PENJELASAN KH. MUHAMMAD NAJIH MAIMOEN TENTANG KEWAJIBAN ZAKAT TERHADAP UANG KERTAS

Pada Kamis malam tanggal 14 Muharram 1444 H/11 Agustus 2022 M akun Youtube Ribath Darusshohihain menayangkan video pembahasan Syaikhina Muhammad Najih Maimoen tentang apakah uang kertas wajib dikeluarkan zakatnya atau tidak. Dalam video berdurasi sekitar 27 menit tersebut Abah Najih menjelaskan secara panjang lebar tentang wajibnya zakat uang kertas dengan menyertakan berbagai argumentasi dan ibarat atau referensi ilmiah dari kitab-kitab ulama tentang hal tersebut. Pernyataan Abah Najih tersebut disampaikan setelah membaca tulisan-tulisan dari majalah Sidogiri yang isinya dinilai sangat positif oleh beliau.
Sebelum masuk pembahasan zakat, Syaikh Muhammad Najih menyinggung tentang adanya informasi dari Machfud MD bahwa dikucurkan dana oleh PBB dan kroni-kroninya melalui kerjasama dengan United Nation Development Programme (UNDP) dan sebagai organisasi dibawah naungan PBB, United States Agency for Internation Development (USAID) sebagai lembaga dibawah naungan pemerintahan Amerika, dan kedubes Swedia agar LGBT disetujui dan dilegalkan di berbagai negara dunia dimana Indonesia mendapat dana 108 Miliar Rupiah (8 Juta US Dolar). Beliau sangat prihatin dan sangat ingkar dengan hal tersebut. (referensi: https://kumparan.com/kumparannews/mahfud-md-lgbt-dibayai-lembaga-pbb-undp, https://news.detik.com/internasional/d-3140618/undp-kucurkan-rp-108-m-untuk-dukung-lgbt-di-indonesia-dan-3-negara-asia)
Beliau juga menyinggung kasus pemaksaan seksual dari seorang tokoh atau gus dari salah satu pesantren di Jombang yang menggegerkan masyarakat beberapa waktu lalu. Beliau menyampaikan bahwa AlhamduliLlah pondok pesantren terhindar dari thariqah yang sesat. Sebagian tokoh Thariqah Shiddiqiyah mengingkari turunnya Nabi Isa ‘alaihi al-Salam, padahal dalam Hadits-hadits banyak dijelaskan. (referensi: https://www.youtube.com/watch?v=9adXWZI6TeI)
Beliau juga menyinggung pembahasan tentang ajaran Manunggaling Kawulo Gusti yang pernah disebut Mbah Hasyim dalam kitab beliau Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah:
ومنهم من قال بالحلول واإلتحاد، وهم جهلة المتصوفة، يقولون: إنه تعالى الوجود المطلق، وإن غيره لا يتصف بالوجود أصلا، حتى إذا قالوا: الإنسان موجود، فمعناه أن له تعلقا بالوجود المطلق، وهو الله تعالى.
“Diantaranya ahli bid’ah adalah kelompok Manunggaling Kawula Gusti (Wahdatul Wujud), dan mereka adalah kaum sufi yang bodoh-bodoh. Mereka mengatakan bahwa Allah adalah wujud yang mutlak dan selain Allah tidak memiliki wujud. Bahkan jika orang-orang mengatakan bahwa manusia itu ada, maka artinya adalah manusia memiliki kaitan dengan wujud yang mutlak yaitu Allah sendiri.” (KH. Hasyim Asy’ari, Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, hlm. 12)
Menurut Abah Najih dari keterangan Mbah Hasyim diatas dapat disimpulkan bahwa Allah adalah sifat menurut penganut Wahdatul Wujud dan bukan berupa dzat. Inilah bahayanya mengatakan bahwa Allah itu sifat.
Setelah itu Syaikhina Najih mengomentari tentang hukum zakat uang kertas yang dibahas dalam majalah Sidogiri tersebut. Beliau berpendapat bahwa menghukumi tidak wajib mengeluarkan zakat uang kertas karena tidak termasuk kelompok harta wajib zakat dalam kitab-kitab Fiqh seperti dalam Taqrib itu tidak tepat atau kurang relevan. “Kita yang hidup di Timur Tengah menyaksikan sendiri orang-orang Makkah seperti Abuya Sayyid Muhammad Alawi dan teman-temannya melakukan zakat uang kertas,” tandas beliau.
