuad Plered, KRT Nur Ikhyak, dan juga beberapa tokoh lain termasuk perwakilan dari Densus 88 (BNPT?), Tubagus Nurfadhil menyatakan bahwa ada tiga alasan mengapa nasab Ba’alawi harus ditolak.
Pertama, keterputusan nasab. Kedua, nasab Ba’alawi di Indonesia tidak mendapat pengakuan dari Naqib Irak dan Naqib internasional lainnya. Ketiga, dari tes DNA kalangan Ba’alawi di Yaman hasilnya ditemukan tidak singkron dengan dzurriyah nabi lainnya namun justru identik dengan DNA Yahudi Ashkenazi dari Kaukasia setelah komparasi data ke situs jewishdna.net.
Anehnya, sesuai keterangan dari Tubagus Nurfadhil sendiri bahwa ketika dia memaparkan hal ini ke Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin, justru beliau malah mendukung secara positif penelitian tentang nasab habaib ini dan tidak menentangnya bahkan mengatakan bahwa sejarah Walisongo harus diluruskan seakan sebelumnya belum lurus dan bermasalah. Mengapa Kiai Ma’ruf Amin menjadi seperti ini sekarang?

Alasan-alasan diatas jika ditelaah dengan seksama meski terlihat ilmiah namun sebenarnya ibarat buih di lautan yang kelihatannya banyak namun tidak ada isinya. Pertama, tentang keterputusan nasab kami sudah membahasnya di bagian awal tulisan ini. Kedua, anggapan bahwa tidak ada pengakuan Naqib Irak dan Naqabah al-Asyraf internasional terhadap nasab Ba’alawi juga alasan yang mengada-ada. Secara logika, tidak adanya pengakuan belum tentu menolak. Justru yang terjadi malah sebaliknya, Naqib Sadah Uraidliyyun di Irak yaitu Sayyid Walid al-Uraidli al-Husaini dalam kitabnya Ghayah al-Ikhtishar fi Ansab al-Sadah al-Athhar menyatakan silsilah keluarga Ba’alawi dengan menyebut nama Ubaidillah bin al-Muhajir Ahmad bin Isa. (Sayyid Walid al-Uraidli al-Husaini, Ghayah al-Ikhtishar fi Ansab al-Sadah al-Athar, hlm. 31). Seluruh Naqabah al-Asyraf baik di Irak hingga internasional pun menggunakan sumber-sumber kitab nasab yang mengakui dan menjunjung nasab Ba’alawi. Ini justru bukti bahwa Nuqaba’ Irak maupun internasional mengakui nasab Ba’alawi.
Adapun argumentasi Tubagus Nurfadhil bahwa ada persaksian seorang Naqib Irak bahwa Sayyid Ahmad bin Isa tidak pernah pergi ke Hadramaut dan makamnya berada di kota Mu’tabarah Irak itu adalah informasi yang tidak jelas. Siapa nama Naqibnya tidak jelas, kota Mu’tabarah dimana juga tidak jelas. Terlebih informasi ini jelas bertentangan dengan keterangan kitab-kitab sejarah yang ditulis oleh para ahli nasab. Perhatikan saja tulisan Syaikh Murtadla al-Zabidi dalam kitab beliau ini:

هاجر الشريف أحمد بن عيسى النقيب من المدينة إلى البصرة في العشر الثانية من القرن الرابع الهجري وخرج منها هو وولد عبد الله إلى المشرق وألقى عصا التسيار باليمن واستقر بحضرموت (الروض الجلي في نسب بني علوي، ص 141)

Ketiga, menggunakan tes DNA untuk menyangkal nasab Bani Alawi juga merupakan kesimpulan yang tergesa-gesa karena teori ini pun masih diperdebatkan akurasinya bahkan di kalangan ilmuan genetika sendiri. Dari berbagai tulisan ilmiah bahkan dari situs jewishdna.net sendiri disebutkan bahwa etnis Yahudi sendiri gen asal atau Hoplagroup-nya beragam baik E, G, J, R, Q, T, bahkan sampai B dan C. Keragaman gen asal ini disebabkan diantaranya karena percampuran ras karena pernikahan silang dan sebagainya. Ini jelas menyangkal teori keseragaman gen asal (Hoplagroup) dalam sebuah komunitas. Jika demikian maka gen keluarga nabi pun bisa jadi ikut beragam sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil penelitian yang ada, dan hanya karena dua golongan memiliki kesamaan gen asal belum tentu menjadikannya sebagai satu keluarga.

Karena itu, lembaga-lembaga penelitian DNA Yahudi seperti yang dijadikan referensi oleh Nurfadhil diatas pun secara gamblang memberi peringatan (disclaimer) bahwa “Tidak ada dalam DNA Anda yang dapat memberi tahu Anda apakah Anda termasuk orang Yahudi, atau lainnya. Satu-satunya cara untuk membuktikan keturunan Yahudi adalah dengan menghubungkan silsilah keluarga Anda dengan leluhur yang secara historis dikonfirmasi sebagai Yahudi”.

Dalam keterangan kitab-kitab Fiqh, ilhaqun nasab (mempertemukan nasab) dilakukan dengan jalan pernikahan, pengakuan nasab, pembuktian lewat persaksian, dan pencarian lewat seorang ahli nasab (qaif). Jika hal-hal ini tidak ditemukan, maka bisa menggunakan media tes medis seperti tes darah dan tes DNA di zaman modern sekarang dengan catatan hasilnya harus akurat. Jika tidak maka tidak bisa dijadikan acuan dan harus kembali kepada ahli nasab atau menunggu sampai besar. Imam Nawawi dalam al-Majmu’ menerangkan:

وان اشتركا في وطئها في طهر فأتت بولد يمكن أن يكون منهما لحق الزوج لان الولد للفراش وقد أمكن كونه منه وان ادعى الزوج أنه من الواطئ فقال بعض أهل العلم: يعرض على القافة معهما فيلحق بمن ألحقته منهما، فإن ألحقته بالزوج لحق ولم يملك نفيه باللعان، وهو أصح الروايتين عن أحمد رضى الله عنه ولنا أنه يمكن الاستعانة بالطب الشرعي في تحليل فصائل دم كل من الرجلين والام فإن تشابهت فصائل الدم عندهما أخذ بالقافة وان اختلفت فإن كان أحدهما (ا) والآخر (ب) والام (و) فإن جاء الولد (و) رجعنا إلى القافة وان جاء (ا) كان لمن فصيلته (ا) وان جاء (ب) كان كذلك، وان جاء (اب) رجعنا إلى القافة، ويحتمل أن يلحق الزوج لان الفراش دلالته أقوى فهو مرجح لاحد الاحتمالين فيلحق بالزوج، ويمكن أن يلحق بهما ولم يملك الواطئ نفيه عن نفسه، وللزوج أن ينفيه باللعان. وهذا احدى الروايتين عن أحمد (رض) وان لم توجد القافة أو أنكر الواطئ الوطئ أو اشتبه على الطب الشرعي أو القافة ترك إلى أن يكبر إلى وقت الانتساب فإن انتسب إلى الزوج والا نفاه باللعان. (المجموع شرح المهذب، ج 7 ص 410)

Melihat bahwa penentuan nasab Ba’alawi lewat tes DNA akurasinya masih dipertanyakan karena begitu banyaknya variasi gen asal seperti keterangan diatas, maka hasil tes DNA tersebut secara Fiqh tidak bisa dijadikan acuan. Justru pengakuan nasab Ba’alawi para ahli nasab dari kalangan Nuqaba al-Asyraf dari zaman dulu hingga sekarang yang begitu mudah ditemukan di kitab-kitab ulama salaf justru menunjukkan bahwa nasab Ba’alawi yang ada sekarang sudah benar adanya.

Khatimah
Nasab para habaib di Indonesia merupakan hal yang sudah final karena sudah diterima dan diakui dari dulu oleh para ulama dan kiai-kiai sepuh sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi. Orang-orang yang getol menolak nasab habaib sejatinya adalah orang yang tidak mau menerima kebenaran, tidak punya adab pada para ulama Ahlussunnah dan kiai-kiai sepuh, dan di belakangnya ada agenda lain yang akibatnya jelas ingin mengadu domba antara kaum pribumi dengan kaum habaib. Ini harus dilawan secara serius karena menyangkut masa depan generasi penerus Ahlussunnah wal Jama’ah supaya mereka terjaga dari paham Syi’ah, liberal, dan komunis. Semoga tulisan ini dapat berkontribusi dalam membela akidah Ahlussunnah wal Jama’ah dan membela marwah dzuriyah Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama.

Terakhir, kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga umat Islam khususnya di Indonesia selalu dijaga akidah dan amaliyahnya dari penyesatan-penyesatan yang dilontarkan terus-menerus oleh kelompok-kelompok yang ingin menghilangkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, dan semoga gerakan dan rencana mereka digagalkan dan dihancurkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amin Ya Rabbal ‘alamin. WaLlahu A’lam bi al-shawab.(*)

Alumni Ribath Darusshohihain PP Al-Anwar
Karangmangu Sarang Rembang

KRITIK TERHADAP PERNYATAAN-PERNYATAAN KONTROVERSIAL ABDUL SYAKUR YASIN (BUYA SYAKUR)

Muqaddimah

Umat Islam hingga kini masih selalu diganggu dengan propaganda “sepilis” (sekularisme, liberalisme, pluralisme) yang terus-menerus dipaksakan masuk kedalam ajaran Islam. Dengan gelontoran dana yang menggiurkan dan iming-iming pangkat dan popularitas, agenda liberalisasi Islam ini menjadi “artefak mati” yang sudah lama dibongkar kesalahan dan kesesatannya namun tetap saja disuarakan secara massif.

Yang lebih disayangkan lagi, virus ini telah lama menjangkiti tubuh organisasi NU sehingga banyak oknum-oknumnya yang secara sistimatis dan masif ikut mendakwahkan liberalisme dan pluralisme di dunia akademik, pesantren, dan juga masyarakat lewat pengajian-pengajian umum dan sebagainya. Ini jelas sekali merusak ajaran NU yang komitmen dengan Ahlussunnah wal Jama’ah, mencoreng nama NU di kalangan umat Islam secara luas, dan tidak jauh jika dikatakan sebagai pengkhianatan terhadap Hadlratussyaikh Hasyim Asy’ari dan ulama sesepuh pendahulu.

Beberapa waktu terakhir ini ramai kalangan membincangkan tentang sosok Abdul Syakur Yasin atau yang dikenal dengan Buya Syakur. Dia dikenal dengan pernyataan-pernyataan kontroversial yang berbau liberalis, pluralis, dan Syi’ah dalam berbagai ceramahnya. Yang terakhir membuat heboh adalah ceramahnya bertajuk “Moderasi Beragama” saat diundang oleh Menag dan Mabel Polri pada 01 Juni 2021 kemarin. Berikut pernyataan-pernyataan Abdul Syakur Yasin (selanjutnya disingkat ASY) yang sarat ideologi liberal, pluralis, dan Syi’ah beserta analisis dan bantahan ilmiah terhadapnya.

Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama tidak pernah merasa benar dengan agamanya dan tidak yakin diri beliau masuk surga.

Ini merupakan penyesatan terhadap Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama seakan beliau sendiri ragu terhadap kenabian beliau sendiri. Ini jelas tidak mungkin terjadi karena menyalahi sifat shidq yang merupakan sifat wajib bagi nabi dan rasul. Tidak pernah ada sejarah mengatakan nabi atau rasul meragukan wahyu yang diterima dari Allah Ta’ala. Dalam Al-Quran Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama mengatakan agama Islam adalah ajaran kebenaran. Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا [الإسراء : 81]

“Katakanlah: Telah datang kebenaran (Islam) dan lenyaplah kebatilan (syirik). Sungguh kebatilan telah lenyap.” (QS. Al-Isra’: 81)

Ucapan ASY diatas juga merupakan pelecehan terhadap Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama karena menuduh beliau ragu dengan ajaran yang diturunkan oleh Allah Ta’ala, padahal nabi-nabi sebelumnya tidak dituduh meragukan ajarannya oleh ASY sehingga akibatnya Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dianggap lebih rendah kedudukannya dari nabi-nabi yang lain. Ini jelas menyalahi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (baca: NU) bahwa Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama adalah pimpinan para nabi dan rasul dan merupakan utusan Allah bahkan makhluk Allah yang paling utama.

Syaikh Ibrahim al-Laqqani dalam nazham Jauharah al-Tauhid yang menjadi kitab standar ilmu Kalam/Tauhid di pesantren-pesantren NU/Aswaja mengatakan:

وأفضل الخلق على الإطلاق # نبينا فمل عن الشقاق
والأنبيا يلونهم في الفضل # وبعدهم ملائكة ذي الفضل

Dia mutlak makhluk paling utama # Nabi kita, menghindarlah dari beda
Nabi-nabi mendekati utamanya # setelahnya malaikat yang mulia

Tuduhan ASY bahwa Nabi Muhammad tidak yakin dirinya masuk surga juga bertentangan dengan hadits-hadits, bahkan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama sendiri yang mengatakan dialah yang pertama kali membuka pintu surga. Diantaranya adalah hadits riwayat Anas bin Malik:

آتى باب الجنة يوم القيامة فأستفتح فيقول الخازن من أنت قال فأقول محمد. قال يقول بك أمرت أن لا أفتح لأحد قبلك

“Saya mendatangi pintu surga di Hari Kiamat lalu saya mengetuknya. Malaikat penjaga surga berkata, “Siapa Anda?” Saya menjawab, “Muhammad.” Lalu malaikat menjawab, “Saya diperintahkan untuk tidak membukakan pintu surga kepada seorangpun sebelum Anda.” (HR. Muslim)

أنا أول من يقرع باب الجنة

“Saya adalah yang pertama kali membuka pintu surga.” (HR. Muslim)

Jadi tuduhan ASY diatas jelas hanya imajinasi liar tanpa dasar karena keblinger dengan omongan kaum orientalis pemuja pluralisme agama di Barat dan kaum IsNus (Islam Nusantara) ala Gus Dur dan Said Aqil.

Kalimat “tauhid” adalah kalimat persatuan, bukan Laailaha illaLlahu.

Ucapan ASY ini sama dengan ucapan Said Aqil beberapa tahun lalu bahwa kalimatun sawa’ yang ada di Al-Quran dimaknai sebagai Bhinneka Tunggal Ika, bukan kalimat syahadat. Inti ucapan ini adalah apapun agamanya selama mementingkan persatuan dan kesatuan maka dia telah masuk dalam kalimat tauhid. Ini jelas ucapan yang keliru dan menyesatkan. Di dalam Al-Quran gamblang sekali dijelaskan bahwa yang dimaksud kalimatun sawa’ adalah tidak menyembah selain Allah. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ [آل عمران : 64]

“Katakanlah: Wahai Ahli Kitab. Bergegaslah menuju kalimat yang sama antara kami dan kalian yaitu tidak menyembah selain Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, dan tidak mengambil sebagian dari kita sebagai tuhan selain Allah.” (QS. Ali Imran: 64)

Dalam ayat ini disampaikan bahwa Ahli Kitab diajak menuju kalimat persatuan yakni kalimat Tauhid Laailaha illaLlahu. Ini adalah kalimat persatuan manusia mulai zaman Nabi Adam ‘alaihi al-Salam, yakni ajakan kepada seluruh umat manusia untuk bersatu menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Hanya saja Syari’ahnya yang berbeda-beda dan Islam yang dibawa Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama sebagai penutup dan penyempurna.

Bahwa kalimat Laailaha IllaLlahu jadi kunci surga tidak masuk akal.

