PESANTREN ITU BENTENG UTAMA ASWAJA: RANGKUMAN MAUIZHAH KH. MUHAMMAD NAJIH MAIMOENRANGKUMAN MAUIZHAH KH. MUHAMMAD NAJIH MAIMOEN

Beberapa waktu setelah lebaran Idul Fitri tahun 1442 H ini Syaikhina Muhammad Najih sering diundang untuk memberikan mauizhah hasanah  di berbagai forum pengajian terutama di majelis-majelis kumpulan alumni pondok pesantren Sarang dan Al-Anwar khususnya. Dalam kesempatan tersebut Abah Najih memberikan berbagai pandangan, ajakan, dan peringatan terhadap permasalahan-permasalahan aktual dan relevan baik dalam lingkup keagamaan, sosial budaya masyarakat maupun nasional kenegaraan. Berikut rangkuman mauizhah Syaikh Muhammad Najih yang dikutip dari beberapa pengajian beliau.

Mbah Maimoen: “Tiap Malam Selasa dan Jumat Kirimkan Yasin untuk Saya”

Abah Najih waktu menghadiri kegiatan rutinan Yasin Fadhilah dari para alumni Al-Anwar di Pedurungan Semarang pada beberapa hari silam menerangkan bahwa Mbah Maimoen Zubair pernah dhawuhan agar beliau dikirimkan bacaan Yasin tiap malam Selasa dan Jumat, tidak perlu harus berupa Yasin Fadhilah jika memang orang yang mengikuti sudah banyak dan banyak rangkaian acara lainnya. Abah Najih menerangkan lebih lanjut:

“Yang disebut Yasin Fadhilah itu membaca lafazhيس  sebanyak 7 kali, lafazh ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ  sebanyak 14 kali, سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ  sebanyak 16 kali, dan أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ  sebanyak 4 kali. Ini memang tidak ada haditsnya, namun ini termasuk mujarrabat atau kalam hikmah dari ulama, yaitu perkara yang terpuji dan telah teruji manjur berkali-kali. Diatasnya itu adalah Yasin sebanyak 41 kali, ini tidak ada tandingannya.

Dulu menantu Mbah Baidlawi yang jadi menteri agama yaitu Kiai Muhammad Wahib Wahab pernah difitnah mengkorupsi uang negara dari hasil cetak mushaf di Jepang. Sama halnya Marzuki alumni Al-Anwar yang menjadi bupati Jepara juga dituduh korupsi, sedangkan PDI-P yang korupsi besar-besaran aman-aman saja seperti Harun Masiku. Kita salah sedikit langsung dicap korupsi. Suryadharma Ali juga pernah dituduh korupsi pengadaan mushaf Al-Quran. Tahu menantunya difitnah, Mbah Baidlawi kemudian suruh membacakan Yasin 41 kali, dan tidak lama kemudian muncul Gerakan 30S/PKI. 

Mbah Maimoen juga biasa wiridan Yasin 41 kali. Di komplek-komplek pondok, Yasin adalah bacaan yang paling cespleng. Umpama repot atau berat mengumpulkan 41 orang, bisa diganti dengan membaca Yasin Fadhilah seperti tadi. Meskipun hanya dibaca sendirian, namun hampir sama nilainya seperti Yasin 41 kali. Allahumma Amin. Adapun kalau orangnya banyak hingga 100 orang umpama, maka membaca Yasin biasa saja. Yang mantap doanya saja.

Maksud saya ini hanya memberi keringanan. Yang penting Anda membaca Yasin untuk Mbah Moen, Sayyid Muhammad Alawi, Mbah Zubair, dan keluarga Anda yang sudah wafat tiap malam Selasa dan Jumat. Tidak diterangkan pagi atau malam. Tapi kalau Anda punya jamaah Yasin Fadhilah ya tetap fokus dan diteruskan. 