Pernyataan Syaikhina Najih tentang uang kertas wajib dikeluarkan zakatnya didukung dengan beberapa referensi yang beliau sebutkan dalam video tersebut diantaranya sebagai berikut:
التقريرات السديدة: ص410
النقد هو الذهب والفضة ، وكذلك ما يقوم مقامهما الآن من الأوراق النقدية كالريال والدولار.
شرح الياقوت النفيس: ج 1 ص 397
ومثل النقدين البنكنوت العملة الورقية لأنها ينطبق عليها ما ينطبق على الذهب، بل بعضهم يفضلها على الذهب والفضة لخفة حملها وسهولة التعمل بها وتخزينها.
Dalam ibarat kitab diatas mengatakan zakat uang kertas hukumnya wajib. Memang dalam al-Yaqut al-Nafis diterangkan pula pendapat yang fanatik dengan kitab-kitab madzhab yang kuno dan tidak memandang pada sejarah bahwa zakat tersebut hukumnya tidak wajib. Padahal ini artinya menyenangkan orang-orang yang lemah imannya yang tidak ingin membayar zakat. “Ini bahaya karena berarti orang-orang hartanya miliaran tidak wajib zakat. Padahal di Amerika atau Eropa ada lembaga yang disebut foundation, dimana 10 persen dari hasil perusahaan diberikan untuk Kristen. Kalau kita tidak mau zakat, wakaf, atau sedekah, berarti kita lebih buruk dari mereka. Kristenisasi itu dilaksanakan dengan dukungan dana dari lembaga-lembaga foundation itu seperti Shimon Perez Foundation, Djarum Foundation, dll.

الفقه المنهجي : ج 2 ص 12
والمقصود بهما: الذهب، والفضة، سواء كانا مضروبين أو كانا سبائك ، كما أن المقصود بهما ما دخل تحت الملك حقيقة أو اعتباراً، أي سواء كان التعامل الفعلي بهما أو بأوراقٍ تقم مقامها، وتعتبر سندات ذات ضمانة ثابتة بدفع ما ارتبطت به من القيمة الحقيقية ، ذهباً أو فضة .
Dalam mausu’ah kuwaitiyyah juga ada:
الموسوعة الفقهية الكويتية : ج 23 ص 267-268
ج – زكاة الأوراق النقدية ( ورق النوط ) :
75 – إن مما لا شك فيه أن الزكاة في الأوراق النقدية واجبة ، نظرا لأنها عامة أموال الناس ورءوس أموال التجارات والشركات وغالب المدخرات ، فلو قيل بعدم الزكاة فيها لأدى إلى ضياع الفقراء والمساكين ، وقد قال الله تعالى : { وفي أموالهم حق للسائل والمحروم } (3) ولا سيما أنها أصبحت عملة نقدية متواضعا عليها في جميع أنحاء العالم ، وينبغي تقدير النصاب فيها بالذهب أو الفضة.
Zakat uang kertas ini diwajibkan berdasarkan pertimbangan bahwa pemakaian uang kertas di dunia modern sudah menjadi kesepakatan dunia, meski peralihan alat tukar dari emas dan perak ke uang kertas itu sebenarnya rekayasa Zionis tapi memang sudah menjadi bala’ yang umum (‘ammatun lil balwa).

فتاوى دار الإفتاء المصرية : ج 1 ص 146
السؤال: ما بيان حكم أوراق البنكنوت وأسهم الشركات والسندات هل تجب فيها الزكاة أو لا تجب؟
الجواب: إن الأصل فى وجوب الزكاة فى النقدين هو الذهب والفضة سواء أكانت مضروبة أو غير مضروبة ولما كانت أوراق البنكنوت التى يصدرها البنك الأهلى المصرى بضمانته مما يتعامل به الناس فى جميع معاملاتهم المالية من شراء وبيع وسداد ديون وغير ذلك من التصرفات التى يتعاملون بها فى الذهب والفضة المضروبة أى المسكوكة فإنها تأخذ حكمها وتعتبر نقودا تجب فيها زكاة المال كما تجب فى الذهب والفضة. والجزء الواجب إخراجه هو ربع عشرها بشرط توفر شروط وجوب الزكاة .
Menurut Abah Najih dulu di Mesir ada khilaf masalah bunga bank termasuk riba atau tidak pada zaman Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, atau Mahmud Syaltut pada tahun 40 atau 50-an, akan tetapi tahun 60-an para ulama Mesir berijma’ bahwa bunga bank itu haram. Namun setelah itu Ali Jumah melanggar ijma’ ulama Mesir tersebut.