Ucapan ASY diatas memperlihatkan keraguan tanpa dasar terhadap hadits-hadits Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama, seakan yang baginya tidak masuk akal tidak akan diterima meski haditsnya Shahih atau Hasan. Ini adalah pengaruh orientalis Kristen dan Barat yang suka bertindak sama seperti ini. Padahal hadits-hadits bahwa orang yang telah mengucapkan kalimat Laailaha IllaLlahu masuk surga itu diriwayatkan dalam Kutubussittah.

Ini juga merupakan pelecehan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama karena menganggap beliau bodoh karena mengungkapkan hal-hal fiktif dan tidak rasional. Jika dia beranggapan kok sebegitu mudahnya orang bisa masuk surga hanya dengan kalimat saja, maka Syaikhina Muhammad Najih menjawab:

“Orang ketika akan meninggal bisa baca Laailaha IllaLlahu itu orang hebat, dalam arti sebelum dia mengucapkan itu telah melakukan amal-amal yang hebat seperti istiqamah shalat, zakat, puasa, dll, imannya kuat dan merasa dosa ketika meninggalkan shalat, dan sebagainya. Kalau tidak punya iman yang hebat, akan sukar mengucapkan Laailaha IllaLlahu. Makanya Walisongo dan ulama-ulama kita dahulu mengajarkan tahlilan supaya ketika kita mau mati bisa mengucapkan lailaha illallah. Jadi jika dalam thariqah-thariqah ada amalan memperbanyak bacaan lailaha illallahu itu supaya kita husnul khatimah, disamping maknanya diperdalam lagi yakni kita tidak punya Tuhan selain Allah dan selain Allah jangan dituhankan, didewakan, diandalkan, dan dicintai. Kedua adalah nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama karena beliau adalah wasilah (lantaran) bagi kita hingga bisa berislam dan beriman. Bukan orang NU itu, namun selundupan yang dibesar-besarkan karena dia mbahnya Islam Nusantara. Seirama, seide, dan kadernya Gus Dur.”

Islam itu belum sempurna dan tidak pernah sempurna.

Ini jelas menyalahi ayat Al-Quran:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة : 3]
“Hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian, melengkapi nikmat-Ku untuk kalian, dan meridlai Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maidah: 3)

Ucapan ASY tersebut sama dengan ucapan tokoh Islam Liberal Nurcholis Madjid yang dipengaruhi filsafat Yunani dan Kristen abad Pertengahan bahwa Islam tidak akan pernah jadi (being) dan akan terus selalu menjadi (becoming), sehingga ini menjadi pintu gerbang untuk melakukan perombakan terhadap ajaran-ajaran Islam yang tidak sesuai perkembangan zaman hingga hal-hal yang sifatnya ma’lumun bi dlarurah. Padahal pemikiran seperti ini telah lama merusak teologi Kristen, dan sekarang ingin diarahkan untuk merusak Islam. Na’udzubiLlah min dzalika.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama ada konflik berdarah antara Abu Bakar dan Ali hingga menjadi pertumpahan darah sampai saat ini.

Ini pernyataan yang keliru karena tidak pernah ada pertumpahan darah saat pelantikan Abu Bakr menjadi khalifah dan tidak ada pula permusuhan antara Abu Bakr dan Ali. Yang terjadi saat prosesi pemilihan khalifah adalah saling adu argumen antara kaum Muhajirin dan Anshar yang menyebabkan mereka saling berteriak dan meninggikan suara, hanya itu saja. Lalu Umar pun membaiat Abu Bakr sehingga akhirnya para shahabat Anshar dan Muhajirin menjadi tenang kembali dan membaiat beliau.

فلما قضى أبو بكر كلامه قام منهم رجل فقال أنا جذيلها المحكك وعذيقها المرجب منا أمير ومنكم أمير يا معشر قريش قال فارتفعت الأصوات وكثر اللغط فلما أشفقت الاختلاف قلت لأبي بكر ابسط يدك أبايعك فبسط يده فبايعته وبايعه المهاجرون وبايعه الأنصار – تاريخ الطبري – (2 / 235)

Sayyidina Ali pun meski saat pelantikan Abu Bakr menjadi khalifah tidak hadir namun kemudian beliau pun membaiatnya bersama dengan Zubair bin Awwam.

و أخرج موسى بن عقبة في مغازيه و الحاكم و صححه عن عبد الرحمن بن عوف قال : خطب أبو بكر فقال : و الله ما كنت حريصا على الإمارة يوما و لا ليلة قط و لا كنت راغبا فيها و لا سألتها الله في سر و لا علانية و لكني أشفقت من الفتنة و مالي في الإمارة من راحة لقد قلدت أمرا عظيما مالي به من طاقة و لا يد إلا بتقوية الله فقال علي و الزبير : ما غضبنا إلا لأنا أخرنا عن المشورة و إنا نرى أبا بكر أحق الناس بها إنه لصاحب الغار و إنا لنعرف شرفه و خيره و لقد أمره رسول الله صلى الله عليه و سلم بالصلاة بالناس و هو حي – تاريخ الخلفاء – (1 / 63)

Sayyidina Ali berperan dalam memberi saran dan dukungan kepada khalifah Abu Bakr untuk memerangi kaum murtad.

لما امتنع من امتنع من دفع الزكاة إلى أبي بكر جمع أبو بكر أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فشاورهم في أمرهم فاختلفوا عليه فقال لعلي ما تقول يا أبا الحسن قال أقول لك إن تركت شيئاً مما أخذه رسول الله صلى الله عليه وسلم منهم فأنت على خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أما لئن قلت ذاك لأقاتلنهم وإن منعوني عقالاً – الرياض النضرة في مناقب العشرة – (1 / 68)

Sayyidina Ali menjadi panglima utama pasukan penjaga kota Madinah saat Abu Bakr melancarkan serangan kepada kelompok murtad.
فجعل الصديق على أنقاب المدينة حراسا يبيتون بالجيوش حولها، فمن أمراء الحرس علي بن أبي طالب، والزبير بن العوام، وطلحة بن عبد الله، وسعد بن أبي وقاص، وعبد الرحمن بن عوف، وعبد الله بن مسعود، وجعلت وفود العرب تقدم المدينة. – البداية والنهاية – (6 / 342)

Sayyidina Ali juga ikut berperang melawan Musailimah al-Kadzab dan mendapatkan putri dari Bani Hanifah atas pemberian khalifah Abu Bakr, lalu diambil budak oleh Sayyidina Ali dan melahirkan Muhammad Bin Hanafiyyah.
قال هشام: محمد بن علي ابن الحنفية رضي الله عنهما، وزعم خراش بن إسماعيل العجلي أنها من بني حنيفة كانوا مجاورين في بني أسد فأغار عليهم قوم من العرب في سلطان أبي بكر رضي الله عنه، فأخذوا خولة فقدموا بها المدينة فاشتراها أسامة بن زيد ثم اشتراها علي بن أبي طالب رضي الله عنه وولد (7) علي رضي الله عنه، يقولون: أقبل بنو أبيها فقالوا: هذه امرأة منا فأمهرها مهور نسائنا، ثم تزوجها فأولدها محمدا وحده – المنمق في أخبار قريش – (1 / 401)

Sayyidina Ali juga mendapatkan seorang Ummu Walad dari Bani Taghlib bernama Shahba’ usai ikut melakukan penyerangan ke Ainut Tamr atas perintah khalifah Abu Bakr.
وله من الصهباء – وهي أم حبيب بنت ربيعة بن بجير بن العبد بن علقمة ابن الحارث بن عتبة بن سعد بن زهير بن جشم بن بكر بن حبيب بن مرو ابن غنم بن تغلب بن وائل، وهي أم ولد من السبي الذين أصابهم خالد ابن الوليد حين أغار على عين التمر على بني تغلب بها – عمر بن علي، ورقية ابنة علي – تاريخ الرسل والملوك – (3 / 152)

Melihat keterangan-keterangan diatas, jelas bahwa ASY mencoba mengelirukan sejarah Abu Bakr dan Ali tanpa membaca keterangan sejarah dari ulama-ulama Aswaja seperti al-Thabari dan lebih percaya dengan keterangan dari orientalis dan pemikir Arab pro liberal dan Syi’ah seperti Husein Haikal dst.

Nabi Muhammad disebut sebagai “brondong” saat menikah dengan Siti Khadijah yang seorang ibu.

Menyebut Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dengan istilah “brondong” menunjukkan kalau ASY merupakan penceramah yang tidak punya adab kepada nabi dengan guyonan sesuka hatinya untuk menarik perhatian para hadirin. Sama dengan Ahmad Muwafiq dulu yang mengatakan Kanjeng Nabi “rembes” (dekil) dan waktu kecilnya bisa jadi pernah mencuri buah. Begitulah wataknya tokoh-tokoh yang dipuja-puja kaum Islam Nusantara.

Kalimat yang dilontarkan ASY diatas jelas sekali terpengaruh sinisme orientalis bahwa Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama menikah hanya karena mencari kepuasan seksual. Sungguh tidak beradab sekali ASY dan orientalis-orientalis pujaannya menyamakan Rasulullah dengan orang-orang yang pikirannya hanya syahwat saja. Ini juga merupakan bentuk pelecehan terhadap Sayyidah Khadijah karena menganggap seakan beliau suka mencari ‘daun muda’ untuk memenuhi syahwatnya. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un.

Syaikh Ramdlan al-Buthi dalam Fiqh al-Sirah menyebutkan tentang pernikahan Kanjeng Nabi dengan Sayyidah Khadijah, “Dari pernikahan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dengan Sayyidah Khadijah, maka asumsi orang pertama kali adalah tidak adanya perhatian Kanjeng Nabi dengan kepuasan-kepuasan jasmani. Jika beliau yang masih belia memiliki keinginan demikian sama seperti pemuda-pemuda yang seumuran dengannya, tentu Kanjeng Nabi mencari wanita yang lebih muda atau setidaknya tidak lebih tua dari beliau. Jelas sekali bagi kita bahwa Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama cinta kepada Sayyidah Khadijah karena kemuliaan dan kepandaian diantara kaumnya hingga beliau dijuluki sebagai ‘afifah thahirah (wanita yang pandai menjaga diri dan suci).” (Syaikh Ramdlan al-Buthi, Fiqh al-Sirah, hlm. 86)

Siti Khadijah adalah pengikut Nasrani dengan bukti tidak mau dimadu (poligami) dan konsultasi ke pendeta Nasrani yaitu Waraqah.

Pertanyaannya, mana dalil yang mengatakan bahwa Sayyidah Khadijah tidak mau dipoligami? Adapun mengapa Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama tidak menikah lagi saat beristri Sayyidah Khadijah adalah karena saking keanggunan dan kemuliaan istrinya tersebut yang sangat menyenangkan Rasulullah hingga beliau tidak punya fikiran untuk poligami. Khadijah adalah wanita pertama yang mengimani wahyu yang pertama kali diterima Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dari Malaikat Jibril. Khadijah yang selalu menguatkan hati Rasulullah dan meyakinkan bahwa beliau adalah nabi yang terpilih. Khadijah adalah istri yang selalu memberikan dukungan baik finansial maupun psikis pada awal-awal dakwah Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama. Sangat mudah membayangkan bagaimana tingginya kedudukan Sayyidah Khadijah di hati beliau.
Makanya saat Sayyidah Khadijah wafat maka disebut ‘Amul Huzn (Tahun Kesedihan). Tidak bisa dibayangkan bagaimana Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama begitu kehilangan istri yang menemani dan mendukung beliau di masa-masa awal menjadi nabi dan mendakwahkan agama Islam. Setelah wafatnya Siti Khadijah Kanjeng Nabi sampai tidak punya keinginan untuk beristri lagi selama bertahun-tahun saking cinta beliau kepada Khadijah. Hal-hal semacam ini yang mestinya direnungkan oleh orang macam ASY supaya tidak bicara ngawur di depan publik.

Adapun asumsi ASY bahwa Khadijah itu asalnya beragama Nasrani karena berkonsultasi kepada pendeta Waraqah bin Naufal itu perlu diberi beberapa catatan. Pertama, Waraqah bin Naufal termasuk Ahli Kitab yang menganut ajaran Nabi Isa ‘alaihi al-Salam yang belum terkena tahrif, makanya Waraqah ketika melihat tanda kenabian pada Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama beliau langsung meyakinkan Khadijah untuk beriman kepada Rasulullah dan melindungi beliau. Kedua, setelah Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama menerima perintah dakwah agama Islam maka Khadijah adalah yang pertama kali mengimaninya, sehingga beliau otomatis masuk agama Islam.
Jadi anggapan ASY bahwa Khadijah beragama Kristen itu untuk apa? Jawabannya mesti untuk menggiring opini masyarakat agar memandang Islam dan Kristen sekarang itu sama saja. Ini kalau istilah sekarang termasuk kategori konten yang dimanipulasi (manipulated content) dengan tujuan menipu. Mestinya sudah ditindak oleh Menkominfo ini karena termasuk kategori hoax.

Sayyidina Umar seperti Hitler Nazi yang membunuh habis kaum Yahudi

Penyamaan Sayyidina Umar dengan Hitler Nazi tidak hanya biadab dan fiktif karena melecehkan Shahabat, namun juga menggelikan. ASY mungkin tidak pernah dengar kisah Pakta Umar (Pact of Umar) saat merebut Baitul Maqdis (Jerusalem) dari kerajaan Romawi Byzantine, yang didalamnya ditetapkan bahwa non-Muslim diberi hak dzimmah berupa membayar pajak dengan ganti jaminan keamanan baik dirinya, hartanya, bahkan tempat ibadahnya tidak dirubuhkan serta tidak dipaksa keluar dari agama mereka.

وعن خالد وعبادة قالا صالح عمر أهل إيلياء بالجابية وكتب لهم فيها الصلح لكل كورة كتابا واحدا ما خلا أهل إيلياء بسم الله الرحمن الرحيم هذا ما أعطى عبدالله عمر أمير المؤمنين أهل إيلياء من الأمان أعطاهم أمانا لأنفسهم وأموالهم ولكنائسهم وصلبانهم وسقيمها وبريئها وسائر ملتها أنه لا تسكن كنائسهم ولا تهدم ولا ينتقص منها ولا من حيزها ولا من صليبهم ولا من شيء من أموالهم ولا يكرهون على دينهم ولا يضار أحد منهم ولا يسكن بإيلياء معهم أحد من اليهود – تاريخ الطبري – (2 / 449)

Adapun Yahudi tidak diberi izin tinggal bersama kafir dzimmiy karena mereka masih memperlihatkan permusuhan terhadap Islam. Namun bagi Yahudi yang dapat menerima perjanjian ini juga akan diberlakukan secara sama dan adil.
Jadi dimana ada cerita bahwa Sayyidina Umar membantai Yahudi? Padahal tentara beliau menaklukkan Jerusalem saja nyaris tanpa perlawanan dan bahkan justru didukung oleh penduduk non-Muslim yang ada disitu.
Sayyidina Umar tidak kenal dengan ideologi Fasisme, keunggulan ras Arya, dan Anti-Semitisme yang dipropagandakan oleh Adolf Hitler. Sayyidina Umar tidak pernah membunuh kaum Yahudi seperti pembantaian Yahudi (Holocaust) oleh Nazi Jerman yang konon mencapai 17 juta orang Yahudi menjadi korban. Sayyidina Umar membunuh atau memerangi Yahudi yang melanggar perjanjian atau yang menyerang Islam, bukan atas dasar kebencian terhadap ras seperti yang Hitler lakukan. Jadi menyamakan Sayyidina Umar dengan Hitler adalah tidak masuk akal sekaligus melecehkan Shahabat Nabi yang menjadi ciri khas kaum Syi’ah.

Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama tidak membawa agama baru tapi membawa sekte baru dari agama Nasrani.