Sampeyan mendoakan Sayyid Ahmad dan khalifah Syaikhina Maimoen itu tidak rugi karena ada hadits:

مَنْ دَعَا لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Siapa yang mendoakan saudaranya yang jauh maka malaikat akan menjawab, “Amin. Semoga kamu mendapat seperti yang kamu doakan untuk saudaramu tadi.” HR. Muslim

Anda mendoakan Mbah Moen dan Sayyid Muhammad, Anda juga mendapat bagian yang sama.”

Bahaya Islam Nusantara terhadap Aswaja

Dalam pengajian beliau, Syaikh Muhammad Najih juga terus menyinggung tentang bahaya Islam Nusantara bagi kelangsungan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Meski para pengusungnya mengklaim Islam Nusantara yang paling ‘aswaja’, namun fakta lapangannya malah dijadikan lahan untuk menyuburkan pemikiran-pemikiran liberal dan pluralis. Karena itu topik ini selalu menjadi concern Abah Najih saat memberikan wejangan kepada hadirin. Beliau menyampaikan:

“Saya khawatir – semoga saja tidak – zaman sekarang ingin membesarkan Islam Nusantara. Waktu awal muncul istilah Islam Nusantara, Abah saya condong Ulama Nusantara. Artinya ada ulama di Nusantara yang bisa mengarang kitab seperti Mbah Nawawi Banten, Kiai Mahfuzh Termas, Kiai Ihsan Jampes, dll. Itu yang perlu diteladani dan perlu diukir dalam sejarah. Ulama-ulama kita dulu ikut meramaikan dalam mendirikan madrasah Darul Ulum di Makkah seperti Kiai muhaimin, Syaikh Yasin Fadani, dll. Ini yang perlu kita banggakan. Kiai-kiai dulu punya sejarah di Makkah Mukarramah, disamping disini juga mengemban amanat menjaga keislaman. 353 tahun Belanda menjajah Indonesia dan juga ada program kristenisasi, akan tetapi yang masuk Kristen cuma sedikit. Ini berkahnya ulama dan kiai.

Saya pernah mendengar dhawuh Abah, “Kamu kalau ingin Kristen tidak bisa maju, ajarkan kitab salaf sebanyak-banyaknya di rumah, pondok, dan madrasah. Tidak usah membuat tandingan seperti membuat SMP-SMA. Asal banyak ngaji sana pasti kewalahan. Justru kalau kamu buat SMP yang sana bisa lebih unggul. Tapi kalau murni agama, sana pasti tidak bisa. Injil mereka bukan murni dari Allah karena ada ucapan pendeta-pendeta mereka yang dianggap merupakan kalam Allah. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un.

NU dijual untuk mendapatkan keuntungan duniawi. Disuruh jaga gereja dan baca puisi di gereja. Akhirnya di masjid Istiqlal tidak ada shalat Idul Fitri dan malah dijadikan tempat paduan suara orang-orang Kristen. Istiqlal dan katedral diberi terowongan. Itulah Islam Nusantara ala sekarang.

Ini zaman besar fitnahnya. Islam nusantara dibuat oleh Said Aqil dan diterima oleh presiden. Saya takut berubah menjadi pencampuran akidah, dan ini sudah terjadi. Contohnya seperti terowongan antara katedral dan Istiqlal. Di Tapanuli ada pusat Islam Nusantara, padahal disitu banyak kristennya. Maka terjadi campur aduk ibadah. Pembacaan Asmaul Husna di Istiqlal dengan nada Kristen, ini kan pencampuran akidah. Dulu ada membaca Al-Quran dengan langgam Jawa. Saya khawatir adanya kondisi seperti ini lalu banyak orang menganggap Mbah Moen liberal. Kita sebagai anak cucunya mengatakan tidak sama sekali.

Saya pernah mendengar Mbah Moen berkata, “Al-islam wa al-kafir dliddani la yajtamiani (Islam dan kafir itu dua paradoks yang tidak bisa berkumpul.” Adapun Mbah Moen baik dengan non-Islam itu alasannya hanya satu yaitu nasionalis. Mbah Moen pya pemikiran nasionalis, dan negara kalau tidak punya jiwa nasionalis ya repot. Timur Tengah kata beliau kurang nasionalis, padahal yang saya tahu mereka sudah nasionalis. Hanya saja sebagian kelompok seperti Ikhwanul Muslimin atau kelompok-kelompok radikal lain kurang jiwa nasionalisnya. Sekarang Arab sudah terkotak-kotak. Negara paling besar adalah Saudi, yang lainnya negara kecil. Jadi Arab hari ini jadi korban karena dianiaya oleh PBB.”

