Menyoal Pemikiran Kiai-kiai Pro KB

abahe-joz.jpg.jpg

Apakah para kyai-kyai itu tidak mengetahui surat edaran dari Tiem Sinar Garuda Timur wilayah Jawa, Madura dan Bali dengan akte 1 tanggal 13 Desember 1973 pengalihan No. 2/ 1973 tanggal 20 Desember 1975, Ditjen Sospol No. Lit. Kristenisasi usaha Perwira pejuang angkatan 45, penanggung jawab Pendeta Imbas T.G.M.A. perwira PKRI NPV. 10. 041. 726 alamat sekretariat Komplek Jalabewangi 20 Salatiga (dahulu Tiem Rohani Kristen/Pantekosta)? Surat edaran tersebut tertanggal 20 November 1991 ditujukan kepada para pendeta dan pimpinan wali gereja calon para penginjil di seluruh Jawa, Bali dan Madura.

Surat tersebut berisi tentang program kristenisasi di Indonesia sampai dengan tahun 2000. isinya, untuk menjadikan umat Kristen di Indonesia semakin banyak mengalahkan umat Islam di Indonesia, maka diantaranya harus ditempuh dengan jalan sebagai berikut:

Semua gereja di Indonesia harus menginstruksikan kepada semua warganya untuk larangan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Ingat bahwa mengikuti KB (birth control) di dalam ajaran Kristen adalah dosa besar, dan melanggar aturan serta ajaran gereja yang akan mendapat kutukan dari Tuhan Yesus Kristus.

Mengintensifkan gerakan KB di kalangan umat Islam dengan bermacam cara, dengan memberikan penataran-penataran tentang KB kepada tokoh-tokoh Islam seperti kyai, ulama dan para santri di pondok-pondok pesantren. Memasang poster serta plakat-plakat dengan anjuran untuk ber-KB di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas Islam agar mereka menjalankan KB. Sedang pemasangan slogan KB di daerah Kristen hanya untuk mengelabui yang dasarnya mengingatkan orang Kristen untuk tidak ber-KB. Untuk menjalankan kebijaksanaan ini, maka 80% dokter harus orang Kristen, semua bidan dan juru rawat pun demikian juga, agar dapat memberikan kemudahan di dalam memasang kontrasepsi bagi orang Islam dan dapat berpura-pura memasang alat kontrasepsi bagi orang Kristen.

Memerintahkan kepada semua warga Kristen untuk memperbanyak anak dan membantu orang miskin dengan segala kebutuhan baik moral maupun material. Kita harus memberikan kesempatan kerja kepada warga Kristen membatasi bahkan menutup kesempatan kerja kepada orang-orang Islam, terutama pengusaha-pengusaha yang beragama Kristen untuk tidak memberi kesempatan kerja kepada pegawai yang beragama Islam untuk beribadah.

Itulah di antara program kristenisasi di bidang KB yang telah disepakati oleh Tim Sinar Garuda Timur yang bekerjasama dengan Amerika, dengan kunjungan mereka ke Amerika  pada tanggal 15 Oktober 1991, mereka meminta petunjuk tentang misi kristenisasi, menjadikan agama Kristen sebagai agama bangsa Indonesia. Surat edaran tersebut ditandantangani oleh Pendeta Umbas T.G.M.A., perwira PKRI Npv. 10. 041 726/ Salatiga, atas nama Dewan Pengurus Tiem dan Penanggungjawab.

Kalau para kyai-kyai dalam mengkampanyekan dan melegalkan program KB itu berpijak pada surat An-Nisa’ ayat 9, apa tidak perlu ditinjau ulang penafsirannya?

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِن خَلْفِهِمْ ذُرِّيَةً ضِعَافاً خَافُوْا عَلَيْهِمْ فَلْيتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah  orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa’: 9)

(وَلْيَخْشَ…) أخرج ابن جرير عنه أنه قال فى الأية: يعنى بذلك الرجل يموت وله أولاد صغار ضعاف يخاف عليهم العيلة والضيعة ويخاف بعده ان لا يحسن اليهم من يليهم يقول: فان ولى مثل ذريته ضعافا يتامى فليحسن اليهم ولا يأكل أموالهم (إسْرَافًا وَبِدَارًا اَنْ يَكْبَرُوْا) والأية على هذا مرتبة بما قبلها لأنّ قوله تعالى: (لِلرِّجَالِ)الخ… فى معنى الأمر للورثة أي اعطوهم حقهم دفعا لأمر الجاهلية وليحفظ الأوصياء ما أعطوه ويخاف عليهم كما يخافون على أولادهم. (تفسير الطبري ج 4/ ص 181)

Ayat ini untuk seseorang yang meninggal dunia serta meninggalkan anak yang masih kecil dan dia dikhawatirkan mewasiatkan seluruh hartanya kepada orang lain. Sehingga anaknya menjadi terlantar dan menjadi beban orang lain.