Pernyataan ASY ini sama halnya dengan ucapan klasik kaum kafir zaman Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama yang menganggap Al-Quran hanyalah buatan Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama. Tentu saja Allah Ta’ala telah menjawab ucapan ASY ini dalam Firman-Nya:

وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ (48) بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ (49) [العنكبوت : 48 ، 49]

“Kamu tidak pernah membaca kitab sebelum Al-Quran dan tidak pernah pula menulisnya dengan tangan kananmu, sehingga orang-orang yang keliru itu menjadi ragu. (48) Bahkan Al-Quran adalah tanda-tanda yang jelas di hati orang-orang yang diberi ilmu. Tidak ada orang yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang zalim. (49) (QS. Al-Ankabut: 48-49)

Agama Islam menaskh (merevisi) agama-agama terdahulu, dan Al-Quran menaskh kitab-kitab terdahulu. Injil dan Taurat asal masih asli dan tidak muharraf adalah hujjah bagi Yahudi Nasrani, namun tidak bagi kita walaupun isinya mungkin benar. Apalagi kalau sudah terkena tahrif seperti Injil dan Taurat sekarang.

Adapun dalam Al-Quran ada kalimat:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ [الصف : 6]
“Ingatlah ketika Isa bin Maryam bersabda: Wahai Bani Israil. Saya adalah utusan Allah untuk kalian sebagai pembenar dari kitab Taurat yang ada di hadapan kalian dan pemberi berita baik dengan utusan yang akan datang setelahku bernama Ahmad.” (QS. Al-Shaff: 6)

Maka ini bukan berarti Al-Quran mengekor dengan Injil, namun sebagai hakim atau pemutus terhadap kitab-kitab dahulu. Kalau isinya cocok dengan Al-Quran berarti benar, dan kalau berbeda berarti muharraf (dirubah) atau memang mansukh (direvisi).

Agama-agama memang tidak sama, tapi urusan masuk surga itu urusan allah. Umat Islam tidak boleh klaim surga.

Untuk membungkam omongan ini Allah Ta’ala telah berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ [آل عمران : 19]
“Sungguh agama yang benar bagi Allah hanya Islam.” (QS. Ali Imran: 19)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ [آل عمران : 85]
“Siapa yang mencari agama selain Islam tidak akan diterima dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)

Apabila Yahudi Nasrani mengikuti ajaran Taurat dan Injil yang asli sebelum datang Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama maka dia masuk surga, akan tetapi kalau dia sudah menangi hidupnya nabi setelahnya seperti Yahudi menangi hidupnya Nabi Isa namun tidak mau beriman kepadanya maka dia kafir. Yahudi Nasrani yang bertemu Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama namun tidak mau beriman maka juga kafir dan masuk neraka selama-lamanya. Apalagi yang menyembah berhala (musyrikin).

Program “toleransi” yang dicanangkan oleh pemerintah sekarang sudah berubah menjadi “teleransi” dan “telorasin”. Alih-alih mendamaikan hubungan antaragama, yang terjadi malah pluralisme agama. Beberapa hari terakhir ini hari libur saat tanggal hari besar Islam selalu diundur dengan alasan Covid-19, akan tetapi di hari-hari besar nasional seperti 17 Agustus, Hari Lahir Pancasila 1 Juni, dan lain-lain tidak ada pengunduran hari libur padahal masyarakat sama-sama berjubel di tempat-tempat wisata, kuliner, dan perbelanjaan. Seakan Covid tidak takut dengan Islam namun takut dengan bendera Indonesia. Negara berpikir namun tanpa pikiran.
Bahwa Islam, Yahudi, dan Nasrani asal beramal shalih maka masuk surga. Maka jangan ada agama yang klaim surga.

Ini adalah omongan basi tokoh-tokoh liberal seperti Gus Dur, Ulil Abshor Abdalla, dll yang sudah bertahun-tahun dahulu dikritik dan ditolak oleh tokoh-tokoh ulama, kiai, dan cendekiawan Muslim. Ucapan ASY ini adalah pemahaman yang salah merujuk pada ayat Al-Quran:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ [البقرة : 62]
“Sungguh orang-orang yang beriman, Yahudi, Nasrani, dan Shabiin, barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta beramal shalih maka bagi mereka pahala dari Tuhan mereka. Mereka tidak perlu takut maupun susah.” (QS. Al-Baqarah: 62)
Para mufasir mengatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada kaum-kaum yang beriman kepada nabi yang diutus kepada mereka sebelum datangnya Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama baik Yahudi, Nasrani, atau Shabiin lalu beriman kepada Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dan menjalankan Syari’ahnya. Jadi bukan kepada Yahudi dan Kristen yang ada sekarang seperti omongan kaum liberal.

Makna kafir adalah gelap mata, tidak bersyukur, takabbur, dan seterusnya apapun agamanya. Maka kafir jangan dimaknai orang diluar Islam.

Ucapan ASY ini sama dengan keputusan Munas NU tahun 2019 silam bahwa non-Muslim jangan disebut sebagai kafir lalu didengungkan terus-menerus oleh tokoh-tokoh ormasnya seperti Nadirsyah Hosein, Said Aqil, Gus Miftah, dsb. Padahal dalam Al-Quran sudah jelas tertulis:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ [المائدة : 73]
“Kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah ada yang ketiga dari tiga.” (QS. Al-Maidah: 73)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ [المائدة : 17]
“Kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah al-Masih putra Maryam.” (QS. Al-Maidah: 17)
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ [التوبة : 30]
“Yahudi mengatakan Uzair itu anak tuhan. Nashara mengatakan al-Masih itu anak tuhan. Itu adalah ucapan mereka yang membebek pada omongan orang-orang kafir sebelum mereka. Allah memerangi mereka semua. Kapan mereka berhenti seperti itu?” (QS. Al-Maidah: 73)

Makna kafir pada ayat-ayat diatas tidak lain adalah mengimani Tuhan selain Allah, bukan gelap mata atau takabbur seperti yang diomongkan oleh ASY dan kawan-kawannya.

Bahwa malaikat itu bodoh dan Allah berkata, “Jangan banyak bacot!”

Sungguh tidak beradab seorang ASY merendahkan dan melecehkan malaikat seperti itu, dan melecehkan malaikat merupakan tindakan kufur. Rekaman percakapan Allah dan malaikat ini disebutkan dalam Al-Quran:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ [البقرة : 30]
“Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, “Sungguh Aku akan menjadikan khalifah di bumi.” Para malaikat berkata, “Apakah Kau akan menjadikan di bumi orang yang berbuat kerusakan di bumi dan mengalirkan darah, sedangkan kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikanmu?” Allah menjawab, “Sungguh Aku lebih tahu apa yang kalian tidak ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)

Abu Farj Ibn al-Jauzi dalam tafsirnya menyebutkan dua pendapat tentang siapa malaikat yang disebutkan di ayat tersebut. Pendapat pertama adalah seluruh malaikat, dan pendapat kedua adalah malaikat yang bersama dengan Iblis ketika diturunkan ke bumi untuk mengusir bangsa jin. (Ibn al-Jauzi, Zad al-Masir, juz 1 hlm. 41) Jika demikian berarti ASY mengatakan semua malaikat atau mayoritas malaikat itu bodoh, dan dia yang pintar sendiri!

Syaikh Muhammad Najih berkomentar tentang hal ini, “Hakikatnya malaikat hanya isykal, bukan protes kepada Allah Ta’ala. Mengapa yang mengganti bangsa jin di bumi adalah bangsa manusia yang punya perut dan syahwat, sedangkan bangsa malaikat tidak punya perut serta selalu tasbih dan tahmid kepada Allah. Maka Allah seakan menjawab, “Kamu kan sudah penduduk langit, kenapa masih ingin menduduki bumi? Di bumi kamu akan bersama setan dan jin. Di bumi manusia diuji karena ada jin dan setan. Kalau ada jin atau setan maka kita harus isti’adzah, jangan malah minta tolong kepada mereka. Akhirnya kita malah merendahkan dan melecehkan malaikat. Melecehkan malaikat itu kufur.”

Gambar Yesus ada di dalam Ka’bah serta dijaga dan dilindungi oleh Rasulullah.

Pernyataan ASY ini merupakan kepanjangan dari ucapan tokoh-tokoh Kristen dan Syi’ah bahwa di dalam Ka’bah pernah ada gambar Bunda Maria yang menggendong Yesus saat masih bayi, dan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama melindunginya sebagai bentuk penghormatan kepada “Yesus” dan ajaran Kristen. Jika dirunut dalam kitab-kitab sejarah kita akan mendapati cerita diatas, diantaranya sebagai berikut:
فلما كان يوم فتح مكة دخل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فأرسل الفضل بن العباس بن عبد المطلب فجاء بماء زمزم, ثم أمر بثوب وأمر بطمس تلك الصور، فطمست. قال: ووضع كفيه على صورة عيسى ابن مريم وأمه عليهما السلام وقال: “امحوا جميع الصور إلا ما تحت يدي” فرفع يديه عن عيسى ابن مريم وأمه ونظر إلى صورة إبراهيم فقال: “قاتلهم الله, جعلوه يستقسم بالأزلام, ما لإبراهيم وللأزلام” .
وحدثني جدي قال: حدثنا داود بن عبد الرحمن عن ابن جريج قال: سأل سليمان بن موسى الشامي عطاء بن أبي رباح وأنا أسمع: أدركت في البيت تمثال مريم وعيسى؟ قال: نعم, أدركت فيه تمثال مريم مزوقًا, في حجرها عيسى ابنها قاعدًا مزوقًا. قال: وكانت في البيت أعمدة ست سوارٍ, وصفها كما نقطت في هذا التربيع.
حدثني جدي قال: حدثنا داود بن عبد الرحمن, عن عمرو بن دينار قال: أدركت في بطن الكعبة قبل أن تهدم تمثال عيسى ابن مريم وأمه.
وحدثني جدي قال: حدثنا داود بن عبد الرحمن قال: أخبرني بعض الحجبة, عن مسافع بن شيبة بن عثمان أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: “يا شيبة, امح كل صورة فيه إلا ما تحت يدي” قال: فرفع يده عن عيسى ابن مريم وأمه. – أخبار مكة للأزرقي – (1 / 130-132)
Namun cerita diatas tidak lepas dari berbagai kritik atas kebenarannya.
Pertama, cerita diatas disebutkan oleh sejarawan yaitu al-Azraqi dalam Akhbar Makkah, dan jika ada kitab sejarah lain yang menyebutkan pasti lewatnya dari al-Azraqi. Dalam kitab-kitab hadits tidak ada yang menyebutkan cerita diatas, bahkan yang ada justru larangan membuat gambar dan patung serta perintah Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama untuk menghapus seluruh gambar dan patung di dalam Ka’bah. Ini menolak riwayat diatas sehingga riwayat tersebut dihukumi Hadits Munkar. Diantara riwayat dalam kitab-kitab hadits yang menolak riwayat diatas sebagai berikut:
حدثنا عبد الله حدثنى أبى حدثنا عبد الله بن الحارث عن ابن جريج أخبرنى أبو الزبير أنه سمع جابر بن عبد الله يزعم أن النبى -صلى الله عليه وسلم- نهى عن الصور فى البيت ونهى الرجل أن يصنع ذلك وأن النبى -صلى الله عليه وسلم- أمر عمر بن الخطاب زمن الفتح وهو بالبطحاء أن يأتى الكعبة فيمحو كل صورة فيها ولم يدخل البيت حتى محيت كل صورة فيه. – مسند أحمد – مكنز – (31 / 4)
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا هِشَامٌ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – لَمَّا رَأَى الصُّوَرَ فِى الْبَيْتِ لَمْ يَدْخُلْ ، حَتَّى أَمَرَ بِهَا فَمُحِيَتْ ، وَرَأَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ – عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ – بِأَيْدِيهِمَا الأَزْلاَمُ فَقَالَ « قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ، وَاللَّهِ إِنِ اسْتَقْسَمَا بِالأَزْلاَمِ قَطُّ» – صحيح البخاري – مكنز – (12 / 19)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِى ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِى عَمْرٌو أَنَّ بُكَيْرًا حَدَّثَهُ عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – قَالَ دَخَلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْبَيْتَ فَوَجَدَ فِيهِ صُورَةَ إِبْرَاهِيمَ وَصُورَةَ مَرْيَمَ فَقَالَ « أَمَا لَهُمْ ، فَقَدْ سَمِعُوا أَنَّ الْمَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ ، هَذَا إِبْرَاهِيمُ مُصَوَّرٌ فَمَا لَهُ يَسْتَقْسِمُ – صحيح البخاري – مكنز – (12 / 18)
Riwayat dari kitab-kitab hadits diatas menunjukkan kelemahan riwayat dari al-Azraqi diatas, karena tentu saja kitab hadits seperti Shahih Bukhari dan Musnad Ahmad lebih terpercaya daripada keterangan kitab-kitab sejarah.

Kedua, riwayat-riwayat dari al-Azraqi diatas hukumnya Dla’if (lemah) dan bermasalah dari sisi sanad. Banyak rawi-rawi yang Munqathi’ karena tidak pernah menemui hidupnya Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama seperti Musafi’ bin Syaibah bahkan tidak menemui zaman Sayyidina Ali menjadi khalifah seperti Abu Najih sehingga tidak sah dan tidak mungkin bagi mereka meriwayatkan langsung dari Kanjeng Nabi. Banyak juga rawi cerita diatas yang lemah menurut komentar para ahli hadits.

Memang kerjaan orientalis dan Kristen misionaris yang kemudian diteruskan oleh kaum Islam liberal dan Islam Nusantara untuk terus memviralkan riwayat dalam kitab-kitab sejarah yang dianggap mendukung ideologi pluralisme mereka meski riwayat tersebut lemah dan tidak berarti apa-apa.

Ikhtitam

Umat Islam sepertinya tidak akan berhenti diganggu oleh liberalisme dan pluralisme agama yang sudah menjadi agenda dunia hingga harus berhadapan dengan sesama Muslim sendiri. Sekarang ini sudah banyak orang fanatik buta terhadap tokoh tertentu terutama yang ada didalam organisasinya. Banyak generasi baik yang muda maupun yang tua ketika tokoh dalam ormasnya dikritik (meski disampaikan secara ilmiah dan karena kesalahan yang mereka lakukan) mereka akan menyebut pengkritiknya sebagai kaum radikal, penuh kebencian, bahkan sampai disuruh keluar dari Indonesia. Mereka tidak sadar kalau diri mereka sudah menjadi pribadi yang kolot, kaku, anti kritik, dan fanatik buta. Kami hanya berharap jangan sampai mereka menjadi seperti orang-orang yang disebutkan Allah dalam Al-Quran:
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ [البقرة : 171]
“Tuli, bisu, dan buta hingga mereka tidak bisa berfikir.” (QS. Al-Baqarah: 171)

Terakhir, kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita kaum pesantren khususnya dan umat Islam umumnya selalu diberikan istiqamah pada ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah serta dihindarkan dari berbagai pemikiran dan ajaran sesat yang ingin menghancurkan Islam. WaLlahu A’lam bi al-shawab.(*)

~Disarikan dari dawuh-dawuh Syaikhina Abah Najih Maimoen~

Tim Ilmiah Muta’alliqin Ribath Darusshohihain

PESANTREN ITU BENTENG UTAMA ASWAJA: RANGKUMAN MAUIZHAH KH. MUHAMMAD NAJIH MAIMOENRANGKUMAN MAUIZHAH KH. MUHAMMAD NAJIH MAIMOEN

Beberapa waktu setelah lebaran Idul Fitri tahun 1442 H ini Syaikhina Muhammad Najih sering diundang untuk memberikan mauizhah hasanah  di berbagai forum pengajian terutama di majelis-majelis kumpulan alumni pondok pesantren Sarang dan Al-Anwar khususnya. Dalam kesempatan tersebut Abah Najih memberikan berbagai pandangan, ajakan, dan peringatan terhadap permasalahan-permasalahan aktual dan relevan baik dalam lingkup keagamaan, sosial budaya masyarakat maupun nasional kenegaraan. Berikut rangkuman mauizhah Syaikh Muhammad Najih yang dikutip dari beberapa pengajian beliau.