Mbah Maimoen Teladan dalam Menjaga Akidah

Selanjutnya, Syaikh Muhammad Najih menegaskan bahwa Syaikh Maimoen Zubair sangat berkomitmen dalam menjaga akidah umat Islam. Beliau sangat jauh dari tuduhan-tuduhan miring yang difitnahkan kepada beliau seperti pluralis, liberal, dan sebagainya. Fitnah ini dijadikan alat justifikasi oleh pengasong liberalisme dan pluralisme untuk menarik simpati masyarakat dengan menyalahgunakan nama Mbah Moen. 

“Sekarang ini ngeri. Orang bergelar gus khadrahan dan shalawatan di gereja. Gereja itu tempat syirik, tempat Allah dipersekutukan. Kok dipake shalawatan? Berarti seolah-olah jadi tempat baik. Ini merusak akidah. Menganggap gereja itu baik adalah kufur. Wong tempat kufur kok dipuji-puji?

Kemarin ada acara Bani Maimoen. Adik saya Rouf mengingatkan Abah kita meski terkenal nasionalis dan baik pada semua, tapi pernah saya tanya tentang orang yang menganggap non-Muslim bisa masuk surga. Jawabannya Mbah Moen, “Orang itu kafir dan Murtad!” Cerita adik saya ini sayadukung, tapi juga ada yang kepanasan. Saya bilang bahwa Mbah Moen sama sekali tidak pernah masuk gereja apalagi doa bersama di gereja. AlhamduliLlah. Bohong kalau ada yang bilang Mbah Moen itu pluralis sama dengan orang-orang yang diidolakan.

Tapi kemudian ada yang marah-marah lalu berkata bahwa Mbah Moen pernah di gereja di gunung Sinai Mesir (gereja Saint Catherine). Saya jawab kalau disana Mbah Moen paling berwisata dan ingin lihat bangunan. Konon gereja di Tursina tersebut Nabi Isa ‘alaihi al-salam pernah disitu bersama hawariy. Saya tidak begitu percaya, paling itu hanya tempat wisata. Gunung Sinai kan tempat Nabi Musa ‘alaihi al-salam bermunajat kepada Allah Ta’ala. Tidak ada hubungannya dengan Nabi Isa. Bahkan waktu di Bojonegoro saya bertemu alumni Mesir yang bersaksi bahwa Mbah Moen tidak masuk gereja tersebut. 

Monggo kita mempelajari Mbah Moen. Meski dia baik ke semua tapi itu sikap zahir saja karena negara ini sudah kadung nasional padahal mayoritas umat Islam. Lebih baik bersikap baik dengan semua, daripada tidak nanti kita tidak dapat tempat sama sekali. mungkin begitu ijtihadnya. Bukannya pluralisme. Bukan kita masuk gereja, bukan pula jaga gereja. Akhirnya orang kristen di Istiqlal tahun ini tidak dipaki shalat Idul Fitri. Ini kekalahan telak dan memalukan. Kalau ada yang berkata bahwa di Makkah tidak ada umrah dan haji, itu karena Saudi secara politik di bawah Amerika. Apalagi anak rajanya Muhammad Salman mengarah ke liberal.” 

Tradisi dan Amaliyah Umat Islam Nusantara

Syaikh Muhammad Najih juga membahas tentang amaliyah dan tradisi umat Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di Nusantara yang sudah dipraktikkan mulai zaman leluhur seperti tahlilan, dzibaan, peringatan seratus hari atau seribu hari, dst. Tradisi umat Islam Indonesia inilah yang harus dijaga dan diurus dengan baik sehingga bisa terlaksana dengan baik tanpa harus ngoyo-ngoyo hingga memberatkan para pengamalnya.

