KRITIK TERHADAP PERNYATAAN-PERNYATAAN KONTROVERSIAL ABDUL SYAKUR YASIN (BUYA SYAKUR)

Muqaddimah

Umat Islam hingga kini masih selalu diganggu dengan propaganda “sepilis” (sekularisme, liberalisme, pluralisme) yang terus-menerus dipaksakan masuk kedalam ajaran Islam. Dengan gelontoran dana yang menggiurkan dan iming-iming pangkat dan popularitas, agenda liberalisasi Islam ini menjadi “artefak mati” yang sudah lama dibongkar kesalahan dan kesesatannya namun tetap saja disuarakan secara massif.

Yang lebih disayangkan lagi, virus ini telah lama menjangkiti tubuh organisasi NU sehingga banyak oknum-oknumnya yang secara sistimatis dan masif ikut mendakwahkan liberalisme dan pluralisme di dunia akademik, pesantren, dan juga masyarakat lewat pengajian-pengajian umum dan sebagainya. Ini jelas sekali merusak ajaran NU yang komitmen dengan Ahlussunnah wal Jama’ah, mencoreng nama NU di kalangan umat Islam secara luas, dan tidak jauh jika dikatakan sebagai pengkhianatan terhadap Hadlratussyaikh Hasyim Asy’ari dan ulama sesepuh pendahulu.

Beberapa waktu terakhir ini ramai kalangan membincangkan tentang sosok Abdul Syakur Yasin atau yang dikenal dengan Buya Syakur. Dia dikenal dengan pernyataan-pernyataan kontroversial yang berbau liberalis, pluralis, dan Syi’ah dalam berbagai ceramahnya. Yang terakhir membuat heboh adalah ceramahnya bertajuk “Moderasi Beragama” saat diundang oleh Menag dan Mabel Polri pada 01 Juni 2021 kemarin. Berikut pernyataan-pernyataan Abdul Syakur Yasin (selanjutnya disingkat ASY) yang sarat ideologi liberal, pluralis, dan Syi’ah beserta analisis dan bantahan ilmiah terhadapnya.

Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama tidak pernah merasa benar dengan agamanya dan tidak yakin diri beliau masuk surga.

Ini merupakan penyesatan terhadap Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama seakan beliau sendiri ragu terhadap kenabian beliau sendiri. Ini jelas tidak mungkin terjadi karena menyalahi sifat shidq yang merupakan sifat wajib bagi nabi dan rasul. Tidak pernah ada sejarah mengatakan nabi atau rasul meragukan wahyu yang diterima dari Allah Ta’ala. Dalam Al-Quran Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama mengatakan agama Islam adalah ajaran kebenaran. Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا [الإسراء : 81]

“Katakanlah: Telah datang kebenaran (Islam) dan lenyaplah kebatilan (syirik). Sungguh kebatilan telah lenyap.” (QS. Al-Isra’: 81)

Ucapan ASY diatas juga merupakan pelecehan terhadap Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama karena menuduh beliau ragu dengan ajaran yang diturunkan oleh Allah Ta’ala, padahal nabi-nabi sebelumnya tidak dituduh meragukan ajarannya oleh ASY sehingga akibatnya Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dianggap lebih rendah kedudukannya dari nabi-nabi yang lain. Ini jelas menyalahi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (baca: NU) bahwa Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama adalah pimpinan para nabi dan rasul dan merupakan utusan Allah bahkan makhluk Allah yang paling utama.

Syaikh Ibrahim al-Laqqani dalam nazham Jauharah al-Tauhid yang menjadi kitab standar ilmu Kalam/Tauhid di pesantren-pesantren NU/Aswaja mengatakan:

وأفضل الخلق على الإطلاق # نبينا فمل عن الشقاق
والأنبيا يلونهم في الفضل # وبعدهم ملائكة ذي الفضل

Dia mutlak makhluk paling utama # Nabi kita, menghindarlah dari beda
Nabi-nabi mendekati utamanya # setelahnya malaikat yang mulia

Tuduhan ASY bahwa Nabi Muhammad tidak yakin dirinya masuk surga juga bertentangan dengan hadits-hadits, bahkan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama sendiri yang mengatakan dialah yang pertama kali membuka pintu surga. Diantaranya adalah hadits riwayat Anas bin Malik:

آتى باب الجنة يوم القيامة فأستفتح فيقول الخازن من أنت قال فأقول محمد. قال يقول بك أمرت أن لا أفتح لأحد قبلك

“Saya mendatangi pintu surga di Hari Kiamat lalu saya mengetuknya. Malaikat penjaga surga berkata, “Siapa Anda?” Saya menjawab, “Muhammad.” Lalu malaikat menjawab, “Saya diperintahkan untuk tidak membukakan pintu surga kepada seorangpun sebelum Anda.” (HR. Muslim)

أنا أول من يقرع باب الجنة

“Saya adalah yang pertama kali membuka pintu surga.” (HR. Muslim)

Jadi tuduhan ASY diatas jelas hanya imajinasi liar tanpa dasar karena keblinger dengan omongan kaum orientalis pemuja pluralisme agama di Barat dan kaum IsNus (Islam Nusantara) ala Gus Dur dan Said Aqil.