Mbah Maimoen: “Tiap Malam Selasa dan Jumat Kirimkan Yasin untuk Saya”

Abah Najih waktu menghadiri kegiatan rutinan Yasin Fadhilah dari para alumni Al-Anwar di Pedurungan Semarang pada beberapa hari silam menerangkan bahwa Mbah Maimoen Zubair pernah dhawuhan agar beliau dikirimkan bacaan Yasin tiap malam Selasa dan Jumat, tidak perlu harus berupa Yasin Fadhilah jika memang orang yang mengikuti sudah banyak dan banyak rangkaian acara lainnya. Abah Najih menerangkan lebih lanjut:

“Yang disebut Yasin Fadhilah itu membaca lafazhيس  sebanyak 7 kali, lafazh ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ  sebanyak 14 kali, سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ  sebanyak 16 kali, dan أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ  sebanyak 4 kali. Ini memang tidak ada haditsnya, namun ini termasuk mujarrabat atau kalam hikmah dari ulama, yaitu perkara yang terpuji dan telah teruji manjur berkali-kali. Diatasnya itu adalah Yasin sebanyak 41 kali, ini tidak ada tandingannya.

Dulu menantu Mbah Baidlawi yang jadi menteri agama yaitu Kiai Muhammad Wahib Wahab pernah difitnah mengkorupsi uang negara dari hasil cetak mushaf di Jepang. Sama halnya Marzuki alumni Al-Anwar yang menjadi bupati Jepara juga dituduh korupsi, sedangkan PDI-P yang korupsi besar-besaran aman-aman saja seperti Harun Masiku. Kita salah sedikit langsung dicap korupsi. Suryadharma Ali juga pernah dituduh korupsi pengadaan mushaf Al-Quran. Tahu menantunya difitnah, Mbah Baidlawi kemudian suruh membacakan Yasin 41 kali, dan tidak lama kemudian muncul Gerakan 30S/PKI. 

Mbah Maimoen juga biasa wiridan Yasin 41 kali. Di komplek-komplek pondok, Yasin adalah bacaan yang paling cespleng. Umpama repot atau berat mengumpulkan 41 orang, bisa diganti dengan membaca Yasin Fadhilah seperti tadi. Meskipun hanya dibaca sendirian, namun hampir sama nilainya seperti Yasin 41 kali. Allahumma Amin. Adapun kalau orangnya banyak hingga 100 orang umpama, maka membaca Yasin biasa saja. Yang mantap doanya saja.

Maksud saya ini hanya memberi keringanan. Yang penting Anda membaca Yasin untuk Mbah Moen, Sayyid Muhammad Alawi, Mbah Zubair, dan keluarga Anda yang sudah wafat tiap malam Selasa dan Jumat. Tidak diterangkan pagi atau malam. Tapi kalau Anda punya jamaah Yasin Fadhilah ya tetap fokus dan diteruskan. 

Sampeyan mendoakan Sayyid Ahmad dan khalifah Syaikhina Maimoen itu tidak rugi karena ada hadits:

مَنْ دَعَا لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Siapa yang mendoakan saudaranya yang jauh maka malaikat akan menjawab, “Amin. Semoga kamu mendapat seperti yang kamu doakan untuk saudaramu tadi.” HR. Muslim

Anda mendoakan Mbah Moen dan Sayyid Muhammad, Anda juga mendapat bagian yang sama.”

Bahaya Islam Nusantara terhadap Aswaja

Dalam pengajian beliau, Syaikh Muhammad Najih juga terus menyinggung tentang bahaya Islam Nusantara bagi kelangsungan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Meski para pengusungnya mengklaim Islam Nusantara yang paling ‘aswaja’, namun fakta lapangannya malah dijadikan lahan untuk menyuburkan pemikiran-pemikiran liberal dan pluralis. Karena itu topik ini selalu menjadi concern Abah Najih saat memberikan wejangan kepada hadirin. Beliau menyampaikan:

“Saya khawatir – semoga saja tidak – zaman sekarang ingin membesarkan Islam Nusantara. Waktu awal muncul istilah Islam Nusantara, Abah saya condong Ulama Nusantara. Artinya ada ulama di Nusantara yang bisa mengarang kitab seperti Mbah Nawawi Banten, Kiai Mahfuzh Termas, Kiai Ihsan Jampes, dll. Itu yang perlu diteladani dan perlu diukir dalam sejarah. Ulama-ulama kita dulu ikut meramaikan dalam mendirikan madrasah Darul Ulum di Makkah seperti Kiai muhaimin, Syaikh Yasin Fadani, dll. Ini yang perlu kita banggakan. Kiai-kiai dulu punya sejarah di Makkah Mukarramah, disamping disini juga mengemban amanat menjaga keislaman. 353 tahun Belanda menjajah Indonesia dan juga ada program kristenisasi, akan tetapi yang masuk Kristen cuma sedikit. Ini berkahnya ulama dan kiai.

Saya pernah mendengar dhawuh Abah, “Kamu kalau ingin Kristen tidak bisa maju, ajarkan kitab salaf sebanyak-banyaknya di rumah, pondok, dan madrasah. Tidak usah membuat tandingan seperti membuat SMP-SMA. Asal banyak ngaji sana pasti kewalahan. Justru kalau kamu buat SMP yang sana bisa lebih unggul. Tapi kalau murni agama, sana pasti tidak bisa. Injil mereka bukan murni dari Allah karena ada ucapan pendeta-pendeta mereka yang dianggap merupakan kalam Allah. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un.

NU dijual untuk mendapatkan keuntungan duniawi. Disuruh jaga gereja dan baca puisi di gereja. Akhirnya di masjid Istiqlal tidak ada shalat Idul Fitri dan malah dijadikan tempat paduan suara orang-orang Kristen. Istiqlal dan katedral diberi terowongan. Itulah Islam Nusantara ala sekarang.

Ini zaman besar fitnahnya. Islam nusantara dibuat oleh Said Aqil dan diterima oleh presiden. Saya takut berubah menjadi pencampuran akidah, dan ini sudah terjadi. Contohnya seperti terowongan antara katedral dan Istiqlal. Di Tapanuli ada pusat Islam Nusantara, padahal disitu banyak kristennya. Maka terjadi campur aduk ibadah. Pembacaan Asmaul Husna di Istiqlal dengan nada Kristen, ini kan pencampuran akidah. Dulu ada membaca Al-Quran dengan langgam Jawa. Saya khawatir adanya kondisi seperti ini lalu banyak orang menganggap Mbah Moen liberal. Kita sebagai anak cucunya mengatakan tidak sama sekali.

Saya pernah mendengar Mbah Moen berkata, “Al-islam wa al-kafir dliddani la yajtamiani (Islam dan kafir itu dua paradoks yang tidak bisa berkumpul.” Adapun Mbah Moen baik dengan non-Islam itu alasannya hanya satu yaitu nasionalis. Mbah Moen pya pemikiran nasionalis, dan negara kalau tidak punya jiwa nasionalis ya repot. Timur Tengah kata beliau kurang nasionalis, padahal yang saya tahu mereka sudah nasionalis. Hanya saja sebagian kelompok seperti Ikhwanul Muslimin atau kelompok-kelompok radikal lain kurang jiwa nasionalisnya. Sekarang Arab sudah terkotak-kotak. Negara paling besar adalah Saudi, yang lainnya negara kecil. Jadi Arab hari ini jadi korban karena dianiaya oleh PBB.”

Mbah Maimoen Teladan dalam Menjaga Akidah

Selanjutnya, Syaikh Muhammad Najih menegaskan bahwa Syaikh Maimoen Zubair sangat berkomitmen dalam menjaga akidah umat Islam. Beliau sangat jauh dari tuduhan-tuduhan miring yang difitnahkan kepada beliau seperti pluralis, liberal, dan sebagainya. Fitnah ini dijadikan alat justifikasi oleh pengasong liberalisme dan pluralisme untuk menarik simpati masyarakat dengan menyalahgunakan nama Mbah Moen. 

“Sekarang ini ngeri. Orang bergelar gus khadrahan dan shalawatan di gereja. Gereja itu tempat syirik, tempat Allah dipersekutukan. Kok dipake shalawatan? Berarti seolah-olah jadi tempat baik. Ini merusak akidah. Menganggap gereja itu baik adalah kufur. Wong tempat kufur kok dipuji-puji?

Kemarin ada acara Bani Maimoen. Adik saya Rouf mengingatkan Abah kita meski terkenal nasionalis dan baik pada semua, tapi pernah saya tanya tentang orang yang menganggap non-Muslim bisa masuk surga. Jawabannya Mbah Moen, “Orang itu kafir dan Murtad!” Cerita adik saya ini sayadukung, tapi juga ada yang kepanasan. Saya bilang bahwa Mbah Moen sama sekali tidak pernah masuk gereja apalagi doa bersama di gereja. AlhamduliLlah. Bohong kalau ada yang bilang Mbah Moen itu pluralis sama dengan orang-orang yang diidolakan.

Tapi kemudian ada yang marah-marah lalu berkata bahwa Mbah Moen pernah di gereja di gunung Sinai Mesir (gereja Saint Catherine). Saya jawab kalau disana Mbah Moen paling berwisata dan ingin lihat bangunan. Konon gereja di Tursina tersebut Nabi Isa ‘alaihi al-salam pernah disitu bersama hawariy. Saya tidak begitu percaya, paling itu hanya tempat wisata. Gunung Sinai kan tempat Nabi Musa ‘alaihi al-salam bermunajat kepada Allah Ta’ala. Tidak ada hubungannya dengan Nabi Isa. Bahkan waktu di Bojonegoro saya bertemu alumni Mesir yang bersaksi bahwa Mbah Moen tidak masuk gereja tersebut. 

Monggo kita mempelajari Mbah Moen. Meski dia baik ke semua tapi itu sikap zahir saja karena negara ini sudah kadung nasional padahal mayoritas umat Islam. Lebih baik bersikap baik dengan semua, daripada tidak nanti kita tidak dapat tempat sama sekali. mungkin begitu ijtihadnya. Bukannya pluralisme. Bukan kita masuk gereja, bukan pula jaga gereja. Akhirnya orang kristen di Istiqlal tahun ini tidak dipaki shalat Idul Fitri. Ini kekalahan telak dan memalukan. Kalau ada yang berkata bahwa di Makkah tidak ada umrah dan haji, itu karena Saudi secara politik di bawah Amerika. Apalagi anak rajanya Muhammad Salman mengarah ke liberal.” 

Tradisi dan Amaliyah Umat Islam Nusantara

Syaikh Muhammad Najih juga membahas tentang amaliyah dan tradisi umat Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di Nusantara yang sudah dipraktikkan mulai zaman leluhur seperti tahlilan, dzibaan, peringatan seratus hari atau seribu hari, dst. Tradisi umat Islam Indonesia inilah yang harus dijaga dan diurus dengan baik sehingga bisa terlaksana dengan baik tanpa harus ngoyo-ngoyo hingga memberatkan para pengamalnya.

“Islam Nusantara yang agak bagus itu tahlilan, dzibaan, nyatus, nyewu, dll. Artinya yang bagus itu ith’am al-tha’am (memberi makanan), bukan hakikat acara peringatan hari empat puluh, seratus, atau seribunya. Tujuannya agar orang yang mati diringankan siksanya. Kalau sudah tidak mendapat siksa ya ditinggikan derajatnya di akhirat. Itu Islam Nusantara yang kita terima. Yang tidak kita terima adalah mengagamakan tradisi itu sendiri, apalagi sampai meyakini kalau tidak mengamalkan tradisi tersebut maka dia bukan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Kita harus tahu bahwa Aswaja sudah ada sebelum organisasi NU, dan yang penting Aswaja sudah jelas amaliyahnya. Qiraah ‘ala al-mauta, ith’am al-tha’am, itu sudah jelas. Masalah hari tidak ditentukan. Memang ada satu Atsar dari Thawus bahwa:

يفتن رجلان مؤمن ومنافق، فأما المؤمن فيفتن سبعا، وأما المنافق فيفتن أربعين صباحا

“Dua orang difitnah yaitu mu’min dan munafiq. Adapun mu’min difitnah di kuburnya selama tujuh hari, dan adapun munafiq difitnah di kuburnya selama empat puluh hari.” (Jalaluddin al-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawi, juz 2 hlm. 169)

Ini saja paling mentok 40 hari. Memberi makanan ini tidak harus matang, boleh saja mentah. Tidak juga harus mengumpulkan banyak orang. Tapi tradisi kita suka bareng-bareng ya gimana lagi. Kalau mampu silahkan, tapi tidak harus. Fiqihnya harus jalan dan harus diurusi. Mampu dan tidak mampu harus ada pertimbangannya. Jangan hanya jadi jurkam tahlil.

Kita orang Islam masyhur bermadzab Syafi’i dalam masalah Fiqh, dalam Tauhid bermadzhab Asy’ari, dan dalam Tasawuf bermadzhab Imam Ghazali dari kitab Ihya’ dan cabang-cabangnya seperti al-Nashaih al-Diniyyah dan Risalat al-Mu’awanah. Praktik kita secara umum, pesantren, atau forum internasional begitu. Tapi praktik di masyarakat kita masih banyak yang pegangan dengan tradisi-tradisi sebelum Islam di Jawa seperti pernikahan harus sesuai nogo dino, dst. Monggo yang urusan Syari’at kita masukkan dalam hati dan kita mantapkan. Kita yakin bahwa akad nikah itu barakah meski tidak pakai nogo gino. Adapun kita memakai nogo dino itu hanya adat. Jangan sampai dibalik. Kalau Syari’ah disepelekan. Prinsipnya orang kejawen lebih baik zina daripada akad nikah tapi salah nogo dinone. Na’udzubiLlah min dzalika. Jangan begitu. Kita santri bertahun-tahun mondok, jangan sampai kita bermental seperti mualaf.

Umpama mengadakan walimah maka monggo diyakini barakah. Kalau kita sungguh-sungguh maka rizki kita akan naik dan anaknya akan baik. Urusan-urusan yang cocok dengan Syari’ah kita yakini betul-betul, yang urusan kejawen dikurangi keyakinannya, kalau bisa dihilangkan. Diniati hanya sekedar memperlihatkan kita ini orang Jawa, sebab orang yang kurang memperlihatkan jawanya itu bisa ikut aliran modern. Kalau jadi modern akhirnya tidak senang ngaji, mondok, dan kiai. Ini payah, padahal kita kaum santri bisa merasakan berkahnya nderek kiai, sowan kiai, dst. 

Arahan saya sudah baik ini InsyaAllah, karena orang yang kadung fanatik organisasi Aswaja itu minta ini dibesar-besarkan. Akhirnya banyak masjid kaum santri atau NU akhirnya dipegang oleh mereka karena jamaahnya tidak begitu rame dan imamnya gak semangat karena mengurusi tahlilan terus. Padahal tahlilan bisa diwakilkan karena ada wazhifah jadi imam atau semacamnya.

Saya senang tengah-tengah, ini termasuk thariqah saya. Saya ingin njenengan memahami supaya tidak kaget. Saya ingin memberikan kemudahan.”