“Islam Nusantara yang agak bagus itu tahlilan, dzibaan, nyatus, nyewu, dll. Artinya yang bagus itu ith’am al-tha’am (memberi makanan), bukan hakikat acara peringatan hari empat puluh, seratus, atau seribunya. Tujuannya agar orang yang mati diringankan siksanya. Kalau sudah tidak mendapat siksa ya ditinggikan derajatnya di akhirat. Itu Islam Nusantara yang kita terima. Yang tidak kita terima adalah mengagamakan tradisi itu sendiri, apalagi sampai meyakini kalau tidak mengamalkan tradisi tersebut maka dia bukan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Kita harus tahu bahwa Aswaja sudah ada sebelum organisasi NU, dan yang penting Aswaja sudah jelas amaliyahnya. Qiraah ‘ala al-mauta, ith’am al-tha’am, itu sudah jelas. Masalah hari tidak ditentukan. Memang ada satu Atsar dari Thawus bahwa:

يفتن رجلان مؤمن ومنافق، فأما المؤمن فيفتن سبعا، وأما المنافق فيفتن أربعين صباحا

“Dua orang difitnah yaitu mu’min dan munafiq. Adapun mu’min difitnah di kuburnya selama tujuh hari, dan adapun munafiq difitnah di kuburnya selama empat puluh hari.” (Jalaluddin al-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawi, juz 2 hlm. 169)

Ini saja paling mentok 40 hari. Memberi makanan ini tidak harus matang, boleh saja mentah. Tidak juga harus mengumpulkan banyak orang. Tapi tradisi kita suka bareng-bareng ya gimana lagi. Kalau mampu silahkan, tapi tidak harus. Fiqihnya harus jalan dan harus diurusi. Mampu dan tidak mampu harus ada pertimbangannya. Jangan hanya jadi jurkam tahlil.

Kita orang Islam masyhur bermadzab Syafi’i dalam masalah Fiqh, dalam Tauhid bermadzhab Asy’ari, dan dalam Tasawuf bermadzhab Imam Ghazali dari kitab Ihya’ dan cabang-cabangnya seperti al-Nashaih al-Diniyyah dan Risalat al-Mu’awanah. Praktik kita secara umum, pesantren, atau forum internasional begitu. Tapi praktik di masyarakat kita masih banyak yang pegangan dengan tradisi-tradisi sebelum Islam di Jawa seperti pernikahan harus sesuai nogo dino, dst. Monggo yang urusan Syari’at kita masukkan dalam hati dan kita mantapkan. Kita yakin bahwa akad nikah itu barakah meski tidak pakai nogo gino. Adapun kita memakai nogo dino itu hanya adat. Jangan sampai dibalik. Kalau Syari’ah disepelekan. Prinsipnya orang kejawen lebih baik zina daripada akad nikah tapi salah nogo dinone. Na’udzubiLlah min dzalika. Jangan begitu. Kita santri bertahun-tahun mondok, jangan sampai kita bermental seperti mualaf.

Umpama mengadakan walimah maka monggo diyakini barakah. Kalau kita sungguh-sungguh maka rizki kita akan naik dan anaknya akan baik. Urusan-urusan yang cocok dengan Syari’ah kita yakini betul-betul, yang urusan kejawen dikurangi keyakinannya, kalau bisa dihilangkan. Diniati hanya sekedar memperlihatkan kita ini orang Jawa, sebab orang yang kurang memperlihatkan jawanya itu bisa ikut aliran modern. Kalau jadi modern akhirnya tidak senang ngaji, mondok, dan kiai. Ini payah, padahal kita kaum santri bisa merasakan berkahnya nderek kiai, sowan kiai, dst. 

Arahan saya sudah baik ini InsyaAllah, karena orang yang kadung fanatik organisasi Aswaja itu minta ini dibesar-besarkan. Akhirnya banyak masjid kaum santri atau NU akhirnya dipegang oleh mereka karena jamaahnya tidak begitu rame dan imamnya gak semangat karena mengurusi tahlilan terus. Padahal tahlilan bisa diwakilkan karena ada wazhifah jadi imam atau semacamnya.