Kalimat “tauhid” adalah kalimat persatuan, bukan Laailaha illaLlahu.

Ucapan ASY ini sama dengan ucapan Said Aqil beberapa tahun lalu bahwa kalimatun sawa’ yang ada di Al-Quran dimaknai sebagai Bhinneka Tunggal Ika, bukan kalimat syahadat. Inti ucapan ini adalah apapun agamanya selama mementingkan persatuan dan kesatuan maka dia telah masuk dalam kalimat tauhid. Ini jelas ucapan yang keliru dan menyesatkan. Di dalam Al-Quran gamblang sekali dijelaskan bahwa yang dimaksud kalimatun sawa’ adalah tidak menyembah selain Allah. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ [آل عمران : 64]

“Katakanlah: Wahai Ahli Kitab. Bergegaslah menuju kalimat yang sama antara kami dan kalian yaitu tidak menyembah selain Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, dan tidak mengambil sebagian dari kita sebagai tuhan selain Allah.” (QS. Ali Imran: 64)

Dalam ayat ini disampaikan bahwa Ahli Kitab diajak menuju kalimat persatuan yakni kalimat Tauhid Laailaha illaLlahu. Ini adalah kalimat persatuan manusia mulai zaman Nabi Adam ‘alaihi al-Salam, yakni ajakan kepada seluruh umat manusia untuk bersatu menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Hanya saja Syari’ahnya yang berbeda-beda dan Islam yang dibawa Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama sebagai penutup dan penyempurna.

Bahwa kalimat Laailaha IllaLlahu jadi kunci surga tidak masuk akal.

Ucapan ASY diatas memperlihatkan keraguan tanpa dasar terhadap hadits-hadits Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama, seakan yang baginya tidak masuk akal tidak akan diterima meski haditsnya Shahih atau Hasan. Ini adalah pengaruh orientalis Kristen dan Barat yang suka bertindak sama seperti ini. Padahal hadits-hadits bahwa orang yang telah mengucapkan kalimat Laailaha IllaLlahu masuk surga itu diriwayatkan dalam Kutubussittah.

Ini juga merupakan pelecehan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama karena menganggap beliau bodoh karena mengungkapkan hal-hal fiktif dan tidak rasional. Jika dia beranggapan kok sebegitu mudahnya orang bisa masuk surga hanya dengan kalimat saja, maka Syaikhina Muhammad Najih menjawab:

“Orang ketika akan meninggal bisa baca Laailaha IllaLlahu itu orang hebat, dalam arti sebelum dia mengucapkan itu telah melakukan amal-amal yang hebat seperti istiqamah shalat, zakat, puasa, dll, imannya kuat dan merasa dosa ketika meninggalkan shalat, dan sebagainya. Kalau tidak punya iman yang hebat, akan sukar mengucapkan Laailaha IllaLlahu. Makanya Walisongo dan ulama-ulama kita dahulu mengajarkan tahlilan supaya ketika kita mau mati bisa mengucapkan lailaha illallah. Jadi jika dalam thariqah-thariqah ada amalan memperbanyak bacaan lailaha illallahu itu supaya kita husnul khatimah, disamping maknanya diperdalam lagi yakni kita tidak punya Tuhan selain Allah dan selain Allah jangan dituhankan, didewakan, diandalkan, dan dicintai. Kedua adalah nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama karena beliau adalah wasilah (lantaran) bagi kita hingga bisa berislam dan beriman. Bukan orang NU itu, namun selundupan yang dibesar-besarkan karena dia mbahnya Islam Nusantara. Seirama, seide, dan kadernya Gus Dur.”

Islam itu belum sempurna dan tidak pernah sempurna.

Ini jelas menyalahi ayat Al-Quran:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة : 3]
“Hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian, melengkapi nikmat-Ku untuk kalian, dan meridlai Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maidah: 3)

Ucapan ASY tersebut sama dengan ucapan tokoh Islam Liberal Nurcholis Madjid yang dipengaruhi filsafat Yunani dan Kristen abad Pertengahan bahwa Islam tidak akan pernah jadi (being) dan akan terus selalu menjadi (becoming), sehingga ini menjadi pintu gerbang untuk melakukan perombakan terhadap ajaran-ajaran Islam yang tidak sesuai perkembangan zaman hingga hal-hal yang sifatnya ma’lumun bi dlarurah. Padahal pemikiran seperti ini telah lama merusak teologi Kristen, dan sekarang ingin diarahkan untuk merusak Islam. Na’udzubiLlah min dzalika.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama ada konflik berdarah antara Abu Bakar dan Ali hingga menjadi pertumpahan darah sampai saat ini.