Waspada Perusakan Islam dan Penjajahan Umat Islam

Abah Najih juga menyatakan bahwa kita umat Islam harus benar-benar waspada dan berjuang sekuat tenaga mempertahankan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah dan melindungi umat Islam di bumi Indonesia. Pasalnya banyak sekali tantangan yang dihadapi umat Islam baik secara keagaaman, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang tujuannya ingin membuat umat Islam kalah dan tidak bangkit melawan mereka. Abah Najih menjelaskan:

“Yang aneh, Indonesia meski bukan negara Islam kaffah dan cuma ada sisa-sisa kerajaan Islam namun AlhamduliLlah luasnya dari Sabang sampai Merauke. Ini harus dipertahankan. 

Kita sebagai Aswaja untuk mempertahankan NKRI monggo kumpul-kumpul dan  berdoa semoga negeri ini selamat. Tidak dijajah oleh Cina, padahal sudah dijajah. Ekonomi dijajah oleh Indomaret Alfamart. Kita ini sudah dijajah, semoga saja di masjid-masjid dan  mushalla-mushalla pengajian tidak habis. Monggo doakan. Kita bisanya istighatsah. Tidak harus di lapangan. Bisa di dalam majelis atau mushalla. Bacalah Ratib Haddah, Ratib ‘Atthas, dan Yasin Fadhilah dengan niat istighatsah. Tidak usah ikut-ikutan NU. Jadi santri saja liLlahi Ta’ala. Organisasi itu repot, nanti malah minta jatah dari Cina.

Zionis di Timur Tengah ingin membuat pemerintahan Yahudi mulai dari sungai Nil hingga Eufrat Iran. Ini rencana mereka. Zaman Kertajaya dulu Jepang ingin menguasai Indonesia. Mengapa yang dijajah bukan Filipina atau Malaysia? 2025 Indonesia akan dikuasai Yahudi. 2024 akan dikuasai Cina dulu. Indonesia ini jadi rebutan Cina, Eropa, Amerika, dan Zionis. Inna liLlahi wa inna ilaih raji’un. Monggo kita berdoa semoga kita selamat dan rencana mereka digagalkan oleh Allah.

Bukan saya ingin sombong, namun pesantren itu pusat harapan Islam. 353 tahun Indonesia dijajah Portigis, Belanda, Inggris, dan Perancis, namun yang masuk Kristen cuma sedikit. Itu karena pendidikan pesantren. Pesantren jauh dari uang pemerintah. Itu pesantren kuno. Pesantren sekarang mesti kecipratan pemerintah, tapi mau ditolak bagaimana.

NU khittah ada plus minusnya. Plusnya banyak orang yang asalnya tidak shalat jadi mau shalat. Minusnya banyak pondok berkurang kualitasnya sebab sudah nyicipi dana pemerintah. Tapi bukan terus karena nyicipi jadi terlaknat, wong kita memang punya bagian dan hak. Semoga pesantren tetap dilindungi Allah sekaligus madrasah-madrasah diniyahnya. Yang repot itu kalau pesantren punya SMK. Niatnya memang supaya SMK ada pelajaran agamanya, tapi praktiknya ternyata tidak bisa meninggalkan pelajaran umum. Akhirnya uangnya yang banyak dari pemerintah. Padahal hutang banyak, haji sulit. Haji tahun ini dibatalkan bukan karena Covid, tapi karena pemerintah belum bayar untuk biaya haji. Mintanya ngebon. Uang diambil semua oleh pemerintah. Uang haji, Pertamina, Garuda, semua dikeruk sama Cina.

Saya hanya mengajak monggo istighatsah yang banyak, baca Yasin Fadhilan. Umpama berat baca Yasin biasa. Yang penting niatnya sungguh-sungguh. Kiai-kiai dulu tidak makan uang pemerintah, makanya doanya mujarab. Baru shalat Istisqa sekali langsung turun hujan. Sekarang zaman berubah, kiai pasti ada kecipratan uang pemerintah. Kita jangan memusuhi asal tidak keterlaluan. Yang repot itu kiai divaksin, apalagi yang ada enzim babinya. Kita umpama dekat dengan pemerintah jangan terlalu dekat. Ada dana dari pemerintah jangan dibuat untuk makan seperti Abah saya. Uang dari pemerintah tidak untuk makan ataupun membeli pakaian. Abah saya jangan sampai disebut liberal, meskipun ada saudara saya menganggap Abah liberal. laknatuLlah ala al-kadzibin. Masalah makan saja Abah tidak mau pakai uang pemerintah. Mbah Moen tiap dapat uang itu digunakan untuk bangunan dan gedung, bukan untuk pribadi dan bukan juga untuk bangunan pondok salaf.”

Islam Ada di Jawa Sebelum Majapahit

“Saya ini orangnya senang tengah. Bagi yang tidak paham saya dianggap radikal, anti NU. Saya kemarin ikut menyumbang Palestina lewat NU Lasem. Ada pelajar Lasem yang jaid pelajar di Yordan dan dekat dengan palestina. AlhamduliLlah bisa dikirim. Ini NU tapi senang berjuang. Mbah Hasyim Asy’ari pernah menyuruh membaca Qunut Nazilah untuk orang Palestina. Kiai Wahab Hasbullah pernah meminta dana untuk disumbangkan ke Palestina. NU kuno itu berjuang, tidak seperti sekarang. Omong-omong tok, malah memuji Cina. Ngomong Islam dari Arab abal-abal, nggak ada Cina nggak ada Islam di Indonesia. Lho, Islam di Indonesia sudah ada sebelum Majapahit yakni di zaman Kerajaan Keling (Kalingga). Zaman Ratu Sima (abad 7 M/1 H) sudah ada hubungan dengan Islam. Entah zaman khalifah Umar atau Muawiyah. Di Jawa saja yang susah masuk Islam. Mau masuk Islam saat sudah ada Walisongo. Itu saja harus melalui besanan atau perkawinan yang menurunkan Raden Fattah.

Alhamdulillah kemarin saya mendapat referensi bahwa perkawinan Brawijaya V dengan putri Campa itu pakai cara Islam, artinya Brawijaya disyahadatkan. Sama dengan raja Siliwangi menikah dengan ibunya Kian Santang yaitu Nyai Subang Larang juga pakai cara Islam. Setelah akad langsung kumpul lalu menurunkan Raden Fattah. Setelah itu kembali jadi Hindu Budha. Mungkin saja begitu. Ilmu husnuzzhan seperti ini susah kalau tidak dilatih dari ulama dan wali. Sama halnya Azar bapaknya Nabi Ibrahim ‘alaihi al-Salam, dia kan berjualan berhala. Berarti ia kafir. Padahal Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dan bapaknya ke atas hingga Nabi Adam ‘alaihi al-Salam tidak pernah menyembah berhala. Lha Azar kok menyembah berhala? Mungkin itu baru setelah kumpul lalu muncul Nabi Ibrahim. Itu husnuzzhan. Bukan memang asalnya sudah kafir. Sama halnya Abu Lahab asalnya orang baik. Waktu dia mendengar keponakannya lahir yaitu Nabi Muhammad, lalu yang memberi kabar yaitu Tsuwaibah al-Aslamiyah langsung dimerdekakan. Asalnya baik kan? Bareng setelah menikah, istrinya yang punya pengaruh buruk dan merusak Abu Lahab lalu dia menentang dakwah Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama. 

Walhasil fitnah Islam Nusantara besar sekali. Monggo kita ngugemi Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Itu yang benar. kalau kita di Timur Tengah InsyaAllah bisa murni Aswaja. Tapi kita hidup di Jawa yang banyak genderuwo dan setannya, akhirnya lelakon kita agak terpengaruh Jawa. Yang penting hati kita tidak senang, kalau bisa ditinggalkan tapi pelan-pelan. Ini fitnah jadi orang Jawa, tapi yang penting jangan ikut Islam Nusantara.”

Larangan Mudik dan Fitnah Corona

Syaikh Muhammad Najih juga mengkritik kebijakan pemerintah soal larangan mudik dengan alasan Covid yang sangat merugikan aspek keagamaan, sosial, dan ekonomi masyarakat khususnya umat Islam.

“Mudik apa tidak termasuk budaya nenek moyang kita Aswaja di Indonesia? Berbuat baik dengan orang tua malah sebelum Islam sudah ada di Jawa. Lalu kenapa mudik dilarang? Silaturahim dilarang? Alasannya takut kejadian seperti di India banyak yang terkena Covid karena kerumunan di sungai Gangga. Lho, kalau disana kan tempatnya jadi satu dan didatangi jutaan orang, sedangkan mudik beda-beda tujuannya. Ada yang ke Surabaya, Semarang, tidak jadi satu. Kok bisa disamakan dengan sungai Gangga itu bagaimana? Sungai Gangga itu tempat syirik. Kita orang Islam mau ketemu dan bersalaman dengan orang tua saja tidak boleh, sedangkan kalau hari Waisak tidak ada cegatan sama sekali. Ini gimana nasib umat Islam? Ngeri saestu, pak. Benar-benar dihina. Waktu Ramadhan lurah negara promosi bipang. Na’udzu biLlah. Kita ini sudah dihina betul-betul. Monggo yang prihatin. Sekarang daripada susah ayo balik ke pondok, ngaji, masjidnya dibuat ibadah dan tawajjuh. Anak-anak yang di pondok sampeyan doakan. Urusan negara kita banget dihina. 

Kalau masyarakat kompak mereka tidak bakal berani. Masalahnya kita berbeda. Dijajah Cina ada yang bela, Palestina dijajah Israel yang dibela Israelnya. Monggo yang waspada. Kita ini Aswaja mayoritas. Sayangnya kita tidak punya kekuatan politik, dipecah-belah, dirusak, berkahnya dihilangkan. Sowan ke Sunan Kudus tidak boleh, haul Habib Abu Bakar Gresik tidak boleh, haul Tegal tidak boleh, haul Sunan Kalijaga tidak boleh. Di Masjidil Haram lebih ngeri lagi. Tidak bisa mencium Hajar Aswad, tidak boleh dekat-dekat Ka’bah. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un. Ini fitnah besar akibat Corona. Njenengan sudah tahu sendiri. Kalau masih percaya berarti mau dijajah WHO plus Wuhan. Tapi kalau njenengan merdeka, sekarang Amerika dan Cina saja sudah tidak maskeran. Di Inggris ada demo besar-besaran menentang Israel membombardir Pelastina. 

Saya hanya mengingatkan, monggo kita syukuri keamanan dan kedamaian yang sudah ada. Ini berkahnya anak-anak yang ahli mujahadah. Yasin Fadhilah dibuat niat mujahadah bisa. Niat tolak bala juga bisa. Monggo doa yang banyak supaya negara ini cepat aman. Alhamdulillah Habib Rizieq sudah diputus bebas dan hanya wajib denda 20 juta. Pendapat saya 20 juta itu zalim, tapi lebih baik segera ditebus supaya cepat bebas. Banyak orang yang bantu. Kita berdoa semoga umat Islam segera aman dan tenang. Bisa istighatsah dan doa bersama walaupun lewat Zoom. Jika secara tidak langsung suara zikir, shalawat, dst apalagi dakwah pengajian bisa bersuara lantang di tempat seperti ini dan disalurkan kemana-mana, saya kira akan menggetarkan dunia dan menjadikan barakah, selamat, dan tenang. Kita masih ada harapan ‘izzul Islam wal muslimin. Rencana orang-orang kafir ingin membangkitkan PKI agar negara-negara dikuasai Cina dan Yahudi apalagi di Timur Tengah semoga digagalkan oleh Allah Ta’ala.[]

** Tim Multimedia Ribath Darusshohihain

ZIONIS-KOMUNIS MENCENGKERAM UMAT ISLAM

Bismillahirrahmanirrahiim…

Allah SWT memberikan peringatan kepada kita hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa  Sebagaimana firman Allah dalam surat an-nahl ayat 112.

 {وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ} [النحل: 112]  

Allah SWT memberikan perumpamaan akan sebuah negeri yang dulunya aman tenang, tentram, rezeki yang melimpah ruah dari segenap penjuru. Jadi kalau kita korelasikan di Indonesia ini gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo. Tapi sayang penduduk negeri ini ingkar akan nikmat-nikmat Allah bahkan  dalam konstitusi negara itu tertulis, Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa Indonesia merdeka. Ini  konstitusi negara, tapi dalam ayat itu Allah menerangkan bahwa penduduk ini ingkar akan nikmat Allah. Apa kira-kira pengingkaran yang terjadi di Indonesia sekarang ini…? 

Potret Indonesia kekinian yang paling penting dan prinsip yaitu “agama dipinggirkan” bahkan dalam primbon pembukaan undang-undang dasar 1945 itu “negara Republik Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. itu mau diganti dengan Ketuhanan yang berkebudayaan artinya dari tauhid mau diganti syirik.” 

Indonesia saat ini dalam tataran empiris, sekarang sudah masuk ranking ketiga negara terkorup se-asia bahkan masuk 10 besar dunia negara pengutang terbesar di dunia.  Jadi apa yang dikabarkan oleh Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 112 ini benar-benar menjadi sebuah fakta. Tidak hanya pakaian kemiskinan tapi juga rakyatnya ketakutan dan tidak merasa tenang. Jadi surat An-Nahl ayat ini bisa kita jadikan sebagai cambuk ketika kita melihat Indonesia kekinian. 

Ketika Indonesia berubah kiblat ke China ini madharatnya lebih besar disaat dalam cengkraman Amerika. Amerika menguras sumber daya alam, sementara dalam masalah agama masih tidak separah sekarang. Kalau sekarang ini konsekuensinya ketika Indonesia berkiblat ke China agama harus dipinggirkan dan disingkirkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara, dan itu konsekuensi ketika Indonesia menerima bantuan hutang dari cina, belum Lagi apa yang disampaikan oleh Wakil perdana menteri China Liu yandong hari Rabu 27 Mei 2015 di auditorium FISIP Universitas Indonesia konsekuensi Indonesia mendapatkankan bantuan hutang dari China tahap pertama 647 triliun itu konsekuensinya 10 juta Rakyat China daratan wajib masuk ke Indonesia, target 2020 berarti sekarang ini target sudah harus 10 juta, sebagaimana yang disampaikan duta besar China untuk Indonesia di depan wartawan. Jadi rakyat China daratan yang masuk ke Indonesia itu 2 juta per tahunnya dan tahun 2020 genap 10 juta, dan memang mereka mengaku buruh, tapi itu sebenarnya mayoritas tentara merah. Bahkan pemerintah menyiapkan 19 bandara untuk menyambut 10 juta Rakyat China daratan itu.

Ketika Indonesia berubah kiblat ke China wajib Indonesia sebagaimana terungkap dalam nota diplomatik kode refrensi Beijing 1448, China akan melakukan akselerasi (percepatan) untuk menjadikan Indonesia menjadi negara sekuler, jadi ini kebalikan dari Turki, kalau Turki dari sekuler ke Islami, kalau Indonesia dari Islami ke sekuler. apakah sudah dilaksanakan?… Jawabannya Sudah yaitu ketika pemerintah mengangkat kepala badan pembinaan ideologi Pancasila Profesor Yudian Wahyudi langsung di publik menegaskan “agama musuh terbesar Pancasila” logikanya Sekarang agama itu musuh terbesar negara dan dia “mengimbau kepada semua umat beragama untuk menempatkan konstitusi di atas kitab suci dalam berbangsa dan bernegara. Adapun untuk urusan beragama, kembali ke masing-masing pribadi masyarakat”.  dan itu terasa sekali, sangat terasa sekali tahap demi tahap. Bahkan guru besar ilmu politik dan militer Profesor Salim Said, beliau mengungkapkan sekarang ini kader-kader komunis yang sudah masuk di pemerintahan hampir sampai 200 lebih yang duduk di DPR RI itu menggunakan kekuasaan untuk melakukan balas dendam terhadap Islam, umat Islam dan ulama. kira-kira sudah terjadi atau belum? Sudah… ini yang ngomong guru besar ilmu politik dan militer Indonesia Profesor Salim Said, Nyata… Kongres Partai Komunis China tahun 1986 itu menjadikan Indonesia menjadi bahan kajian hasil dari Pada kongres Partai Komunis China tahun 1986 itu menyebutkan ada tiga hambatan China untuk melakukan penetrasi ke Indonesia: 

 Pertama: regulasi dan doktrin anti komunis TAP MPRS Nomor 25 tahun 1966 undang-undang no 27 tahun 1999.  ini sudah di jebol lewat RUU HIP.