Saya senang tengah-tengah, ini termasuk thariqah saya. Saya ingin njenengan memahami supaya tidak kaget. Saya ingin memberikan kemudahan.”

Waspada Perusakan Islam dan Penjajahan Umat Islam

Abah Najih juga menyatakan bahwa kita umat Islam harus benar-benar waspada dan berjuang sekuat tenaga mempertahankan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah dan melindungi umat Islam di bumi Indonesia. Pasalnya banyak sekali tantangan yang dihadapi umat Islam baik secara keagaaman, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang tujuannya ingin membuat umat Islam kalah dan tidak bangkit melawan mereka. Abah Najih menjelaskan:

“Yang aneh, Indonesia meski bukan negara Islam kaffah dan cuma ada sisa-sisa kerajaan Islam namun AlhamduliLlah luasnya dari Sabang sampai Merauke. Ini harus dipertahankan. 

Kita sebagai Aswaja untuk mempertahankan NKRI monggo kumpul-kumpul dan  berdoa semoga negeri ini selamat. Tidak dijajah oleh Cina, padahal sudah dijajah. Ekonomi dijajah oleh Indomaret Alfamart. Kita ini sudah dijajah, semoga saja di masjid-masjid dan  mushalla-mushalla pengajian tidak habis. Monggo doakan. Kita bisanya istighatsah. Tidak harus di lapangan. Bisa di dalam majelis atau mushalla. Bacalah Ratib Haddah, Ratib ‘Atthas, dan Yasin Fadhilah dengan niat istighatsah. Tidak usah ikut-ikutan NU. Jadi santri saja liLlahi Ta’ala. Organisasi itu repot, nanti malah minta jatah dari Cina.

Zionis di Timur Tengah ingin membuat pemerintahan Yahudi mulai dari sungai Nil hingga Eufrat Iran. Ini rencana mereka. Zaman Kertajaya dulu Jepang ingin menguasai Indonesia. Mengapa yang dijajah bukan Filipina atau Malaysia? 2025 Indonesia akan dikuasai Yahudi. 2024 akan dikuasai Cina dulu. Indonesia ini jadi rebutan Cina, Eropa, Amerika, dan Zionis. Inna liLlahi wa inna ilaih raji’un. Monggo kita berdoa semoga kita selamat dan rencana mereka digagalkan oleh Allah.

Bukan saya ingin sombong, namun pesantren itu pusat harapan Islam. 353 tahun Indonesia dijajah Portigis, Belanda, Inggris, dan Perancis, namun yang masuk Kristen cuma sedikit. Itu karena pendidikan pesantren. Pesantren jauh dari uang pemerintah. Itu pesantren kuno. Pesantren sekarang mesti kecipratan pemerintah, tapi mau ditolak bagaimana.

NU khittah ada plus minusnya. Plusnya banyak orang yang asalnya tidak shalat jadi mau shalat. Minusnya banyak pondok berkurang kualitasnya sebab sudah nyicipi dana pemerintah. Tapi bukan terus karena nyicipi jadi terlaknat, wong kita memang punya bagian dan hak. Semoga pesantren tetap dilindungi Allah sekaligus madrasah-madrasah diniyahnya. Yang repot itu kalau pesantren punya SMK. Niatnya memang supaya SMK ada pelajaran agamanya, tapi praktiknya ternyata tidak bisa meninggalkan pelajaran umum. Akhirnya uangnya yang banyak dari pemerintah. Padahal hutang banyak, haji sulit. Haji tahun ini dibatalkan bukan karena Covid, tapi karena pemerintah belum bayar untuk biaya haji. Mintanya ngebon. Uang diambil semua oleh pemerintah. Uang haji, Pertamina, Garuda, semua dikeruk sama Cina.