Ini pernyataan yang keliru karena tidak pernah ada pertumpahan darah saat pelantikan Abu Bakr menjadi khalifah dan tidak ada pula permusuhan antara Abu Bakr dan Ali. Yang terjadi saat prosesi pemilihan khalifah adalah saling adu argumen antara kaum Muhajirin dan Anshar yang menyebabkan mereka saling berteriak dan meninggikan suara, hanya itu saja. Lalu Umar pun membaiat Abu Bakr sehingga akhirnya para shahabat Anshar dan Muhajirin menjadi tenang kembali dan membaiat beliau.

فلما قضى أبو بكر كلامه قام منهم رجل فقال أنا جذيلها المحكك وعذيقها المرجب منا أمير ومنكم أمير يا معشر قريش قال فارتفعت الأصوات وكثر اللغط فلما أشفقت الاختلاف قلت لأبي بكر ابسط يدك أبايعك فبسط يده فبايعته وبايعه المهاجرون وبايعه الأنصار – تاريخ الطبري – (2 / 235)

Sayyidina Ali pun meski saat pelantikan Abu Bakr menjadi khalifah tidak hadir namun kemudian beliau pun membaiatnya bersama dengan Zubair bin Awwam.

و أخرج موسى بن عقبة في مغازيه و الحاكم و صححه عن عبد الرحمن بن عوف قال : خطب أبو بكر فقال : و الله ما كنت حريصا على الإمارة يوما و لا ليلة قط و لا كنت راغبا فيها و لا سألتها الله في سر و لا علانية و لكني أشفقت من الفتنة و مالي في الإمارة من راحة لقد قلدت أمرا عظيما مالي به من طاقة و لا يد إلا بتقوية الله فقال علي و الزبير : ما غضبنا إلا لأنا أخرنا عن المشورة و إنا نرى أبا بكر أحق الناس بها إنه لصاحب الغار و إنا لنعرف شرفه و خيره و لقد أمره رسول الله صلى الله عليه و سلم بالصلاة بالناس و هو حي – تاريخ الخلفاء – (1 / 63)

Sayyidina Ali berperan dalam memberi saran dan dukungan kepada khalifah Abu Bakr untuk memerangi kaum murtad.

لما امتنع من امتنع من دفع الزكاة إلى أبي بكر جمع أبو بكر أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فشاورهم في أمرهم فاختلفوا عليه فقال لعلي ما تقول يا أبا الحسن قال أقول لك إن تركت شيئاً مما أخذه رسول الله صلى الله عليه وسلم منهم فأنت على خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أما لئن قلت ذاك لأقاتلنهم وإن منعوني عقالاً – الرياض النضرة في مناقب العشرة – (1 / 68)

Sayyidina Ali menjadi panglima utama pasukan penjaga kota Madinah saat Abu Bakr melancarkan serangan kepada kelompok murtad.
فجعل الصديق على أنقاب المدينة حراسا يبيتون بالجيوش حولها، فمن أمراء الحرس علي بن أبي طالب، والزبير بن العوام، وطلحة بن عبد الله، وسعد بن أبي وقاص، وعبد الرحمن بن عوف، وعبد الله بن مسعود، وجعلت وفود العرب تقدم المدينة. – البداية والنهاية – (6 / 342)

Sayyidina Ali juga ikut berperang melawan Musailimah al-Kadzab dan mendapatkan putri dari Bani Hanifah atas pemberian khalifah Abu Bakr, lalu diambil budak oleh Sayyidina Ali dan melahirkan Muhammad Bin Hanafiyyah.
قال هشام: محمد بن علي ابن الحنفية رضي الله عنهما، وزعم خراش بن إسماعيل العجلي أنها من بني حنيفة كانوا مجاورين في بني أسد فأغار عليهم قوم من العرب في سلطان أبي بكر رضي الله عنه، فأخذوا خولة فقدموا بها المدينة فاشتراها أسامة بن زيد ثم اشتراها علي بن أبي طالب رضي الله عنه وولد (7) علي رضي الله عنه، يقولون: أقبل بنو أبيها فقالوا: هذه امرأة منا فأمهرها مهور نسائنا، ثم تزوجها فأولدها محمدا وحده – المنمق في أخبار قريش – (1 / 401)

Sayyidina Ali juga mendapatkan seorang Ummu Walad dari Bani Taghlib bernama Shahba’ usai ikut melakukan penyerangan ke Ainut Tamr atas perintah khalifah Abu Bakr.
وله من الصهباء – وهي أم حبيب بنت ربيعة بن بجير بن العبد بن علقمة ابن الحارث بن عتبة بن سعد بن زهير بن جشم بن بكر بن حبيب بن مرو ابن غنم بن تغلب بن وائل، وهي أم ولد من السبي الذين أصابهم خالد ابن الوليد حين أغار على عين التمر على بني تغلب بها – عمر بن علي، ورقية ابنة علي – تاريخ الرسل والملوك – (3 / 152)

Melihat keterangan-keterangan diatas, jelas bahwa ASY mencoba mengelirukan sejarah Abu Bakr dan Ali tanpa membaca keterangan sejarah dari ulama-ulama Aswaja seperti al-Thabari dan lebih percaya dengan keterangan dari orientalis dan pemikir Arab pro liberal dan Syi’ah seperti Husein Haikal dst.