(وَلْيَخْشَ…) أمر للمؤمنين ان ينظروا للورثة فلا يسرفوا فى الوصية. وقد روي عن السلف أنهم كانوا يستحبون ان لا تبلغ الوصية الثلث ويقولون: إن الخمس افضل من الربع  والربع افضل من الثلث وورد فى الخبر ما يؤيّده. (تفسير روح المعانى للألوسى ج 4/ ص 213 )

عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: مَرِضْتُ فَعَادَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ لَا يَرُدَّنِي عَلَى عَقِبِي قَالَ “لَعَلَّ اللَّهَ يَرْفَعُكَ وَيَنْفَعُ بِكَ نَاسًا” قُلْتُ أُرِيدُ أَنْ أُوصِيَ وَإِنَّمَا لِي ابْنَةٌ قُلْتُ أُوصِي بِالنِّصْفِ؟ قَالَ: النِّصْفُ كَثِيرٌ. قُلْتُ فَالثُّلُثِ؟ قَالَ “الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ أَوْ كَبِيرٌ” قَالَ فَأَوْصَى النَّاسُ بِالثُّلُثِ وَجَازَ ذَلِكَ لَهُمْ. (صحيح البخاري فى باب الوصية بالثلث)

Ayat ini perintah bagi orang-orang mukmin agar memperhatikan ahli warisnya jangan sampai kebanyakan dalam berwasiat. Diriwayatkan dari ulama salaf bahwasanya berwasiat itu jangan sampai melebihi sepertiga dan mereka berkata bahwasanya seperlima itu lebih utama daripada seperempat dan seperempat lebih utama dari sepertiga. Seperti yang diterangkan dalam Hadits di atas.

Jadi, kalau ayat tersebut dibuat dalil untuk melegalkan KB, menurut kami tidak sesuai dan bertentangan dengan ayat:

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلاَدكُمْ خَشْيَةً إمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وإيّاَكُم إنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئاً كَبِيْراً. (الإسراء : 31)

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Israa’: 31)

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِى الأَرْضِ إلاَّ علَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِى كِتَابٍ مُبِيْنٍ. (هود : 6)

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Huud: 6)

Dan juga bertentangan dengan kaidah:

المُحَافَظَةُ عَلَى النَّسْلِ
“Melestarikan keturunan”, yang mana hal tersebut sudah menjadi kesepakatan para ulama, seperti dikatakan Syaikh Abu Zahrah.

بحث الشيخ أبى زهرة عن تحديد النّسل )موسوعة القضايا الفقهية المعاصرة. ص: 36 (

Juga keputusan Lembaga Kajian Islam di Cairo.
قَرار مَجْمَعِ البُحوثِ الإسلامية بالقاهِرة:
أنّ الإسلام رغَّب فى زيادة النّسل وتكثيره لأن كثرة النّسل تُقوِّى الأمّة الإسلامية إجتماعيا واقتصاديا وحربيا و تَزيدُها عِزّة ومَنعة.
إذا كانت هناك ضرورة شخصية (ككون المرأة  لا تلد ولادة عادية وتضطَرُّ معها إلا إجراءَ عملية جِراحية لإخراج الجنين)  تحتَمُّ تنظيم النّسل فللزّوجين ان يتصرّفا طِبْقا لما تقتضيه الضّرورة, وتقدير هذه الضرورة متروك لضمير الفرد ودينه. 
لا يصح شرعا وضع قوانين تُجبر الناسَ على تحديد النّسْل بأيّ وجه من الوجوه.
أنّ الإجهاض بقصد تحديد النّسْل اواستعمال الوسائل التى تُؤدِّى الى العَقِم لهذا الغرض: أمر لاتجوز مُمارَستُه شرعا للزّوجين او لغيرهما. (موسوعة القضايا الفقهية المعاصرة. صـ: 50)

* Kajian Ilmiah KH. M. Najih Maimoen

Tinggalkan komentar