Saya hanya mengajak monggo istighatsah yang banyak, baca Yasin Fadhilan. Umpama berat baca Yasin biasa. Yang penting niatnya sungguh-sungguh. Kiai-kiai dulu tidak makan uang pemerintah, makanya doanya mujarab. Baru shalat Istisqa sekali langsung turun hujan. Sekarang zaman berubah, kiai pasti ada kecipratan uang pemerintah. Kita jangan memusuhi asal tidak keterlaluan. Yang repot itu kiai divaksin, apalagi yang ada enzim babinya. Kita umpama dekat dengan pemerintah jangan terlalu dekat. Ada dana dari pemerintah jangan dibuat untuk makan seperti Abah saya. Uang dari pemerintah tidak untuk makan ataupun membeli pakaian. Abah saya jangan sampai disebut liberal, meskipun ada saudara saya menganggap Abah liberal. laknatuLlah ala al-kadzibin. Masalah makan saja Abah tidak mau pakai uang pemerintah. Mbah Moen tiap dapat uang itu digunakan untuk bangunan dan gedung, bukan untuk pribadi dan bukan juga untuk bangunan pondok salaf.”

Islam Ada di Jawa Sebelum Majapahit

“Saya ini orangnya senang tengah. Bagi yang tidak paham saya dianggap radikal, anti NU. Saya kemarin ikut menyumbang Palestina lewat NU Lasem. Ada pelajar Lasem yang jaid pelajar di Yordan dan dekat dengan palestina. AlhamduliLlah bisa dikirim. Ini NU tapi senang berjuang. Mbah Hasyim Asy’ari pernah menyuruh membaca Qunut Nazilah untuk orang Palestina. Kiai Wahab Hasbullah pernah meminta dana untuk disumbangkan ke Palestina. NU kuno itu berjuang, tidak seperti sekarang. Omong-omong tok, malah memuji Cina. Ngomong Islam dari Arab abal-abal, nggak ada Cina nggak ada Islam di Indonesia. Lho, Islam di Indonesia sudah ada sebelum Majapahit yakni di zaman Kerajaan Keling (Kalingga). Zaman Ratu Sima (abad 7 M/1 H) sudah ada hubungan dengan Islam. Entah zaman khalifah Umar atau Muawiyah. Di Jawa saja yang susah masuk Islam. Mau masuk Islam saat sudah ada Walisongo. Itu saja harus melalui besanan atau perkawinan yang menurunkan Raden Fattah.

Alhamdulillah kemarin saya mendapat referensi bahwa perkawinan Brawijaya V dengan putri Campa itu pakai cara Islam, artinya Brawijaya disyahadatkan. Sama dengan raja Siliwangi menikah dengan ibunya Kian Santang yaitu Nyai Subang Larang juga pakai cara Islam. Setelah akad langsung kumpul lalu menurunkan Raden Fattah. Setelah itu kembali jadi Hindu Budha. Mungkin saja begitu. Ilmu husnuzzhan seperti ini susah kalau tidak dilatih dari ulama dan wali. Sama halnya Azar bapaknya Nabi Ibrahim ‘alaihi al-Salam, dia kan berjualan berhala. Berarti ia kafir. Padahal Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama dan bapaknya ke atas hingga Nabi Adam ‘alaihi al-Salam tidak pernah menyembah berhala. Lha Azar kok menyembah berhala? Mungkin itu baru setelah kumpul lalu muncul Nabi Ibrahim. Itu husnuzzhan. Bukan memang asalnya sudah kafir. Sama halnya Abu Lahab asalnya orang baik. Waktu dia mendengar keponakannya lahir yaitu Nabi Muhammad, lalu yang memberi kabar yaitu Tsuwaibah al-Aslamiyah langsung dimerdekakan. Asalnya baik kan? Bareng setelah menikah, istrinya yang punya pengaruh buruk dan merusak Abu Lahab lalu dia menentang dakwah Nabi Muhammad ShallaLlahu ‘alaihi wa Sallama. 

Walhasil fitnah Islam Nusantara besar sekali. Monggo kita ngugemi Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Itu yang benar. kalau kita di Timur Tengah InsyaAllah bisa murni Aswaja. Tapi kita hidup di Jawa yang banyak genderuwo dan setannya, akhirnya lelakon kita agak terpengaruh Jawa. Yang penting hati kita tidak senang, kalau bisa ditinggalkan tapi pelan-pelan. Ini fitnah jadi orang Jawa, tapi yang penting jangan ikut Islam Nusantara.”