Nabi Muhammad disebut sebagai “brondong” saat menikah dengan Siti Khadijah yang seorang ibu.

Menyebut Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dengan istilah “brondong” menunjukkan kalau ASY merupakan penceramah yang tidak punya adab kepada nabi dengan guyonan sesuka hatinya untuk menarik perhatian para hadirin. Sama dengan Ahmad Muwafiq dulu yang mengatakan Kanjeng Nabi “rembes” (dekil) dan waktu kecilnya bisa jadi pernah mencuri buah. Begitulah wataknya tokoh-tokoh yang dipuja-puja kaum Islam Nusantara.

Kalimat yang dilontarkan ASY diatas jelas sekali terpengaruh sinisme orientalis bahwa Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama menikah hanya karena mencari kepuasan seksual. Sungguh tidak beradab sekali ASY dan orientalis-orientalis pujaannya menyamakan Rasulullah dengan orang-orang yang pikirannya hanya syahwat saja. Ini juga merupakan bentuk pelecehan terhadap Sayyidah Khadijah karena menganggap seakan beliau suka mencari ‘daun muda’ untuk memenuhi syahwatnya. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un.

Syaikh Ramdlan al-Buthi dalam Fiqh al-Sirah menyebutkan tentang pernikahan Kanjeng Nabi dengan Sayyidah Khadijah, “Dari pernikahan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dengan Sayyidah Khadijah, maka asumsi orang pertama kali adalah tidak adanya perhatian Kanjeng Nabi dengan kepuasan-kepuasan jasmani. Jika beliau yang masih belia memiliki keinginan demikian sama seperti pemuda-pemuda yang seumuran dengannya, tentu Kanjeng Nabi mencari wanita yang lebih muda atau setidaknya tidak lebih tua dari beliau. Jelas sekali bagi kita bahwa Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama cinta kepada Sayyidah Khadijah karena kemuliaan dan kepandaian diantara kaumnya hingga beliau dijuluki sebagai ‘afifah thahirah (wanita yang pandai menjaga diri dan suci).” (Syaikh Ramdlan al-Buthi, Fiqh al-Sirah, hlm. 86)

Siti Khadijah adalah pengikut Nasrani dengan bukti tidak mau dimadu (poligami) dan konsultasi ke pendeta Nasrani yaitu Waraqah.

Pertanyaannya, mana dalil yang mengatakan bahwa Sayyidah Khadijah tidak mau dipoligami? Adapun mengapa Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama tidak menikah lagi saat beristri Sayyidah Khadijah adalah karena saking keanggunan dan kemuliaan istrinya tersebut yang sangat menyenangkan Rasulullah hingga beliau tidak punya fikiran untuk poligami. Khadijah adalah wanita pertama yang mengimani wahyu yang pertama kali diterima Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dari Malaikat Jibril. Khadijah yang selalu menguatkan hati Rasulullah dan meyakinkan bahwa beliau adalah nabi yang terpilih. Khadijah adalah istri yang selalu memberikan dukungan baik finansial maupun psikis pada awal-awal dakwah Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama. Sangat mudah membayangkan bagaimana tingginya kedudukan Sayyidah Khadijah di hati beliau.
Makanya saat Sayyidah Khadijah wafat maka disebut ‘Amul Huzn (Tahun Kesedihan). Tidak bisa dibayangkan bagaimana Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama begitu kehilangan istri yang menemani dan mendukung beliau di masa-masa awal menjadi nabi dan mendakwahkan agama Islam. Setelah wafatnya Siti Khadijah Kanjeng Nabi sampai tidak punya keinginan untuk beristri lagi selama bertahun-tahun saking cinta beliau kepada Khadijah. Hal-hal semacam ini yang mestinya direnungkan oleh orang macam ASY supaya tidak bicara ngawur di depan publik.