 Poin kedua: posisi pancasila sebagai musuh komunis juga dijebol melalui RUU HIP puncaknya disahkannya UU Omnibus Law. Makannya setelah RUU HIP dimunculkan UU Omnibus Law disahkan. Petinggi-petinggi china sangat gembira sekali  artinya Indonesia taat sekali apa yang sudah ditetapkan china. 

Poin ketiga sikap anti komunis di kalangan umat Islam Indonesia masih kuat. dan satu-satunya yang paling ditakuti oleh Partai Komunis China dan 9 Naga itu seperti yang diungkapkan oleh pakar politik dari Indonesia yaitu Doktor Syahganda Nainggolan yang sekarang ditahan. beliau menyampaikan satu-satunya yang paling ditakuti china dan 9 Naga adalah Habib Muhammad Rizieq Syihab, makanya beliau target untuk dibunuh. upaya pembunuhan terhadap beliau itu sudah 11 kali terakhir pakai sniper, kemudian beliau hijrah ke Mekah Al Mukaromah makanya strategi ketiga ini Presiden China memerintahkan kepada Indonesia untuk menghadapi Habib Muhammad Rizieq Syihab dengan memakai  hardpower (kekuatan kekerasan). Perintah presiden China XI jinping bukan menjadi rahasia lagi dan sudah banyak orang sudah mengerti.

 Kemudian strategi  kedua untuk poin ke-3 ini yaitu memakai strategi devide at impera (adu domba) antar ormas Islam, adu domba antar sesama muslim dengan biaya 20 triliun. dp-nya 1 setengah Triliyun dan itu sudah diterima.

Bahkan termasuk pembuatan “film MyFligh” yang di tokohi oleh Gus muwafiq itu juga masuk dalam proyek 20 Triliyun. Kemudian yang ketiga untuk menghadapi poin ke-3 strategi penguasaan media mainstream di Indonesia yang hampir 90% dikuasai oleh 9 naga makanya jangan kaget ketika sudah dikuasai digunakan untuk menggerakkan gerakan islamophobia yaitu kebencian terhadap Islam dan kaum muslimin dengan stigma Islam radikal. Jadi itu hanya hantu yang sengaja diciptakan untuk menempatkan umat Islam menjadi musuh nomor satu di Indonesia. makanya musuh Indonesia itu bukan separatis dan bukan koruptor, musuh Indonesia itu bukan yang lain-lain, jadi musuh indonesia atas perintah China adalah Islam dan kaum muslimin. 

Kita bisa melihat sekarang ini. Kami masih ingat apa yang diucapkan oleh Presiden Soekarno, Presiden Soekarno itu pernah memberikan pernyataan dalam pidatonya Ia mengatakan “Kalau kami dulu menghadapi penjajah, kalau kalian nanti akan menghadapi bangsamu sendiri yaitu mereka yang menjadi antek asing dan aseng, penghianat penghianat bangsa” . Ternyata apa yang diucapkan oleh bung karno dulu, sekarang menjadi sebuah kenyataan, makanya kalangan kiri, itu pakai teori mirror teori antagonistik. contohnya Indonesia tidak perlu hutang, kenyataannya hutang, indonesia tidak perlu mengimpor kenyataannya impor. 

Bahkan  sampai ketika Luhut pulang dari China, luhut memberikan statement di media “komunisme berhasil menekan kemiskinan di China, komunisme bisa menyatukan China” logikannya komunisme itu berarti bisa dipraktekkan di Indonesia. Siapa yang berani mengungkap Siapa itu luhut, yaitu Profesor Salim Said guru besar ilmu politik dan militer Indonesia universitas Indonesia, mengatakan pamannya luhut itu tokoh PKI. 

Tahun 1980 Bapak Budiardjo itu pernah menulis apa itu komunis. Dia menulis nilai-nilai yang terkandung dalam idiologi komunis: 

Pertama : Monoisme artinya ideologi komunis itu menolak strata (golongan-golongan dalam satu masyarakat). Makanya ada istilah “sama rata sama rasa itu prinsip ideologi komunis”. 

Kedua : “kekerasan itu dianggap cara yang sah untuk mencapai satu tujuan”. 

Ketiga : “semua alat negara baik itu polisi, TNI, birokrasi media masa intelektual dan perundang-undangan untuk mewujudkan tujuan itu”. kira-kira semuanya sudah dilaksanakan di Indonesia semuanya sudah dipraktekkan di Indonesia. Sudah…ini yang harus kita cermati dan waspadai. 

Ingat! Bagaimana peran petternpack melakukan gerakan kaderisasi di Indonesia sejak tahun 50-an, mereka ingin menguasai Indonesia. Kader intinya adalah Jenderal LB Moerdani dan merekrut Jenderal Ali moertopo, kemudian setelah mereka petternpack mati, Jenderal LB Moerdani mati dan Jenderal Ali moertopo mati terakhir puncaknya peristiwa Mei 1998 juga mati. sekarang yang melanjutkan untuk penguasaan kekuasaan Indonesia adalah dua tokoh yaitu Luhut Binsar Panjaitan dan Hendro Priyono.

Presiden Jokowi pernah ziarah ke makam Mustafa Kemal Ataturk. Tujuannya  untuk mutaba’ah (mengikuti) jejak musthafa kemal supaya bisa diterapkan di Indonesia, kira-kira berhasil apa tidak? artinya dilaksanakan apa tidak, tapi tolak keberhasilannya tunggu tanggal mainnya nanti.

Pada tahun 2016, Presiden bersama Mendagri dan Mensekneg resmi menghapus 3147 perda (yang kebanyakan perda syari’at) di seluruh Indonesia. kemudian mendagri waktu itu pertama kali diangkat, akan menghapus kolom agama, menghapus perda jilbab di aceh. Tapi seluruh tokoh ulama se acehraya dan pejabat pejabat pemerintah mulai dari Bupati, Walikota sampai gubernur bersama-sama memberikan statement “lebih baik kami mati atau dipenjara daripada syariat Islam hengkang dari bumi Aceh Darussalam”. Akhirnya Mendagri tidak jadi menghapus perda syariat. 

Pemerintahan Sekuler ini sudah diaplikasikan oleh pemerintah, Jadi sekulerisme secara umum bisa diartikan pemisahan agama dari pemerintahan dan ditolaknya agama sebagai landasan hukum positif. Kemudian langsung mengangkat Rektor Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta langsung diangkat sebagai ketua badan pembinaan ideologi Pancasila dengan Khusuknya. Ini rektor kampus Islam ternama tapi setelah dilantik dia umumkan dan membuat pernyataan “agama menjadi musuh terbesar Pancasila” logikanya sekarang agama musuh terbesar negara yaitu ditolaknya aturan agama sebagai landasan aturan hukum positif. Bahkan Presiden pidato di depan pimpinan perguruan tinggi se-indonesia di Bali hari Selasa 24 September 2017 “Bukan PKI bukan komunis tapi Radikalisme agama yang mengancam pancasila” ini disampaikan  di depan pimpinan perguruan tinggi seluruh Indonesia dalam acara seminar di Bali, Tujuannya apa…? untuk mempoposikan islam sebagai gerakan radikal, intoleransi, anti kebinekaan. Sampai aksi 212, 411 mau dilemahkan sampai ketitik yang rendah. Jadi Untuk melemahkan kekuatan islam ini dimunculkan Islam Nusantara dan fikihnya fikih kebinekaan seperti nikah sejenis, zina halal yang dipelopori oleh tokoh liberal. Dan puncaknya yaitu “menjadikan Indonesia menjadi negara sekuler yang kaffah”. Yaitu munculnya rancangan UU HIP, kalau itu diresmikan maka seperti lonceng ana robbukumul ‘ala akhirnya mereka membuat makar atau bahasa Din Syamsudin pemerintah sekarang seperti diistidraj (dilulu).

Jadi ketika indonesia menjadi negara sekuler yang kaffah maka logika politiknya komunis pasti bangkit dan akan menguasai indonesia, makannya pemerintah sekarang untuk memperkuat sekelurisasi di indonesia mereka mendirikan kelompok buzzer seperti, Ade Armando, Abu Janda, Deny Siregar dll yang digaji langsung dari pemerintah diambil dari APBN sebanyak 74 Milyar yang tugasnya menghancurkan islam, melecehkan Allah, Rasul, Alqur’an dan Ulama. Pertanyaannya?… Padahal di Indonesia ada Undang-undang KUHP pasal 165 A tentang penodaan agama, indonesia negara hukum tapi mereka para buzzer tidak pernah ditangkap karena mereka ditugasi rezim untuk menghancurkan dan melecahkan agama dan syari’at Islam.  (diintisarikan dari ceramah-ceramah Ustadz Ir. Andri Kurniawan M.Ag.)

Kita cukup kaget sekali roadmap Pendidikan Nasional tahun 2020-2035 sudah tidak ada lagi agama, sampai akhirnya dua ormas besar di Indonesia Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia pusat bertanya langsung kepada Mendikbud Nadiem Makariem Apakah dengan roadmap pendidikan nasional 2020-2035 artinya 15 tahun kedepan ingin menjadikan Generasi Indonesia menjadi generasi atheis komunis. tidak ada jawaban. tapi akhirnya ujung-ujungnya munculah sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 jadi standar pendidikan nasional sudah tidak ada lagi yaitu mata pelajaran Pancasila dan bahasa Indonesia sudah dihapus bahkan Dirjen Kemendikbud mengeluarkan kamus sejarah Indonesia Jadi sekarang kamu sejarah Indonesia tidak ada lagi (tidak mencantumkan) tokoh-tokoh islam seperti Muhammad Natsir pencetus NKRI, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, Kyai Wahid Hasyim dari Nahdlatul Ulama sudah tidak ada lagi dan dilenyapkan darinsejarah dan Kyai Mudzakir dari Muhammadiyah, Kyai Haji Agus Salim dalam Sarekat Islam sudah tidak lagi disebutkan bahkan Buya Hamka sudah tidak tercatat lagi. jadi kamus sejarah yang dimunculkan oleh Dirjen justru DN. Aidit dan beberapa tokoh-tokoh PKI yang lain. inilah sejarah Indonesia yang baru ini sangat membahayakan. pakar-pakar politik islam seperti Prof. Salim Said guru besar ilmu politik dan ilmu militer Universitas Indonesia beliau memberikan statemen di media sekarang ini kader-kader DPR-RI yang jumlahnya kurang lebih 200 lebih sementara politisi Islam cuma 179. mereka sekarang balas dendam terhadap kaum muslimin, islam dan ulama dengan menggunakan kekuasaan. tidak menutup kemungkinan Indonesia akan jadi Singapura kedua . Umat Islam tidak bangkit bahkan mantan ketua penasihat KPK yaitu bapak dokter Abdullah ilhamahua beliau menyampaikan minta ormas-ormas untuk siaga 1 Kenapa kok siaga 1 karena tinggal tunggu giliran untuk dihabisi mulai pertama organisasi HTI, FPI setelah itu targetnya Muhammadiyah setelah itu Majelis Ulama bahkan di DPR RI penghapusan artinya pembubaran Majelis Ulama sangat masif sekali terutama oleh kader-kader komunis yang ada di DPR RI.

Seirama dengan pernyataan ketua BPIP Yudian Wahyudi adalah Statement Ketua PBNU, SAS juga membuat pernyataan bahwa “Negara China bukan negara komunis, yang komunis justru arab”. “Tanpa pasukan China maka tidak ada Islam di Indonesia, bahkan tidak ada Indonesia”, “Agama bukan dari langit, tapi dari manusia sendiri,” “Jangan sebut kafir kepada non muslim”, “Martabat suatu bangsa tergantung budayanya, bukan agamanya” dan lain sebagainya.  

NU sekarang ini didominasi oleh tokoh-tokoh yang berfaham sepilis, sehingga sangat mempengaruhi pemikiran dan kebijakan pimpinan PB NU. Pemikiran, kebijakan dan tindakan pucuk pimpinan NU tersebut sering kali menimbulkan kegaduhan di tengah warga NU dan masyarakat, seperti pengiriman duta NU untuk menghadiri pertemuan di Israel, padahal sikap umat Islam tegas terhadap  Israel karena kekejamannya terhadap umat Islam di Palestina.

Pemikiran dan ide yang bertentangan dengan ajaran Ahlussunah wal Jama’ah.  Seringnya terjadi lontaran ide dan pemikiran yang  bertentangan dengan prinsip dan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, seperti munculnya gerakan Islam Nusantara yang  membenturkan nilai-nilai Islam dengan tradisi lokal. Lontaran ide dan pemikiran ini sering kali justru memicu terjadinya gesekan dankonflik antar umat Islam sendiri, seperti  pernyataan Islam Nusantara bukan Islam Arab, makin panjang jenggot makin goblok, Islam Arab adalah Islam radikal dan teroris, habaib di Indonesia adalah keturunan kaum Arab penjajah, dll.  Lontaran pemikiran lain yang juga memicu kegaduhan adalah pemikiran bahwa non-Muslim boleh menjadi pemimpin masyarakat Muslim. Ide ini dengan sengaja dikampanyekan di masyarakat oleh segelintir tokoh NU,  terindikasi adanya  transaksi politik dengan oknum-oknum yang berusaha menjadikan non-Muslim dan keturunan asing menjadi pemimpin, baik di daerah maupun presiden, padahal di dalam Al- Quran, Hadits, dan kitab-kitab salaf sudah final bahwa non-Muslim haram memimpin kaum Muslimin. (diintisarikan dari dawuh-dawuh Syaihkina KH. M. Najih Maimoen)

Menurut Alfian Tanjung pada saat membaca pleidoi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Raya, Jakarta Pusat, Rabu (2/5/2018) indikasi bangkitnya PKI salah satunya karena ditiadakannya pemutaran film G-30-S/PKI. berdasarkan dinamika sosial-politik secara nasional cukup banyak dan banyak tanda dan indikasi kebangkitan paham komunisme PKI:

Pertama, ditiadakanya pemutaran film G-30-S/PKI. Termasuk ikrar dari Panglima TNI yang sekarang, tidak akan memutarkan film G-30-S/PKI. Sebagai langkah awal melenyapkan jejak hitam sejarah PKI. Hal ini mereka lakukan secara sistematis sejak 1980-an.

Kedua adalah dihilangkannya kata ‘PKI’ dari ‘G-30-S’ pada 2004. hal ini untuk menegaskan bahwa PKI tidak terlibat dalam peristiwa itu.

Ketiga gencarnya penerbitan berupa buku setelah terbitnya ‘Aku Bangga Jadi Anak PKI 2002’, terbit buku ‘Anak PKI Masuk Parlemen 2005’. Selanjutnya, terbit buku sejarah dan pedoman membangun kekuatan komunis di Indonesia sebagai modal bagi mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka.

Keempat, HUT PKI dirayakan secara terbuka pada 2015. Dilanjutkan dengan event kegiatan PKI di berbagai daerah: Sumatera, Jawa Tengah, Jakarta, dan Jawa Timur. 