Larangan Mudik dan Fitnah Corona

Syaikh Muhammad Najih juga mengkritik kebijakan pemerintah soal larangan mudik dengan alasan Covid yang sangat merugikan aspek keagamaan, sosial, dan ekonomi masyarakat khususnya umat Islam.

“Mudik apa tidak termasuk budaya nenek moyang kita Aswaja di Indonesia? Berbuat baik dengan orang tua malah sebelum Islam sudah ada di Jawa. Lalu kenapa mudik dilarang? Silaturahim dilarang? Alasannya takut kejadian seperti di India banyak yang terkena Covid karena kerumunan di sungai Gangga. Lho, kalau disana kan tempatnya jadi satu dan didatangi jutaan orang, sedangkan mudik beda-beda tujuannya. Ada yang ke Surabaya, Semarang, tidak jadi satu. Kok bisa disamakan dengan sungai Gangga itu bagaimana? Sungai Gangga itu tempat syirik. Kita orang Islam mau ketemu dan bersalaman dengan orang tua saja tidak boleh, sedangkan kalau hari Waisak tidak ada cegatan sama sekali. Ini gimana nasib umat Islam? Ngeri saestu, pak. Benar-benar dihina. Waktu Ramadhan lurah negara promosi bipang. Na’udzu biLlah. Kita ini sudah dihina betul-betul. Monggo yang prihatin. Sekarang daripada susah ayo balik ke pondok, ngaji, masjidnya dibuat ibadah dan tawajjuh. Anak-anak yang di pondok sampeyan doakan. Urusan negara kita banget dihina. 

Kalau masyarakat kompak mereka tidak bakal berani. Masalahnya kita berbeda. Dijajah Cina ada yang bela, Palestina dijajah Israel yang dibela Israelnya. Monggo yang waspada. Kita ini Aswaja mayoritas. Sayangnya kita tidak punya kekuatan politik, dipecah-belah, dirusak, berkahnya dihilangkan. Sowan ke Sunan Kudus tidak boleh, haul Habib Abu Bakar Gresik tidak boleh, haul Tegal tidak boleh, haul Sunan Kalijaga tidak boleh. Di Masjidil Haram lebih ngeri lagi. Tidak bisa mencium Hajar Aswad, tidak boleh dekat-dekat Ka’bah. Inna liLlahi wa inna ilaihi raji’un. Ini fitnah besar akibat Corona. Njenengan sudah tahu sendiri. Kalau masih percaya berarti mau dijajah WHO plus Wuhan. Tapi kalau njenengan merdeka, sekarang Amerika dan Cina saja sudah tidak maskeran. Di Inggris ada demo besar-besaran menentang Israel membombardir Pelastina. 

Saya hanya mengingatkan, monggo kita syukuri keamanan dan kedamaian yang sudah ada. Ini berkahnya anak-anak yang ahli mujahadah. Yasin Fadhilah dibuat niat mujahadah bisa. Niat tolak bala juga bisa. Monggo doa yang banyak supaya negara ini cepat aman. Alhamdulillah Habib Rizieq sudah diputus bebas dan hanya wajib denda 20 juta. Pendapat saya 20 juta itu zalim, tapi lebih baik segera ditebus supaya cepat bebas. Banyak orang yang bantu. Kita berdoa semoga umat Islam segera aman dan tenang. Bisa istighatsah dan doa bersama walaupun lewat Zoom. Jika secara tidak langsung suara zikir, shalawat, dst apalagi dakwah pengajian bisa bersuara lantang di tempat seperti ini dan disalurkan kemana-mana, saya kira akan menggetarkan dunia dan menjadikan barakah, selamat, dan tenang. Kita masih ada harapan ‘izzul Islam wal muslimin. Rencana orang-orang kafir ingin membangkitkan PKI agar negara-negara dikuasai Cina dan Yahudi apalagi di Timur Tengah semoga digagalkan oleh Allah Ta’ala.[]

** Tim Multimedia Ribath Darusshohihain

Tinggalkan komentar