Adapun asumsi ASY bahwa Khadijah itu asalnya beragama Nasrani karena berkonsultasi kepada pendeta Waraqah bin Naufal itu perlu diberi beberapa catatan. Pertama, Waraqah bin Naufal termasuk Ahli Kitab yang menganut ajaran Nabi Isa ‘alaihi al-Salam yang belum terkena tahrif, makanya Waraqah ketika melihat tanda kenabian pada Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama beliau langsung meyakinkan Khadijah untuk beriman kepada Rasulullah dan melindungi beliau. Kedua, setelah Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama menerima perintah dakwah agama Islam maka Khadijah adalah yang pertama kali mengimaninya, sehingga beliau otomatis masuk agama Islam.
Jadi anggapan ASY bahwa Khadijah beragama Kristen itu untuk apa? Jawabannya mesti untuk menggiring opini masyarakat agar memandang Islam dan Kristen sekarang itu sama saja. Ini kalau istilah sekarang termasuk kategori konten yang dimanipulasi (manipulated content) dengan tujuan menipu. Mestinya sudah ditindak oleh Menkominfo ini karena termasuk kategori hoax.

Sayyidina Umar seperti Hitler Nazi yang membunuh habis kaum Yahudi

Penyamaan Sayyidina Umar dengan Hitler Nazi tidak hanya biadab dan fiktif karena melecehkan Shahabat, namun juga menggelikan. ASY mungkin tidak pernah dengar kisah Pakta Umar (Pact of Umar) saat merebut Baitul Maqdis (Jerusalem) dari kerajaan Romawi Byzantine, yang didalamnya ditetapkan bahwa non-Muslim diberi hak dzimmah berupa membayar pajak dengan ganti jaminan keamanan baik dirinya, hartanya, bahkan tempat ibadahnya tidak dirubuhkan serta tidak dipaksa keluar dari agama mereka.

وعن خالد وعبادة قالا صالح عمر أهل إيلياء بالجابية وكتب لهم فيها الصلح لكل كورة كتابا واحدا ما خلا أهل إيلياء بسم الله الرحمن الرحيم هذا ما أعطى عبدالله عمر أمير المؤمنين أهل إيلياء من الأمان أعطاهم أمانا لأنفسهم وأموالهم ولكنائسهم وصلبانهم وسقيمها وبريئها وسائر ملتها أنه لا تسكن كنائسهم ولا تهدم ولا ينتقص منها ولا من حيزها ولا من صليبهم ولا من شيء من أموالهم ولا يكرهون على دينهم ولا يضار أحد منهم ولا يسكن بإيلياء معهم أحد من اليهود – تاريخ الطبري – (2 / 449)

Adapun Yahudi tidak diberi izin tinggal bersama kafir dzimmiy karena mereka masih memperlihatkan permusuhan terhadap Islam. Namun bagi Yahudi yang dapat menerima perjanjian ini juga akan diberlakukan secara sama dan adil.
Jadi dimana ada cerita bahwa Sayyidina Umar membantai Yahudi? Padahal tentara beliau menaklukkan Jerusalem saja nyaris tanpa perlawanan dan bahkan justru didukung oleh penduduk non-Muslim yang ada disitu.
Sayyidina Umar tidak kenal dengan ideologi Fasisme, keunggulan ras Arya, dan Anti-Semitisme yang dipropagandakan oleh Adolf Hitler. Sayyidina Umar tidak pernah membunuh kaum Yahudi seperti pembantaian Yahudi (Holocaust) oleh Nazi Jerman yang konon mencapai 17 juta orang Yahudi menjadi korban. Sayyidina Umar membunuh atau memerangi Yahudi yang melanggar perjanjian atau yang menyerang Islam, bukan atas dasar kebencian terhadap ras seperti yang Hitler lakukan. Jadi menyamakan Sayyidina Umar dengan Hitler adalah tidak masuk akal sekaligus melecehkan Shahabat Nabi yang menjadi ciri khas kaum Syi’ah.

Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama tidak membawa agama baru tapi membawa sekte baru dari agama Nasrani.

Pernyataan ASY ini sama halnya dengan ucapan klasik kaum kafir zaman Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama yang menganggap Al-Quran hanyalah buatan Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama. Tentu saja Allah Ta’ala telah menjawab ucapan ASY ini dalam Firman-Nya:

وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ (48) بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ (49) [العنكبوت : 48 ، 49]

“Kamu tidak pernah membaca kitab sebelum Al-Quran dan tidak pernah pula menulisnya dengan tangan kananmu, sehingga orang-orang yang keliru itu menjadi ragu. (48) Bahkan Al-Quran adalah tanda-tanda yang jelas di hati orang-orang yang diberi ilmu. Tidak ada orang yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang zalim. (49) (QS. Al-Ankabut: 48-49)

Agama Islam menaskh (merevisi) agama-agama terdahulu, dan Al-Quran menaskh kitab-kitab terdahulu. Injil dan Taurat asal masih asli dan tidak muharraf adalah hujjah bagi Yahudi Nasrani, namun tidak bagi kita walaupun isinya mungkin benar. Apalagi kalau sudah terkena tahrif seperti Injil dan Taurat sekarang.