Kelima, adanya simposium tentang PKI di Jakarta pada 18-21 April 2016 di Aryaduta, Jakarta. Kemudian keenam, pada 16-17 September 2017, ada diskusi di LBH Jakarta untuk mencabut Tap MPRS 25/1966 dan menganulir kudeta 1948. mereka ingin meyakinkan publik bahwa Tap MPRS 25/1966 sudah tidak relevan lagi dan harus dicabut dan membalik fakta sejarah bahwa peristiwa kudeta Madiun 1948 merupakan kudeta politik dan provokasi Hatta. 

Selain itu, munculnya nama-nama tokoh itu dianggap sebagai salah satu penyebab eksisnya PKI. Kemunculan kader-kader PKI di berbagai event, baik secara umum maupun yang tegas-tegas menyatakan dirinya sebagai komunis/PKI. Seperti Ribka Tjiptaning, Teguh Karyadi, Wahyu Setiaji, dll. Ada yang diam-diam terus bekerja, seperti Dita Indah Sadi dan Budiman Sudjatmiko.

Dikutip dari pidato Dr. Danial beliau bercerita bahwa: pada tahun 2012, seorang veteran politik Amerika Serikat yang sangat terkenal yaitu Henry Kissinger mantan Setia Usaha Luar Negeri Amerika Serikat. Dia akhirnya muncul sebagai Setia Usaha Amerika yang sangat berpengaruh sampai sekarang. Dia menyatakan bahwa dalam masa 10 tahun nanti, tidak ada lagi negara Israel di  atas muka bumi ini. 

Henry Kissinger bukan sembarangan orang. Dia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan bangsa Yahudi. Dan dia telah bersumpah pada dirinya untuk membantu tegaknya kerajaan Israel di atas muka bumi ini. Namun tiba-tiba dia mengeluarkan satu kenyataan yang menimbulkan polemik perdebatan didalamnya. “apakah ini secara faktanya menunjukan bahwa bangsa Israel kini sudah sampai pada penghujungnya..?”

Kenyataan Henry Kissinger ini dilaporkan oleh Cindy Adams dalam New York Post tahun 2012. Dan seperti yang kita janggalkan, wakil Henry Kissinger pasti menafikan kenyataan yang luar biasa ini. Tetapi bila kita pikirkan lagi, kita rasakan bahwa tidak mungkin Cindy Adam dengan sembrono menulis kenyataan seperti itu, jika tidak ada asasnya. Pasti sedikit banyak apa yang ditulis Cindy Adam ada asasnya. Bahwa pada tahun 2022 Israel akan lenyap, berdasarkan:

  1. Kita yakin dengan janji Allah SWT berdasarkan kalam Rasulullah SAW bahwa tidak akan terjadi hari kiamat sehingga umat Islam membunuh bangsa Yahudi. ringkasnya, kita yakin bangsa Yahudi berkaitan dengan Israel yang berkonsep zionis yang ta’ashub (fanatik) sehingga bukan lagi berperi kemanusiaan, kita yakin mereka akan dibunuh dan dihancurkan sebab perangnya itu berdasarkan hadits dan kita yakin itu pasti berlaku.
  2. Kita melihat bahwa 69 tahun umat Islam ada di Gaza bumi Palestina masih hidup dengan hebat sekali. Saya rasa salah satu aspek kekuatanya adalah kekuatan batin (dalam). Dan kita yakin bangsa Israel ini memang satu bangsa yang kejam. Dan dia berhadapan dengan satu bangsa yang berhubungan dengan Allah sangat erat sekali. Dan siapa yang bisa mengalahkan golongan yang walaupun jumlahnya mereka kecil, tapi memiliki hubungan dengan Allah sangat erat sekali…? Tidak mungkin ada. Oleh sebab itu kita jangan lupa kepada Palestina. Ketika kita makan enak jangan lupa membantu mereka. Bantuan yang terbaik mungkin, saat kita menerima gaji sisihkan sedikit untuk mereka.

Israel kuat itu hanya diatas kertas. Yang menguatkan Israel adalah media. Yang menjulang Israel tampak seolah-olah begitu kuat adalah bagaimana mereka bersekongkol dengan negara-negara lain di atas dunia ini. Persoalannya, apakah umat Islam yang takut Israel atau Isarel yang takut pada Islam..?. saat kita berdiri, kita tidak boleh mengelak sama sekali, kita tidak boleh menafikan dan menyangkal sama sekali bahwa kualitas umat Islam yang luar biasa saat ini ada pada saudara kita di Palestina. Belajarlah pada kelompok Islam di Palestina.  (dikutip dari pentas Halaqoh di Malaysia)

Ini kami sampaikan sebagai bentuk tanggung jawab kami kepada Allah SWT, untuk menyelamatkan anak cucu kita generasi muslim dari dekadensi moral dan akidah, juga untuk memperkokoh rasa patriotisme dan ghiroh islamiyah.

Terakhir, kami ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Bapak H.Tengku Dzulkarnain, semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT. Amin. Beliau seorang pejuang amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah ahlus sunnah wal jama’ah. 

TAUHID ASWAJA karya : H.Tengku Dzulkarnain

Allah itu ada, tanpa tempat tanpa waktu

Allah juga ada, tak serupa dengan makhluk

Jangan semisalkan, Allah dengan sesuatu

Jangan serupakan, Allah dengan setiap makhluk

Janganlah kau katakan Allah itu

punya wajah, punya tangan, punya kaki, pakai jari

Itu paham Mujassimah

Janganlah kau katakan Allah bertempat di Arsy,

terkadang di langit turun pula kebumi

Itu paham Musyabbihah

Janganlah pula kau katakan, Allah ada dimana-mana

Pegang erat-erat faham yang selamat, Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Ahlussunnah Wal Jama’ah…

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ الْمُسلِمِين اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَاننَاَ الْمُسلِمِين وَالمُجَاهِدِينَ فِي فلسْطِين اللَّهُمَّ ثَبِّتْ إِيمَانَهُمْ وَ أَنْزِلِ السَّكِينَةَ عَلَى قُلُوبِهِم وَ وَحِّدْ صُفُوفَهُمْ اللهم أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ اللَّهُمَّ دَمِّرِ الْيَهُود وَ شَتِّتْ شَمْلَهُم وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ انْصُرْ المُجَاهِدِينَ عَلَى أَعْدَائِنَا أَعْدَاءَالدِّين بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وعلى اله وصحبه وسلم اجمعين والحمد لله رب العلمين.

Sarang, 04 Syawal 1442 H.

Tim Media Ribath Darusshohihain

MUSLIM MASUK GEREJA KOK BANGGA?: TANGGAPAN ATAS VIDEO KLARIFIKASI GUS MIFTAH ATAS PUISI KEBANGSAANNYA DI GEREJATANGGAPAN ATAS VIDEO KLARIFIKASI GUS MIFTAH ATAS PUISI KEBANGSAANNYA DI GEREJA

Mengikuti kegiatan agama lain beberapa tahun terakhir ini sepertinya sudah menjadi bahan asongan dan program wajib bagi kaum pegiat liberalisme dan pluralisme. Ironisnya, kegiatan semacam ini dilakoni, dipublikasikan, bahkan dibela-bela oleh tokoh-tokoh di tubuh NU yang mengaku berkomitmen terhadap Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, Islam yang mengikuti ajaran kitab salaf dan para ulama pendahulu. Munculnya istilah Islam Nusantara pada dasarnya menjadi kedok untuk meyakinkan publik khususnya warga Nahdliyyin bahwa Islam itu moderat dan toleran, namun ternyata isinya adalah produk-produk “sepilis” seperti doa bersama lintas agama, ajaran semua agama sama, ceramah di gereja, menyanyikan lagu ya lal wathan yang tidak semestinya dinyanyikan keras saat ibadah umrah, non-Muslim boleh menjadi pimpinan umat Islam, menuduh Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama tidak bersih waktu kecil (baca: rembes) dan punya keinginan mencuri, memberi julukan Ahok sebagai santri (?), dan masih banyak lagi yang sudah tidak terhitung jumlahnya. Karena ini merupakan sebuah program internasional yang di belakangnya terdapat lembaga penyuntik dana besar-besaran, maka kaum ‘sok toleran’ ini sepertinya tidak akan semudah itu berhenti dari apa yang mereka lakukan ini. Bahkan mereka bangga merusak ajaran Islam, mencampur kegiatan Islam dengan kegiatan agama lain, dan mengajak kaum Muslimin untuk tidak lagi yakin agamanya yang paling benar.

Kasus Gus Miftah yang baru-baru ini menggemparkan karena puisi yang dia baca saat peresmian Gereja Bethel Indonesia (GBI) di Penjaringan Jakarta pada Kamis silam (29/4/2021) berbuntut panjang. Beberapa hari setelah menjadi heboh di media sosial, Gus Miftah lalu membuat video tanggapan. Isi video tersebut bukan klarifikasi, bahkan justru apologi (membela) dan glorifikasi (membanggakan) atas apa yang dia lakukan di gereja tersebut. Na’udzubiLlahi min dzalika.

Gus Miftah: Hanya Acara Peresmian, bukan Peribadatan

Dalam video berdurasi sekitar tiga menit tersebut, Gus Miftah menyatakan bahwa dirinya hanya menghadiri undangan peresmian gereja tersebut. Dia pun menyatakan bahwa acara yang berlangsung adalah peresmian gereja dan orasi kebangsaan, bukan peribadatan.

Masalahnya itu adalah acara peresmian gereja, tempat dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala direndahkan karena dianggap memiliki anak dan istri. Secara Islam akidah mereka jelas kufur. Padahal termasuk dalil yang dia sampaikan dalam videonya dari al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah berbunyi:

وَيُكْرَهُ دُخُول كَنَائِسِهِمْ يَوْمَ نَيْرُوزِهِمْ وَمَهْرَجَانِهِمْ. قَال عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: لاَ تَدْخُلُوا عَلَى الْمُشْرِكِينَ فِي كَنَائِسِهِمْ يَوْمَ عِيدِهِمْ، فَإِنَّ السَّخْطَةَ تَنْزِل عَلَيْهِمْ

“Dimakruhkan masuk gereja mereka pada hari Nairuz (tahun baru) dan Mahrajan. Sayyidina Umar RadliyaLlahu ‘anhu berkata, “Jangan kalian mendatangi orang-orang musyrik di gereja-gereja pada hari raya mereka, karena kesialan turun pada mereka.” (al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, juz 20 hlm. 245)

Catatan penting dari ibarat diatas, bahwa hukum makruh ini berlaku jika memang tidak ada gambar-gambar dan patung-patung yang diagungkan. Jika ada maka haram masuk gereja tersebut. Syaikh Mahfuzh Termas telah menulis:

قال يحرم دخولها إن كان فيها تصاوير ولا يقدر على إزالتها انتهى وصرح غيره بحل دخولها وإن كان فيها صور ويمكن حمله على صور غير مرفوعة معظمة أو صور منصوبة بغير محل الجلوس

“Ibn Hajar berkata bahwa haram masuk sinagog dan gereja jika di dalamnya terdapat gambar-gambar dan tidak bisa menghilangkannya. Selain Ibn Hajar ada yang menggamblangkan kehalalan masuk sinagog dan gereja tersebut meski ada gambar-gambar di dalamnya, namun mungkin ini diarahkan pada gambar-gambar yang tidak ditaruh tinggi dan diagungkan atau gambar-gambar yang dipasang di selain tempat duduk.” (Syaikh Mahfuzh al-Turmusi, al-Mawahib al-Madaniyyah Syarh al-Muqaddimah al-Hadlaramiyyah, juz 2 hlm. 398-399)

Mengapa dia mau mendatanginya bahkan berbangga naik ke mimbar dan berfoto di depan salib? Terlebih kegiatan tersebut berada di dalam gereja yang penuh dengan simbol-simbol agama mereka seperti patung dan gambar Yesus dan Bunda Maria, salib, dan sebagainya. Kalau memang itu orasi kebangsaan, mestinya dia bisa minta kepada panitia agar kegiatan dilangsungkan di luar gereja sebagai tanggung jawab atas agamanya. Tapi yang ada Gus Miftah sama halnya pendahulunya seperti Gus Dur, Nuril Arifin, Said Aqil Sirajd, dan sebagainya tidak merasa malu dan ewuh naik di panggung gereja. Ironisnya, akun-akun medsos milik organisasi NU gencar sekali mempublikasikan itu dan menganggapnya sebagai bentuk toleransi. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un.

Panen Hujatan dan Takfir

Lalu Gus Miftah dengan nada meledek menyebutkan bahwa karena orasi kebangsaanya itu menjadikan dirinya panen hujatan dari netizen, bahkan menyebut dirinya sesat dan kafir. Namun katanya dia tidak marah, namun justru bersyukur karena bisa membuat orang-orang ahli takfir kebakaran jenggot. Dia menyayangkan bahwa dakwah sekarang adalah mengkafir-kafirkan orang Islam, bukan mengislamkan orang-orang kafir.

Ini merupakan teknik Gus Miftah untuk membangun narasi bahwa yang tidak setuju dan mengkritik dirinya karena acara tersebut adalah kaum radikal yang ahli mengkafirkan dan menyesatkan orang Islam. Dia tidak berani mengungkapkan para kiai, habaib, dan da’i dari kalangan pesantren yang juga menentang perbuatannya tersebut. Dia takut kehilangan simpatisan dari kaum santri dan kaum Nahdliyyin jika sampai mereka tahu kalau kiai-kiai besar dan para habaib mengutuk keras perbuatan dia. Ini namanya pengalihan isu dan penyembunyian fakta, hal yang biasa dipakai orang-orang liberal jika mereka tidak bisa mempertanggungjawabkan argumentasi dan perbuatan mereka secara akademis dan juga secara moral di hadapan para ulama.

Syaikhina Muhammad Najih pun ketika memberi kritik terhadap Gus Miftah tidak terus mengatakan bahwa dirinya kafir. Beliau menyampaikan jika saat mengikuti kegiatan non-Muslim dibarengi dengan keyakinan dan pengagungan terhadap agama mereka maka hukumnya kufur, dan jika tidak maka hukumnya haram dan dosa. Dalam Bughyah al-Mustarsyidin disebutkan:

حاصل ما ذكره العلماء في التزيي بزي الكفار أنه إما أن يتزيا بزيهم ميلاً إلى دينهم وقاصداً التشبه بهم في شعائر الكفر ، أو يمشي معهم إلى متعبداتهم فيكفر بذلك فيهما ، وإما أن لا يقصد كذلك بل يقصد التشبه بهم في شعائر العيد أو التوصل إلى معاملة جائزة معهم فيأثم

 “Hasil dari pendapat ulama tentang berpakaian seperti orang kafir adakalanya karena condong kepada agama mereka dan ingin menyerupai simbol-simbil non-Muslim atau berjalan bersama ke tempat peribadatan mereka maka kafir, dan adakalanya tidak bermaksud demikian namun bertujuan menyerupai mereka dalam simbol-simbol hari raya atau berinteraksi dengan mereka maka dia berdosa. (Syaikh Abdurrahman Ba’alawi, Bughyah al-Mustarsyidin, hlm. 528)

Gus Miftah seakan tidak mau mengakui bahwa apa yang dia lakukan itu haram dan mencoba menutupi hal ini, lalu melakukan rekayasa playing victim dengan menempatkan dirinya sebagai pihak yang dizalimi karena divonis kafir dan sesat oleh kaum radikal, yang ujung-ujungnya umat Islam secara umum lagi yang kena imbasnya. Sungguh permainan narasi yang buruk dan licik sekali!