مجلة مجمع الفقه الإسلامي: ج 3 ص 783
1- الزكاة والأوراق المالية :
تجب الزكاة على الأوراق النقدية بالإجماع ، وليس على قول من يقول بوجوب الزكاة على الدين فقط؛ لأنها ليست سندات دين، وإنما هي في حكم الفلوس النافقة ، والفلوس النافقة في حق الزكاة كعروض التجارة، تجب عليها الزكاة إذا بلغت قيمتها نصاب الفضة.
ijma’ yang dimaksud diatas adalah ijma’ ulama al-Azhar Mesir Azhar sekitar tahun 1957.
Dalam fiqih islami karanga syekh wahbah zuhaili:
الفقه الإسلامي وأدلته :ج 3 ص 195
سادساً ـ زكاة الأوراق النقدية:
الأوراق النقدية والنقود المعدنية: هي التي يتم التبادل بها بدلاً عن الذهب والفضة، وتعد بمثابة حوالة مصرفية على المصرف المركزي للدولة بما يعادلها ذهباً من الرصيد الذهبي المخزون الذي يغطي العملة المتداولة، إلا أن أغلب الدول حرمت التعامل بالذهب، فلم تعد تسمح بسحب الرصيد المقابل لكل ورقة نقدية أو نقد معدني مصنوع من خلائط معدنية معينة كالبرونز والنحاس وغيرهما، حفاظاً على الرصيد الذهبي في خزانة الدولة. وبما أن هذا النظام ظهر حديثاً بعد الحرب العالمية الأولى، فلم يتكلم فيه فقهاؤنا القدامى، وقد بحث فقهاء العصر حكم زكاة هذه النقود الورقية (1) ، فقرروا وجوب الزكاة فيها عند جمهور الفقهاء (الحنفية والمالكية والشافعية)؛ لأن هذه النقود إما بمثابة دين قوي على خزانة الدولة، أو سندات دين، أو حوالة مصرفية بقيمتها ديناً على المصرف.
ولم ير أتباع المذهب الحنبلي الزكاة فيها حتى يتم صرفها فعلاً بالمعدن النفيس (الذهب أو الفضة) قياساً على قبض الدين.
والحق وجوب الزكاة فيها؛ لأنها أصبحت هي أثمان الأشياء، وامتنع التعامل بالذهب، ولم تسمح أي دولة بأخذ الرصيد المقابل لأي فئه من أوراق التعامل، ولا يصح قياس هذه النقود على الدين؛ لأن هذا الدين لا ينتفع به صاحبه وهو الدائن، ولم يوجب الفقهاء زكاته إلا بعد قبضه لاحتمال عدم القبض، أما هذه النقود فينتفع بها حاملها فعلاً كما ينتفع بالذهب الذي اعتبر ثمناً للأشياء، وهو يحوزها فعلاً، فلا يصح القول بوجود اختلاف في زكاة هذه النقود. والقول بعدم الزكاة فيها لاشك بأنه اجتهاد خطأ؛ لأنه يؤدي في النتيجة البينة ألاّ زكاة على أخطر وأهم نوع من أموال الزكاة، فيجب قطعاً أن تزكى النقود الورقية زكاة الدين الحالّ على مليء، كما هو المقرر لدى الشافعية، ويجب فيها ربع العشر (2.50%). …
Ada yang mengqiyaskan uang kertas dengan utang, semisal A memberi hutang kepada B senishab zakat maka pemberi hutang wajib zakat. Namun Menurut Syaikh Wahbah al-Zuhaili seperti keterangan diatas tidak bisa krna pemberi hutang tidak bisa memanfaatkan hutang sedangkan uang kertas bisa dimanfaatkan.
Selanjutnya nishab zakat uang kertas tersebut berapa? Lanjut keterangan Syaikh Wahbah diatas, nishabnya adalah harga dari 85 gram emas. Ada yang berpendapat emas yang dijadikan ukuran adalah emas 18 karat, ada yang berpendapat 21 karat, dsb. Adapun dalam kitab al-Fiqh al-Manhaji nishabnya diukur dengan harga emas paling murah. Kalau dihitung kasar maka nishabnya sekitar 45 hingga 50 juta Rupiah, maka wajib zakat.