Adapun dalam Al-Quran ada kalimat:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ [الصف : 6]
“Ingatlah ketika Isa bin Maryam bersabda: Wahai Bani Israil. Saya adalah utusan Allah untuk kalian sebagai pembenar dari kitab Taurat yang ada di hadapan kalian dan pemberi berita baik dengan utusan yang akan datang setelahku bernama Ahmad.” (QS. Al-Shaff: 6)

Maka ini bukan berarti Al-Quran mengekor dengan Injil, namun sebagai hakim atau pemutus terhadap kitab-kitab dahulu. Kalau isinya cocok dengan Al-Quran berarti benar, dan kalau berbeda berarti muharraf (dirubah) atau memang mansukh (direvisi).

Agama-agama memang tidak sama, tapi urusan masuk surga itu urusan allah. Umat Islam tidak boleh klaim surga.

Untuk membungkam omongan ini Allah Ta’ala telah berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ [آل عمران : 19]
“Sungguh agama yang benar bagi Allah hanya Islam.” (QS. Ali Imran: 19)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ [آل عمران : 85]
“Siapa yang mencari agama selain Islam tidak akan diterima dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)

Apabila Yahudi Nasrani mengikuti ajaran Taurat dan Injil yang asli sebelum datang Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama maka dia masuk surga, akan tetapi kalau dia sudah menangi hidupnya nabi setelahnya seperti Yahudi menangi hidupnya Nabi Isa namun tidak mau beriman kepadanya maka dia kafir. Yahudi Nasrani yang bertemu Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama namun tidak mau beriman maka juga kafir dan masuk neraka selama-lamanya. Apalagi yang menyembah berhala (musyrikin).

Program “toleransi” yang dicanangkan oleh pemerintah sekarang sudah berubah menjadi “teleransi” dan “telorasin”. Alih-alih mendamaikan hubungan antaragama, yang terjadi malah pluralisme agama. Beberapa hari terakhir ini hari libur saat tanggal hari besar Islam selalu diundur dengan alasan Covid-19, akan tetapi di hari-hari besar nasional seperti 17 Agustus, Hari Lahir Pancasila 1 Juni, dan lain-lain tidak ada pengunduran hari libur padahal masyarakat sama-sama berjubel di tempat-tempat wisata, kuliner, dan perbelanjaan. Seakan Covid tidak takut dengan Islam namun takut dengan bendera Indonesia. Negara berpikir namun tanpa pikiran.
Bahwa Islam, Yahudi, dan Nasrani asal beramal shalih maka masuk surga. Maka jangan ada agama yang klaim surga.

Ini adalah omongan basi tokoh-tokoh liberal seperti Gus Dur, Ulil Abshor Abdalla, dll yang sudah bertahun-tahun dahulu dikritik dan ditolak oleh tokoh-tokoh ulama, kiai, dan cendekiawan Muslim. Ucapan ASY ini adalah pemahaman yang salah merujuk pada ayat Al-Quran:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ [البقرة : 62]
“Sungguh orang-orang yang beriman, Yahudi, Nasrani, dan Shabiin, barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta beramal shalih maka bagi mereka pahala dari Tuhan mereka. Mereka tidak perlu takut maupun susah.” (QS. Al-Baqarah: 62)
Para mufasir mengatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada kaum-kaum yang beriman kepada nabi yang diutus kepada mereka sebelum datangnya Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama baik Yahudi, Nasrani, atau Shabiin lalu beriman kepada Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dan menjalankan Syari’ahnya. Jadi bukan kepada Yahudi dan Kristen yang ada sekarang seperti omongan kaum liberal.

Makna kafir adalah gelap mata, tidak bersyukur, takabbur, dan seterusnya apapun agamanya. Maka kafir jangan dimaknai orang diluar Islam.

Ucapan ASY ini sama dengan keputusan Munas NU tahun 2019 silam bahwa non-Muslim jangan disebut sebagai kafir lalu didengungkan terus-menerus oleh tokoh-tokoh ormasnya seperti Nadirsyah Hosein, Said Aqil, Gus Miftah, dsb. Padahal dalam Al-Quran sudah jelas tertulis:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ [المائدة : 73]
“Kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah ada yang ketiga dari tiga.” (QS. Al-Maidah: 73)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ [المائدة : 17]
“Kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah al-Masih putra Maryam.” (QS. Al-Maidah: 17)
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ [التوبة : 30]
“Yahudi mengatakan Uzair itu anak tuhan. Nashara mengatakan al-Masih itu anak tuhan. Itu adalah ucapan mereka yang membebek pada omongan orang-orang kafir sebelum mereka. Allah memerangi mereka semua. Kapan mereka berhenti seperti itu?” (QS. Al-Maidah: 73)

Makna kafir pada ayat-ayat diatas tidak lain adalah mengimani Tuhan selain Allah, bukan gelap mata atau takabbur seperti yang diomongkan oleh ASY dan kawan-kawannya.