Ibarat Mausu’ah Fiqh Kuwait

Setelah selesai bersikap apologetik terhadap dirinya, Gus Miftah lalu menyodorkan dalil tentang hukum masuk ke dalam gereja. Dia mengutip dalil dari artikel Nadirsyah Hosein, penulis dari kalangan NU yang membela mati-matian kebolehan non-Muslim menjadi presiden negara mayoritas Islam dan membela presiden Perancis Emanuel Macron yang menghina Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama lewat karikatur tahun 2020 silam. Artikel yang dia tulis dan dimuat dalam situs nu online pada Kamis 19 September 2019 bertajuk “Bolehkah Muslim Masuk ke Gereja?”, dimana pada artikel tersebut ada keterangan dari kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah yang menjadi dasar bagi dirinya membolehkan orang Islam masuk ke dalam gereja yang lengkapnya sebagai berikut:

يَرَى الْحَنَفِيَّةُ أَنَّهُ يُكْرَهُ لِلْمُسْلِمِ دُخُول الْبِيعَةِ وَالْكَنِيسَةِ، لأِنَّهُ مَجْمَعُ الشَّيَاطِينِ، لاَ مِنْ حَيْثُ إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ حَقُّ الدُّخُول. وَذَهَبَ بَعْضُ الشَّافِعِيَّةِ فِي رَأْيٍ إِلَى أَنَّهُ لاَ يَجُوزُ لِلْمُسْلِمِ دُخُولُهَا إِلاَّ بِإِذْنِهِمْ، وَذَهَبَ الْبَعْضُ الآْخَرُ فِي رَأْيٍ آخَرَ إِلَى أَنَّهُ لاَ يَحْرُمُ دُخُولُهَا بِغَيْرِ إِذْنِهِمْ. وَذَهَبَ الْحَنَابِلَةُ إِلَى أَنَّ لِلْمُسْلِمِ دُخُول بِيعَةٍ وَكَنِيسَةٍ وَنَحْوِهِمَا وَالصَّلاَةَ فِي ذَلِكَ، وَعَنْ أَحْمَدَ يُكْرَهُ إِنْ كَانَ ثَمَّ صُورَةٌ، وَقِيل مُطْلَقًا، ذَكَرَ ذَلِكَ فِي الرِّعَايَةِ، وَقَال فِي الْمُسْتَوْعِبِ: وَتَصِحُّ صَلاَةُ الْفَرْضِ فِي الْكَنَائِسِ وَالْبِيَعِ مَعَ الْكَرَاهَةِ، وَقَال ابْنُ تَمِيمٍ. لاَ بَأْسَ بِدُخُول الْبِيَعِ وَالْكَنَائِسِ الَّتِي لاَ صُوَرَ فِيهَا، وَالصَّلاَةِ فِيهَا. وَقَال ابْنُ عَقِيلٍ: يُكْرَهُ كَالَّتِي فِيهَا صُوَرٌ، وَحَكَى فِي الْكَرَاهَةِ رِوَايَتَيْنِ. وَقَال فِي الشَّرْحِ. لاَ بَأْسَ بِالصَّلاَةِ فِي الْكَنِيسَةِ النَّظِيفَةِ رُوِيَ ذَلِكَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَأَبِي مُوسَى وَحَكَاهُ عَنْ جَمَاعَةٍ، وَكَرِهَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَمَالِكٌ الصَّلاَةَ فِي الْكَنَائِسِ لأِجْل الصُّوَرِ

Kesalahan fatal baik dari penulis artikel diatas maupun dari Gus Miftah (yang mengaku sendiri tidak bisa baca kitab) adalah tidak mau memahami syarat-syarat kebolehan atau kemakruhan masuk atau shalat di dalam gereja dalam ibarat diatas jika ditemukan dengan ibarat-ibarat lain. Keduanya menggeneralisasi hukum boleh dan makruh tersebut secara mutlak. Padahal jika syarat-syarat berikut tidak dipenuhi maka hukum Muslim masuk dan shalat di dalam gereja menjadi haram mutlak.

Pertama, tidak boleh ada gambar atau patung yang menjadi simbol peribadatan dan pengagungan kaum Nasrani di dalam gereja tersebut seperti keterangan Syaikh Mahfudl Termas sebelumnya. Jika ada maka haram. Hal senada disampaikan pula dalam Mughni al-Muhtaj:

قال الشيخ عز الدين: لا يجوز للمسلم دخول كنائس أهل الذمة إلا بإذنهم؛ لأنهم يكرهون دخولهم إليها، ومقتضى ذلك الجواز بالإذن وهو محمول على ما إذا لم تكن فيها صورة. فإن كان وهي لا تنفك عن ذلك حرم هذا إذا كانت مما يقرون عليها وإلا جاز دخولها بغير إذنهم؛ لأنها واجبة الإزالة، وغالب كنائسهم الآن بهذه الصفة

“Syaikh Izzuddin berkata: Tidak boleh Muslim memasuki gereja-gereja non-Muslim ahl dzimmah kecuali dengan izin mereka karena mereka tidak suka Muslim masuk kesana. Implikasi pendapat ini adalah boleh ketika ada izin, namun ini diarahkan jika di dalamnya tidak ada gambar. Jika ada dan tidak bisa dicopot maka haram. Ini jika gambar tersebut adalah yang biasa mereka gunakan untuk ibadah, dan jika tidak maka boleh memasuki gereja tersebut tanpa izin mereka. Hal ini karena gambar-gambar tersebut wajib dihilangkan, padahal gereja-gereja sekarang rata-rata ada gambar seperti itu.” (Ibn Hajar al-Haitami, Mughni al-Muhtaj Syarh al-Minhaj, juz 6 hlm. 78; Lihat pula: Syihabuddin al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, juz 23 hlm. 251)

Jadi konteks boleh atau makruhnya masuk dan shalat di gereja diatas ada ketika gereja-gereja tersebut polosan dan tidak ada gambar-gambar seperti salib, patung Yesus, gambar Maria, dan sebagainya. Gereja tersebut sudah sepi dan tidak lagi difungsikan untuk peribadatan. Maka disini baru hukum mubah atau makruh diatas berlaku.

Sedangkan gereja yang dihadiri oleh Gus Miftah isu aktif digunakan untuk ibadah orang Kristen, simbol salib dimana-mana, dan banyak patung dan gambar Yesus seperti halnya gereja-gereja lain yang ada sekarang. Jelas syarat pertama ini tidak dipenuhi oleh Gus Miftah.

Kedua, tidak menimbulkan kerugian bagi Islam dengan memperbanyak jumlah kaum Nasrani, mensyiarkan ajaran mereka, memberi kesan ajaran mereka benar, dan mengagungkan tempat ibadah mereka. (Syaikh Mahfuzh al-Turmusi, al-Mawahib al-Madaniyyah Syarh al-Muqaddimah al-Hadlaramiyyah, juz 2 hlm. 398-399)

وشرط الحل أيضا أن لا تحصل مفسدة من تكثير سوادهم وإظهار شعارهم وإيهام صحة عبادتهم وتعظيم متعبداتهم وهو ظاهر

Syarat kedua ini jelas dilanggar oleh Gus Miftah, karena dia di dalam gereja tersebut justru menyampaikan puisi yang sarat ide pluralisme karena menyamakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tuhan-tuhan agama lain. Dia menganggap mereka hanya beda nama saja, kata dia hakikatnya sama. Ini jelas perusakan terhadap akidah Islam, pembenaran terhadap ajaran Kristen, dan contoh buruk bagi kaum Muslimin. Dia tidak sama sekali menyesali hal itu, dan justru menganggap orang yang mengkritik dia sebagai ahli takfir dan ahli menyesatkan orang. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un. Dia tidak mau belajar dari kasus Nuril Arifin dan tokoh lain yang ceramah di gereja lalu mendapat tentangan yang sangat masif dari umat Islam khususnya dari kalangan pesantren. Ngono kok jare mengaku pendukung Islam Nusantara? Berarti Islam Nusantara hakikatnya adalah Islam liberal ala Gus Dur, Ulil Abshor, Said Aqil, Muwafiq dan teman-temannya itu.

Gereja dan Kisah Sayyidina Umar

Penulis artikel diatas yaitu Nadirsyah Hosein untuk mendukung bolehnya Muslim masuk gereja, maka dia mengambil cerita dari Ibn Qudamah dalam al-Mughni bahwa Sayyidina Umar memerintahkan Sayyidina Ali untuk mewakilinya menghadiri undangan makan di sebuah gereja. Nadirsyah Hosein menulis:

“Ketika Umar bin Khattab memasuki negeri Syam dan itu diketahui oleh kaum Nasrani negeri tersebut, mereka berinisiatif untuk menyambut Umar dengan menyajikannya makanan. Namun jamuannya itu disajikan di dalam gereja mereka. Lalu Umar menolak hadir dan memrintahkan ‘Ali untuk menggantikannya. Datanglah ‘Ali ke undangan tersebut lalu masuk ke dalamnya dan menyantap hidangan yang disediakan. Kemudian Ali berkata: “aku tidak tahu kenapa Umar menolak datang?” Kata Ibn Qudamah, ini bukti kesepakatan mereka para sahabat bahwa memasuki gereja/sinagog tidaklah haram. Nah, mungkin ada yang bertanya: mengapa Umar menolak datang? Kalau haram, mengapa Umar mengutus Ali? Kelihatannya alasan Umar tidak mau masuk dan menghadiri jamuan di gereja adalah karena khawatir umat Islam akan memahami bahwa boleh merebut gereja itu dan mengubahnya dijadikan masjid. Ini juga yang dilakukan Umar saat menolak masuk ke gereja di Palestina. Umar menghindari kerusakan dan kekerasan. Namun, jelas bahwa Imam Ali dan para sahabat memasuki gereja dan menghadiri jamuan di dalamnya.” (nu online)

Menariknya, ketika ibarat diatas diteliti secara utuh pada kitab aslinya ternyata yang dimaksud Ibn Qudamah dalam kitab tersebut berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Nadirsyah Hosein. Ibarat dan cerita diatas itu konteks sebenarnya membahas tentang masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat gambar secara umum, bukan salib, gambar, dan patung Yesus di gereja. Ibarat awal dari kitab tersebut sebagai berikut:

فَصْلٌ : فَأَمَّا دُخُولُ مَنْزِلٍ فِيهِ صُورَةٌ ، فَلَيْسَ بِمُحَرَّمٍ ، وَإِنَّمَا أُبِيحَ تَرْكُ الدَّعْوَةِ مِنْ أَجَلِهِ عُقُوبَةً لِلدَّاعِي ، بِإِسْقَاطِ حُرْمَتِهِ ؛ لِإِيجَادِهِ الْمُنْكَرَ فِي دَارِهِ . وَلَا يَجِبُ عَلَى مَنْ رَآهُ فِي مَنْزِلِ الدَّاعِي الْخُرُوجُ ، فِي ظَاهِرِ كَلَامِ أَحْمَدَ ؛ فَإِنَّهُ قَالَ ، فِي رِوَايَةِ الْفَضْلِ بْنِ زِيَادٍ ، إذَا رَأَى صُوَرًا عَلَى السِّتْرِ ، لَمْ يَكُنْ رَآهَا حِينَ دَخَلَ ؟ قَالَ : هُوَ أَسْهَلُ مِنْ أَنْ يَكُونَ عَلَى الْجِدَارِ .

“Fasal: Adapun masuk rumah yang ada gambar di dalamnya maka tidaklah haram. Hanya saja dibolehkan meninggalkan dakwah karena ada gambar di dalam rumah sebagai hukuman bagi dai sebab telah merusak kehormatannya karena mendapati kemunkaran di rumahnya. Orang yang melihat gambar di dalam rumah dai tersebut tidak wajib keluar darinya menurut zahirnya ucapan Ahmad, karena beliau menjawab pertanyaan menurut riwayat Fadhl bin Ziyad tentang seseorang yang melihat gambar-gambar di tirai yang tidak terlihat ketika dia masuk. Beliau menjawab bahwa hal itu lebih ringan hukumnya dari gambar yang ada di atas tembok.” (Ibn Qudamah, al-Mughni, juz 16 hlm. 3)

Jadi ibarat dari Ibn Qudamah diatas tidak tepat jika digunakan untuk menghukumi boleh masuk ke gereja secara mutlak meskipun ada gambarnya, karena gambar yang dimaksud dalam cerita diatas adalah gambar yang tidak ada unsur pengagungan dan simbol agama Nasrani. Kalau gereja-gereja sekarang yang dipenuhi oleh patung Yesus dan Bunda Maria serta salib maka jelas haram bagi Muslim masuk ke dalamnya seperti keterangan yang lalu.

Selain itu, asumsi Nadirsyah Hosein bahwa Sayyidina Umar tidak mau menghadiri acara makan-makan di gereja tersebut karena khawatir umat Islam akan memahami bahwa boleh merebut gereja itu dan mengubahnya dijadikan masjid juga tidak ada dasarnya. Justru keterangan Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menyatakan bahwa beliau tidak berkenan karena ada gambar-gambar tersebut meski bukan simbol agama seperti dalam ibarat berikut:

قال لما قدم عمر الشام صنع له رجل من النصارى طعاما وكان من عظمائهم وقال أحب أن تجيئني وتكرمني فقال له عمر أنا لا ندخل كنائسكم من أجل الصور التي فيها يعني التماثيل

“Abdurrazaq meriwayatkan bahwa ketika khalifah Umar datang ke Syam lalu seorang Nasrani membuatkan jamuan makanan bagi beliau, dan dia termasuk pembesar Nasrani. Dia berkata, “Saya ingin Anda menemui saya dan memuliakan saya.” Lalu Umar menjawab, “Kami tidak masuk ke gereja-gereja kalian karena gambar dan patung yang ada di dalamnya.” (Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, juz 1 hlm. 531)

Dalam keterangan lain disebutkan:

كقول عمر رضي الله تعالى عنه إنا لا ندخل كنائسكم يعني بالاختيار والاستحسان دون ضرورة تدعو إلى ذلك

“Seperti ucapan Sayyidina Umar RadliyaLlahu ‘anhu: Kami tidak masuk ke gereja-gereja kalian,” yakni secara sadar dan niat berbuat baik, bukan karena darurat yang mendorong untuk masuk ke gereja.” (Badruddin al-Aini, ‘Umdah al-Qari, juz 7 hlm. 7)

Apakah kesalahan interpretasi dari Nadirsyah Hosein ini murni kesalahpahaman atau penyalahpahaman untuk mendukung ‘ajaran’ yang dia asongkan? Silahkan nilai sendiri.

Epilog 

Dari pembahasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Gus Miftah dan juga Nadirsyah Hosein telah melakukan penyelewengan dalil-dalil dalam kitab salaf untuk mendukung kebolehan Muslim masuk gereja secara mutlak, apalagi dibarengi dengan agenda publikasi nilai-nilai liberalisme dan pluralisme. Ini jelas sudah menunjukkan bahwa keduanya tidak menetapi amanat keilmuan dan hanya memperalat dalil-dalil agama untuk menggiring opini publik supaya membenarkan apa yang mereka lakukan. Dan begitulah, kaum liberal mulai zaman orientalis hingga sekarang selalu mencari dalil-dalil ‘pinggiran’ atau memelintir dalil baik dari Al-Quran, Hadits, maupun literature ulama untuk membenarkan ide dan pemikiran mereka.

Kami hanya memberi peringatan kepada dua orang tersebut dan para pembelanya untuk segera bertaubat dan menghentikan perbuatan tersebut. Ingatlah akan kerusakan yang akan kalian timbulkan akibat ide-ide sepilis kalian terhadap Islam dan kaum Muslimin. Namun jika mereka masih tidak mau berhenti bahkan berbangga hati keluar masuk gereja untuk menyuarakan ide-ide liberal-pluralis di tubuh umat Islam, maka kami serahkan semua kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kami berdoa agar orang-orang yang berusaha merusak Islam dan kaum Muslimin dihancurkan oleh Allah dan mendapat balasan setimpal di dunia dan akhirat. Amin. WaLlahu A’lam bi al-shawab.(*)

** Oleh: Tim Ilmiah Ribath Darusshohihain