Selanjutnya apakah pembayaran zakat uang kertas ini wajib menunggu setahun (haul)? Ada ulama yang berpendapat menunggu 1 tahun seperti emas perak, ada juga yang berpendapat jika sudah punya uang satu nishab langsung dibayar zakatnya supaya tidak lupa atau bingung.
Sekarang orang yang menitipkan uangnya di bank apakah bunganya juga wajib zakat? Dalam al-Fiqh al-Islamiy dikatakan tidak wajib.
الفقه الإسلامي وأدلته: ج 3 ص 201
أما المال الحرام كالمغصوب والمسروق ومال الرشوة والتزوير والاحتكار والغش والربا ونحوها، فلا زكاة فيه، لأنه غير مملوك لحائزه، ويجب رده لصاحبه الحقيقي، منعاً من أكل الأموال بالباطل، فإن بقي في حوزة حائزه وحال عليه الحول، ولم يرد لصاحبه، فتجب فيه زكاته، رعاية لمصالح الفقراء.
Namun justru bunga itu karena milik orang banyak dan sulit dikembalikan kepada pemiliknya yang begitu banyak maka harus diberikan kepada kemaslahatan umum dengan niat shadaqah dari pemilik bunga tersebut.
Kemudian Abah Najih membahas tentang tentang membayar zakat dengan uang. Madzhab yang membolehkan membayar zakat dengan uang adalah madzhab Hanafi dan satu riwayat dalam madzhab Hanbali, sedangkan yang tidak memperbolehkan adalah madzhab Syafi’i, Maliki, dan satu riwayat dalam madzhab Hanbali. Uang zaman dulu berupa emas dan perak namun sekarang uang kertas menempati posisi emas dan perak, maka berarti wajib zakat dan bisa terjadi riba. Jika dikatakan tidak ada ada riba dalam uang kertas berarti sekarang praktik riba tidak ada sama sekali, padahal zaman modern praktik riba lebih banyak. Kita tetap mengharamkan bunga bank, akan tetapi bagi yang memiliki rekening karena darurat atau sangat membutuhkan ketika ada bunga maka harus diberikan kepada kemaslahatan umum atau pada fakir miskin bukan atas nama sedekah yang mempunyai rekening namun dari yang memiliki uang tersebut.
Sedangkan barang dagangan itu zakatnya dibayar dengan uang menurut tiga madzhab dan dengan barang dagangan menurut madzhab Hanafi. Syaikhina Najih sendiri bercerita bahwa pendapat Hanafi tersebut beliau amalkan juga melihat kebiasaan orang Makkah banyak yang seperti itu. Beliau bercerita bahwa saat bulan Ramadlan banyak orang memberi kain kepada Abuya Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki atas nama zakat barang dagangan. Abah Najih saat mengeluarkan zakat barang dagangan sebagiannya berupa barang dagangan tersebut meski yang banyak tetap dibayar dengan uang.
Selanjutnya, tentang hal yang bisa digunakan untuk membayar zakat fitrah dalam madzhab Maliki adalah makanan dari enam biji-bijian. Dalam madzhab Hanafi zakat fitrah hanya terkhusus empat komoditas saja yaitu gandum jelek (sya’ir), gandum bagus (hinthah), kurma, dan anggur kering. Dalam madzhab Syafi’i zakat fitrah itu berupa makanan pokok daerah tersebut. Adapun dalam madzhab Hanbali zakat fitrah dikeluarkan dari empat jenis makanan diatas, jika tidak ada maka dari makanan pokok daerah tersebut. Ini pendapat yang tengah-tengah.
Sedangkan tentang ukuran zakat fitrah, menurut Syaikh Ali Jum’ah dari madzhab Hanafi kadar 1 sha’ adalah 3,2 kg dan menurut jumhur ulama adalah 2,4 kg. Di Indonesia ukuran zakat fitrah rata-rata adalah 2,5 kg dengan mengambil pendapat tengah-tengah antara madzhab Hanafi dan Syafi’i. Adapun menurut Habib Zein 1 sha’ adalah 2,7 kg. Jika memang ada orang membayar zakat fitrah dengan uang yang diperbolehkan dalam madzhab Hanafi maka harus membayar uang sesuai ukuran sha’ dalam madzhab tersebut yaitu 3,2 kg untuk menghindari talfiq karena yang sudah kadung terlaksana di masyarakat ada yang membayar dengan uang seperti Hanafi namun nishabnya masih 2,5 kg seperti Syafi’i. WaLlahu A’lam. (*)

Tinggalkan komentar