Bahwa malaikat itu bodoh dan Allah berkata, “Jangan banyak bacot!”

Sungguh tidak beradab seorang ASY merendahkan dan melecehkan malaikat seperti itu, dan melecehkan malaikat merupakan tindakan kufur. Rekaman percakapan Allah dan malaikat ini disebutkan dalam Al-Quran:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ [البقرة : 30]
“Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, “Sungguh Aku akan menjadikan khalifah di bumi.” Para malaikat berkata, “Apakah Kau akan menjadikan di bumi orang yang berbuat kerusakan di bumi dan mengalirkan darah, sedangkan kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikanmu?” Allah menjawab, “Sungguh Aku lebih tahu apa yang kalian tidak ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)

Abu Farj Ibn al-Jauzi dalam tafsirnya menyebutkan dua pendapat tentang siapa malaikat yang disebutkan di ayat tersebut. Pendapat pertama adalah seluruh malaikat, dan pendapat kedua adalah malaikat yang bersama dengan Iblis ketika diturunkan ke bumi untuk mengusir bangsa jin. (Ibn al-Jauzi, Zad al-Masir, juz 1 hlm. 41) Jika demikian berarti ASY mengatakan semua malaikat atau mayoritas malaikat itu bodoh, dan dia yang pintar sendiri!

Syaikh Muhammad Najih berkomentar tentang hal ini, “Hakikatnya malaikat hanya isykal, bukan protes kepada Allah Ta’ala. Mengapa yang mengganti bangsa jin di bumi adalah bangsa manusia yang punya perut dan syahwat, sedangkan bangsa malaikat tidak punya perut serta selalu tasbih dan tahmid kepada Allah. Maka Allah seakan menjawab, “Kamu kan sudah penduduk langit, kenapa masih ingin menduduki bumi? Di bumi kamu akan bersama setan dan jin. Di bumi manusia diuji karena ada jin dan setan. Kalau ada jin atau setan maka kita harus isti’adzah, jangan malah minta tolong kepada mereka. Akhirnya kita malah merendahkan dan melecehkan malaikat. Melecehkan malaikat itu kufur.”

Gambar Yesus ada di dalam Ka’bah serta dijaga dan dilindungi oleh Rasulullah.

Pernyataan ASY ini merupakan kepanjangan dari ucapan tokoh-tokoh Kristen dan Syi’ah bahwa di dalam Ka’bah pernah ada gambar Bunda Maria yang menggendong Yesus saat masih bayi, dan Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama melindunginya sebagai bentuk penghormatan kepada “Yesus” dan ajaran Kristen. Jika dirunut dalam kitab-kitab sejarah kita akan mendapati cerita diatas, diantaranya sebagai berikut:
فلما كان يوم فتح مكة دخل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فأرسل الفضل بن العباس بن عبد المطلب فجاء بماء زمزم, ثم أمر بثوب وأمر بطمس تلك الصور، فطمست. قال: ووضع كفيه على صورة عيسى ابن مريم وأمه عليهما السلام وقال: “امحوا جميع الصور إلا ما تحت يدي” فرفع يديه عن عيسى ابن مريم وأمه ونظر إلى صورة إبراهيم فقال: “قاتلهم الله, جعلوه يستقسم بالأزلام, ما لإبراهيم وللأزلام” .
وحدثني جدي قال: حدثنا داود بن عبد الرحمن عن ابن جريج قال: سأل سليمان بن موسى الشامي عطاء بن أبي رباح وأنا أسمع: أدركت في البيت تمثال مريم وعيسى؟ قال: نعم, أدركت فيه تمثال مريم مزوقًا, في حجرها عيسى ابنها قاعدًا مزوقًا. قال: وكانت في البيت أعمدة ست سوارٍ, وصفها كما نقطت في هذا التربيع.
حدثني جدي قال: حدثنا داود بن عبد الرحمن, عن عمرو بن دينار قال: أدركت في بطن الكعبة قبل أن تهدم تمثال عيسى ابن مريم وأمه.
وحدثني جدي قال: حدثنا داود بن عبد الرحمن قال: أخبرني بعض الحجبة, عن مسافع بن شيبة بن عثمان أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: “يا شيبة, امح كل صورة فيه إلا ما تحت يدي” قال: فرفع يده عن عيسى ابن مريم وأمه. – أخبار مكة للأزرقي – (1 / 130-132)
Namun cerita diatas tidak lepas dari berbagai kritik atas kebenarannya.
Pertama, cerita diatas disebutkan oleh sejarawan yaitu al-Azraqi dalam Akhbar Makkah, dan jika ada kitab sejarah lain yang menyebutkan pasti lewatnya dari al-Azraqi. Dalam kitab-kitab hadits tidak ada yang menyebutkan cerita diatas, bahkan yang ada justru larangan membuat gambar dan patung serta perintah Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama untuk menghapus seluruh gambar dan patung di dalam Ka’bah. Ini menolak riwayat diatas sehingga riwayat tersebut dihukumi Hadits Munkar. Diantara riwayat dalam kitab-kitab hadits yang menolak riwayat diatas sebagai berikut:
حدثنا عبد الله حدثنى أبى حدثنا عبد الله بن الحارث عن ابن جريج أخبرنى أبو الزبير أنه سمع جابر بن عبد الله يزعم أن النبى -صلى الله عليه وسلم- نهى عن الصور فى البيت ونهى الرجل أن يصنع ذلك وأن النبى -صلى الله عليه وسلم- أمر عمر بن الخطاب زمن الفتح وهو بالبطحاء أن يأتى الكعبة فيمحو كل صورة فيها ولم يدخل البيت حتى محيت كل صورة فيه. – مسند أحمد – مكنز – (31 / 4)
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا هِشَامٌ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – لَمَّا رَأَى الصُّوَرَ فِى الْبَيْتِ لَمْ يَدْخُلْ ، حَتَّى أَمَرَ بِهَا فَمُحِيَتْ ، وَرَأَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ – عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ – بِأَيْدِيهِمَا الأَزْلاَمُ فَقَالَ « قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ، وَاللَّهِ إِنِ اسْتَقْسَمَا بِالأَزْلاَمِ قَطُّ» – صحيح البخاري – مكنز – (12 / 19)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِى ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِى عَمْرٌو أَنَّ بُكَيْرًا حَدَّثَهُ عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – قَالَ دَخَلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْبَيْتَ فَوَجَدَ فِيهِ صُورَةَ إِبْرَاهِيمَ وَصُورَةَ مَرْيَمَ فَقَالَ « أَمَا لَهُمْ ، فَقَدْ سَمِعُوا أَنَّ الْمَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ ، هَذَا إِبْرَاهِيمُ مُصَوَّرٌ فَمَا لَهُ يَسْتَقْسِمُ – صحيح البخاري – مكنز – (12 / 18)
Riwayat dari kitab-kitab hadits diatas menunjukkan kelemahan riwayat dari al-Azraqi diatas, karena tentu saja kitab hadits seperti Shahih Bukhari dan Musnad Ahmad lebih terpercaya daripada keterangan kitab-kitab sejarah.

Kedua, riwayat-riwayat dari al-Azraqi diatas hukumnya Dla’if (lemah) dan bermasalah dari sisi sanad. Banyak rawi-rawi yang Munqathi’ karena tidak pernah menemui hidupnya Rasulullah ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama seperti Musafi’ bin Syaibah bahkan tidak menemui zaman Sayyidina Ali menjadi khalifah seperti Abu Najih sehingga tidak sah dan tidak mungkin bagi mereka meriwayatkan langsung dari Kanjeng Nabi. Banyak juga rawi cerita diatas yang lemah menurut komentar para ahli hadits.

Memang kerjaan orientalis dan Kristen misionaris yang kemudian diteruskan oleh kaum Islam liberal dan Islam Nusantara untuk terus memviralkan riwayat dalam kitab-kitab sejarah yang dianggap mendukung ideologi pluralisme mereka meski riwayat tersebut lemah dan tidak berarti apa-apa.

Ikhtitam

Umat Islam sepertinya tidak akan berhenti diganggu oleh liberalisme dan pluralisme agama yang sudah menjadi agenda dunia hingga harus berhadapan dengan sesama Muslim sendiri. Sekarang ini sudah banyak orang fanatik buta terhadap tokoh tertentu terutama yang ada didalam organisasinya. Banyak generasi baik yang muda maupun yang tua ketika tokoh dalam ormasnya dikritik (meski disampaikan secara ilmiah dan karena kesalahan yang mereka lakukan) mereka akan menyebut pengkritiknya sebagai kaum radikal, penuh kebencian, bahkan sampai disuruh keluar dari Indonesia. Mereka tidak sadar kalau diri mereka sudah menjadi pribadi yang kolot, kaku, anti kritik, dan fanatik buta. Kami hanya berharap jangan sampai mereka menjadi seperti orang-orang yang disebutkan Allah dalam Al-Quran:
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ [البقرة : 171]
“Tuli, bisu, dan buta hingga mereka tidak bisa berfikir.” (QS. Al-Baqarah: 171)

Terakhir, kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita kaum pesantren khususnya dan umat Islam umumnya selalu diberikan istiqamah pada ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah serta dihindarkan dari berbagai pemikiran dan ajaran sesat yang ingin menghancurkan Islam. WaLlahu A’lam bi al-shawab.(*)

~Disarikan dari dawuh-dawuh Syaikhina Abah Najih Maimoen~

Tim Ilmiah Muta’alliqin Ribath Darusshohihain

Tinggalkan komentar